Kerudung Genit?

90 0 0
                                    


Jlebb... obrolan mbak-mbak di belakangnya tak sengaja Rania dengar.

Apa? Kerudung genit? Sontak ada rasa protes di dalam hati Rania yang ingin menyeruak keluar. "Maaf saja, aku berkerudung. Itu omong kosong. Enak saja!" batinnya.

"Namun, wait... siapa aku, aku hanyalah seseorang yang tidak sengaja mendengar obrolan mereka. Aku tidak tahu awal percakapannya sehingga muncul statement seperti itu", kembali Rania membatin, menenangkan diri.

Bismillah, Rania beristighfar, mendinginkan hati ...

Bis patas yang ia naiki meluncur lancar di atas aspal ibukota. Penumpang yang penuh memaksanya untuk berdiri bergelantungan berpegang tali yang terjulur dari tiang melintang yang ada di atap bis.

"Maaf saja, aku bukan tipe orang yang suka menguping pembicaraan. Tapi situasi ini memaksaku mendengarkannya, suka atau tidak suka" ia ngedumel. Pembicaraan mbak-mbak di belakangnya masih terus berlanjut...

Percakapan yang semula cukup keras terdengar, kini sepertinya volumenya sedikit diturunkan. Mungkin mereka risih pembicaraannya didengarkan oleh orang-orang disekitar. Ya iya lah, bisnya penuh sesak begitu. Dan obrolan yang terdengar oleh Rania hanya obrolan mereka saja, penumpang yang lain diam, sebagian tidur, sebagian menatap ke jalanan, sebagian memainkan gadgetnya...

"Kalo rambut cewek dewasa kan gaya sehari-hari paling digayakannya ya begitu-begitu aja. Simpel. Gak genit. Masa iya segede kita rambutnya diiket samping terus dikasih pita agak besar kayak anak kecil? Kayak orang kegenitan aja" ujar salah satu mbak tadi.

"Tuh.. tuh.. lihat.... yang loe omongin barusan lewat tuh di trotoar" sergah mbak satunya, sambil tunjuk jari ke arah yang ia maksudkan, terbukti ada jari nunjuk ke jendela dari belakang Rania :D

Reflek diliriknya juga arah telunjuk itu. Dan, wait! Astaghfirullah, benar juga apa yang mereka bilang, ada seorang perempuan dewasa berpenampilan modis, berkerudung dengan salah satu juntaian kerudungnya dijepit ke salah satu bagian samping atas kepala, dan diberi pita yang cukup besar berwarna terang. Reflek Rania membayangkan kerudung si mbak tadi berubah menjadi rambut, dan pita tadi adalah ikatan rambutnya yang diikat di samping kepala atas dan dijepit pita besar. Mendadak ia tersenyum meringis dan ... jlebb yang kedua kalinya ia rasakan.

Yang awal mula tadi ia hendak protes, namun kali ini harus ia akui, Rania speechless!

Apa yang dikatakan mbak-mbak di belakang ini benar adanya...

Tapi tidak semua yang berkerudung begitu kan? Ini pas kebetulan aja nemu yang begini. Ia menghela nafas, mulutnya terkunci.

Mengenai apakah orang yang berkerudung seperti itu nampak lebih genit? Entahlah... Rania tak bisa menjawab. Cukuplah peristiwa kali ini menjadi hikmah baginya.

Dan... sontak saja Rania mengecek kerudung yang dipakainya... jangan-jangan ia juga begitu! Oh tidaaaaak!

Fiuh... untunglah kerudung yang dipakainya kerudung biasa, panjang menutup dada, dengan bros kecil terselip di dada kiri.

"Untuk apa sih berkerudung? Berjilbab? Menutup aurat?

I don't wanna judge others, and i can't control others.

I just can control myself, what i wear, what my style."

"Just straighten my motive. Luruskan niat, patuhi aturanNya!" Rania meneguhkan hati, reflek ia mengangguk dan mengatupkan mulut.

Ups... Rania melirik kanan dan kiri, khawatir ada yang melihat sikapnya barusan :D

Halte depan adalah halte tempat Rania turun. "Halte depan kiri bang!" serunya.

Selalu ada pelajaran dari segala hal bagi siapa saja yang mengambilnya. Rania beristighfar sambil melangkah turun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Rania Series] Kerudung Genit?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang