1. Garis Takdir Bernoda Hitam

77.4K 2.2K 96
                                    

WARNING:

BUKAN BACAAN KONSUMSI REMAJA DIBAWAH USIA 18 TAHUN (KECUALI YANG YAKIN IMANNYA KUAT)

Pagi ini yang membangunkan aku dipagi hari bukanlah alarm  ponsel yang sengaja kupasang, melainkan satu panggilan dari nomor ponsel mama yang sangat jarang terjadi.
"Gina akan menikah minggu depan, Yo"


Tidak seharusnya aku kaget hanya karena berita itu, tapi aku benar-benar tak bisa memungkiri kalau berita pernikahannya adalah tamparan telak yang ditujukan kewajahku.
“Kau harus hadir, Yo’’
“Untuk apa??”
“Jadilah kakak untuknya, damping dia, antar dia kealtar pernikahan.”


Kupejamkan mata untuk menepis bayangan dirinya dalam balutan gaun pengantin, cantik bagai bidadari, hanya saja bukan aku yang menantinya didepan altar.


“Yo?”
Aku tahu kalau mama tidak akan menerima alasan dan penolakan apapun dariku “Baik mam, bilang sama dia aku akan jadi kakaknya walau aku sebenarnya aku sama sekali enggak sudi.”


Kudengar helaan nafas mama dari seberang sana "Yo, Gina pernah jadi menantu mama tapi kemudian kau memutuskan ikatan itu dengan kejamnya, apa salah kalau mama lebih condong memihaknya karena terlalu sulit rasanya berpisah darinya yang sudah mama anggap sebagai putri kandung mama sendiri? Yo, mama harap kamu mau bermurah hati pada mama."


Rengekan mama selalu saja berhasil melemahkan aku dan egoku. Mungkin memang harus seperti ini jalan nasib yang kulalui, hanya saja aku tak tahu alasan rasa duka dan sepi sejak kuputuskan pilihan hidupku sendiri.
Andai saja bukan dia orangnya yang ditakdirkan menjadi bagian dari kesalahan masa laluku, dia yang dicintai oleh sahabat baikku sendiri.


*****


Flash back:
"Kurasa gue jatuh cinta Yo."
Aku terbahak demi mendengar pengakuan mengejutkan Leon "Pada siapa? Gadis pelayan itu?"

"Ssssshhh Yo, aku serius. Ya! Regina memang Cuma pelayan, tapi aku merasakan aura yang beda setiap kali ada didekatnya."


"Semua cewek yang terlibat dalam dunia malam enggak ada bedanya dimataku" aku mengomentari tak acuh sambil memasang kaca mata renangku dan melakukan pemanasan kecil sebelum mekukan olah raga ringan dipagi hari seperti yang sudah jadi kebiasaanku selama ini "termasuk gadis pelayan bar mu itu."


Aku mengatakan itu sebelum menceburkan tubuhku kedalam kolam renang ditaman belakang rumahku.


*****


"Ups! apa aku salah tempat!" kutatap dirinya yang tengah duduk diatas kloset sambil menekuni buku entah apa ditangannya. Mendengar suaraku dia kelihatan kaget dan buru-buru berdiri tanpa sadar sampai menjatuhkan buku bacaan juga kain lapnya.


"M-maaf" ucapnya lirih.


Kubungkukkan punggungku untuk membantunya memungut bukunya yang terjatuh, terkejut saat mengetahui kalau buku dengan tajuk yang sama juga kumiliki dan tersimpan rapi dilemari belajar dikamarku. Dahiku berkerut saat menyerahkan benda itu padanya, sedetik pikiran itu merangsek dikepalaku, mungkin Leon benar. Gadis ini memang berbeda.


"Tolong jangan bilang sama managerku ya mas kalau aku berlama-lama disini bukan untuk membersihkan toilet" tatapan mata sendunya menatapku memohon, dan yang kubisa hanyalah menganggukkan kepalaku, dari katakatanya aku tau kalau ini bukanlah kali pertama dia diam-diam menghabiskan waktu dengan menyelinap untuk membaca buku.


"Terima kasih" katanya sambil tersenyum, senyum yang seketika menancapkan kesan mendalam diotak dan hatiku, ketika dia berlalu aku hanya bisa menghela nafas sambil menggelengkan kepalaku kuat-kuat, dan kusugestikan kalau rasa yang hinggap itu adalah kekeliruan kecil karena aku sudah mulai mabuk malam ini.

Playboy Monarki The Series - Lust In loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang