Menjelajahi Arti Sepi

105 16 1
                                    

Andai, kelak, ceritamu tak lagi menjadi bagian hari-hariku. Percayalah, ceritamu tak pernah usang ditelan waktu

Hai, kamu apa kabar? Lama tak jumpa. Apa kau sudah melupakanku? Atau kau masih teringat tentang masa indah saat kita bersama?
Aku rasa itu hanya khayalanku. Aku merasa saat menyatakan perasaan ini kepadamu, kau berubah. Entah hanya aku yang merasa seperti itu, atau kau memang sengaja menciptakan jarak dan tembok besar, agar kita tersekat-sekat oleh rasa sakit yang selalu menghantui.

Pernah suatu hari, aku merenung tentang kehadiranku yang sudah tidak lagi kau tunggu. Duka mengalir deras menyelimuti kelam perasaanku, lara telah menjadi sahabat setiaku. Bahagia, adalah suatu hal yang tabu untukku. Aku sama seperti manusia yang lain, menyesal diakhir. Lagi-lagi, aku ditinggalkan karena tidak mengerti apa sesungguhnya arti kepekaan. Mengapa kita diciptakan untuk saling menyakitkan?

Jujur aku lelah mencari-cari, egoku berkata "kau yang pantas untukku, kau yang mengerti aku, kau yang bisa membuat hariku selalu tersenyum". Apa kau begitu?
Tapi, untukmu aku takan pernah lelah menjalani hari, mengenal orang tuamu, mengenal kebiasaanmu, mengetahui hobimu, makanan kesukaanmu, memperkenalkan sahabat baikmu, mendengarkan harapanmu, mendampingimu disaat senang atau pun sedih adalah sumber kebersyukuranku. Yang aku tahu, saat duduk di hadapanmu waktu terasa melambat, memandang matamu adalah kebiasaan yang selalu aku tunggu ketika bertemu. Apa kau juga begitu? Atau hanya aku yang terlalu berharap berlebih kepadamu?

Maafkan aku yang tak pernah mengerti apa maumu. Aku bodoh telah mengecewakanmu, aku bodoh telah membuat hatimu retak bersama puing penyesalan. Kau tahu kini aku sedang menikmati kesunyian, menjalani kehampaan, seolah kuat padahal gerak hatiku melambat. Semenjak kau hadir sesukamu, aku tak pernah lagi punya harapan. Aku selalu percaya, sesibuk-sibuknya seseorang, kalau kamu prioritasnya, ia akan selalu berusaha mengabarimu. Tapi, dirimu tidak begitu.

Aku akan mencoba berdamai dengan kehilangan sosokmu, sosok yang kini sedang aku doakan, sosok yang telah aku sia-siakan dan sosok yang selalu aku harapkan. Lagi-lagi, aku berharap kembali agar kau menengok sedikit ke arahku. Aku tahu, berharap pada manusia tak baik, namun, tak ada salahnya kalau kita berharap kepada manusia yang selalu kita sematkan di setiap doa yang kita lantunkan.

Aku tak pernah kecewa saat kau sudah lelah menghadapiku, karena aku tahu, aku yang harus bertanggung jawab atas rasa yang telah ku ciptakan. Aku hanya bisa berdoa untuk semua keberhasilanmu, untuk semua kebahagiaanmu walau tidak ada aku di dalamnya. Terima kasih sudah pernah memberi hiasan dalam relung keceriaan hariku. Pintuku selalu terbuka untukmu, telingaku takan bosan mendengar segala ceritamu, bahagiamu adalah bahagiaku.

Semoga alam akan memberi jawaban untuk perasaan ini. Semoga kau tahu, bahwa saat ini aku siap berjuang untukmu. Entah kau mau melihatnya atau tidak, aku akan tetap mencoba. Tak perlu kau khawatirkan aku, aku sedang menikmati sunyi, bercengkrama dengan patah hati dan menjelajahi arti sepi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 13, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Menjelajahi Arti SepiWhere stories live. Discover now