Pergi Atau Tidak?

15 2 0
                                    

Author pov

Sore itu, dikala sunyinya rumah tanpa siapa-siapa lagi. Hanya seorang wanita berpayuh baya namun masih elok rupanya. Bunda Dean, saat putri tunggalnya sedang pergi dengan teman-temannya ia hanya di rumah sendiri. Melakukan kegiatan selayaknya ibu rumah tangga biasa. Jika sedang merasa jenuh ia suka membaca-baca buku. Tepat pukul 13.00 WIB, terdengar suara telfon rumah berbunyi. Ia segera bergegas menjawab panggilan yang masuk, meletakkan bukunya di atas nakas.

"Hallo." suara yang sudah lama tak. Ia dengar, yang lama ia rindukan.

"Hallo. "

" Assalamualaikum bun, ini papa. "

" waalaikumsalam Pa, Masya Allah bunda kira ini siapa. Papa kapan pulang? "

" Bulan depan bun insya Allah papa balik ke Indonesia. Bun, kalau Dean papa sekolahin di London boleh gak bun? " terdengar sedikit cemas

" Anak kita pa? " tanya bunda memastikan

" iya bun terus anak siapa lagi, " kata papa sedikit mendengus

" Ya Allah pa, itu kan kota kesukaan dia sejak kecil. "

" iya memang makanya papa sengaja pengen nyekolahin dia di sini.lagi pula pendidikan di sini juga bagus. "

" Bunda sih boleh-boleh aja. Tapi tandanya kalau dia mau, bunda tambah kesepian di rumah. "

" Bunda ikut ke sini aja, nanti sama papa. Papa ada apartemen kalau Dean biarkan dia mandiri nanti dia tinggal di asrama sekolahnya saja. "

" Yauda pa nanti coba bunda bilang ke Deannya dulu."

"Kalau jadi nanti papa balik sekalian jemput kalian. "

" Iya pa"

Setelah merasa cukup melakukan perbincangan dengan suaminya ia memutuskan sambungan telfon, bergegas melirik jam yang bertengger di dinding yang cantik di rumahnya.
Sudah pukul 07.30 Dean belum ada kabar padahal bunda sudah mengirim Dean pesan, bahwa ia harus mengabarkan pada Bunda ketika sudah di jalan, namun nyatanya nihil.

Terdengar ketukan pintu dari arah luar ia yakin itu adalah Dean, ia segera bergegas untuk mebukakan pintu. Dan benar saja putri tunggalnya baru saja sampai di rumah dengan wajah yang terlihat agak letih.

"Assalamualaikum Bun, " Ucap Dean sambil menyalimi tangan ibunya.

" waalaikumsalam, kok pesan bunda gak di bales? "

" Batre Hp Dean lowbat Bun, yaudah ya Dean mau ke kamar dulu bersih-bersih. "

" Sebentar bunda mau tanya, tadi kamu pulang naik apa? "

" Diantar Revan," jawab Dean. Lantas melangkahkan kakinya ke ruangan yang sejak tadi ia tunggu-tunggu

Tanpa Dean lihat, bunda tersenyum.

***


T

anpa aba-aba Dean sudah merebahkan tubuhnya ke kasur, menatap langit-langit kamarnya yang sengaja ia tempelkan bintang. Kepala nya masih terngiang-ngiang dengan perkataan Revan tadi.


"Gue harus gimana? "

" Dean. "

Suara itu membuyarkan fikiran Dean, ia langsung menemui bundanya di lantai bawah.

" Sudah mandi? "

" Belum. "

" Kok belum? Terus daritadi ngapain? "

" Rebahan. "

" Ya Allah anak bunda ini ya, yasudah mandi dulu terus baru makan malam ini sudah bunda masakkin kesukaan kamu. "

Dean akhirnya menuruti perkataan bundanya tersebut, ia bergegas membersihkan tubuhnya.

***

Saat jam makan berlangsung, tak ada percakapan antara kedua orang itu. Dean masih lahap dengan makanan yang ada di hadapannya. Sedangkan ibu Dean terlihat tidak begitu nafsu makan seperti sedang ada fikiran. Dean yang mengetahuinya menanyakan hal tersebut kepada ibundanya itu.

"Bun. "

" Iya? "

" Bunda kenapa kok kayak lagi ada yang difikirin gitu? Belum bayar listrik? Atau gimana? " tanya Dean asal.

Pertanyaan itu membuat bunda Dean terkekeh.

" Engga kok semua aman. "

Dean hanya mengangguk-angguk kecil.

" Tapi ada yang mau bunda omongin sama kamu. " Bunda pun menghentikan makannya meletakkan sendok dan garpunya di atas meja.

" kenapa? " tanya Dean antusias.

" Tadi papa telfon, terus tadi papa bilang kalau papa mau kamu sekolah di London. Kalau kamu mau nanti mama kabarin ke papa nanti papa pulang sekalian buat jemput kamu. "

Dean diam tak bergeming, yang membuat bunda heran. Dua detik kemudian

" HAH SERIUS BUN? " tanya Dean tak percaya.

" Kamu jangan teriak teriak dong, iya. Gimana mau gak? "

" Hemmm nanti aku fikirin dulu nanti aku kasih tau bunda lagi. "

Bundanya yang mengerti mengiyakannya, ia yakin di saat-saat remaja seperti ini yang sedang menghabiskan waktu dengan sahabat-sahabatnya jadi ia fikir Dean akan memikirkan jika harus meninggalkan sahabatnya itu.

Mereka kembali melanjutkan acara makannya dalam diam, setelahnya Dean kembali ke kamar.

***

Hanya sebuah musik yang mengalun dari ponselnya. Yang kini masih dengan tumpukkan buku yang ada di depannya namun hanya raga nya saja yang setia di sini sedangkan jiwanya sudah berkelana entah kemana.

"Gue pergi gak ya. Kalo gue pergi gua bakal pisah sama mereka terus kalo gue pisah nanti gue sepi tapi kalo gue gak pergi sayang padahal dari dulu gue pengen banget bisa ke sana. Ditambah lagi tadi sama pernyataan dari Revan apa gue tega harus ninggalin dia tanpa kepastian."

Dan akhirnya ia tenggelam dalam mimpinya, terlelap

....

Hy guys
Welcome back

Sorry slow update hehehehehe

Miss u readers

i will happy if you give me a support 😍😉😊

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 16, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PAP (promise and proof) Where stories live. Discover now