Prólogo

12 5 0
                                    

Berlari sekencang mungkin. Ya itu yang kulakukan. Berusaha mengejar kereta yang akan kunaiki. Berlari dan terus berlari. Aku tidak peduli begitu banyak orang yang memperhatiakanku.

Tapi sial!

Keretanya tak mau berhenti. Aku harus menunggunya lagi sekitar 10 menit. Ya mau tak mau.

Aku mendudukkan tubuhku di kursi panjang. Ya memang itu adalah tempat yang disediakan untuk umum. Aku lelah. Sangat lelah. Aku mengeluarkan botol minumanku berperisa susu buah.
Uhh... Begitu nikmat!

"Excuse me" ucap seorang pria kepada,.... aku pun tak tahu kepada siapa ia berbicara. Aku mengangguk kaku dan juga tersenyum kaku. Pria itu duduk disampingku. Aku pun kaget sejak kapan wanita dan keluarganya yang duduk disampingku pergi? Mungkin karena aku tadi sangat kelelahan hingga tidak tersadar akan hal itu.

Aku terdiam memandangi keadaan di setiap sudut stasiun Florence. Udara yang sangat dingin disini, membuatku harus menggunakan syal yang begitu menutupi leherku.

"Hi"

Aku tersadar orang yang ada disampingku kini membuka mulutnya untuk menyapa. Tapi aku tak tahu siapa yang dia sapa. Begitu berat rasanya ketika aku ingin menolehkan kepalaku ke arahnya dan memastikan kepada siapa ia berbicara.

"Hi"

Katanya lagi. Kini dengan mudahnya aku menoleh.

"Are you talking to me?" tanyaku. Sejujurnya aku bingung. Harus menggunakan bahasa apa aku berbicara dengannya. Sungguh, wajahnya seperti orang indonesia sama sepertiku. Tapi aku takut dugaanku salah.

"Can you speak indonesian?" tanyanya.

Ternyata benar dugaanku. Ia orang indonesia sama sepertiku. Aku membuka mulutku dengan anggukan dan ucapan yang belum pasti.

"I-iya"

Dia tersenyum padaku. Aku bingung apa tujuan pria ini. Mungkin ia hanya sekedar ingin mengajakku berbicara. Sudah sepuluh menit aku menunggu. Itu jelas! Tapi mengapa keretanya juga belum muncul? Oh ayolah. Aku sedikit risih dengan pria ini yang terus memandangiku dari samping.

Aku menoleh.

Kearahnya. Ya, ke arah pria disampingku.

"Kenapa?" tanyaku spontan dan refleks.

"You are very beautiful" katanya masih dengan senyumannya. Aku mengerutkan kening sedetik lalu tersenyum tipis.

"Thank you" hanya itu yang dapat ku ucapkan.

Keretanya sudah datang. Tepat sekali. Aku mengambil botol minumanku yang sedari tadi kuletakkan di samping kananku.

"Keretaku sudah datang. Aku duluan" pamitku padanya.

Dia mengangguk sambil tersenyum. Heran, senyuman yang tiada hentinya. Tadinya aku berpikir, dia juga akan menaiki kereta yang sama denganku. Tapi tidak, dia tetap duduk disana.

Beruntung, aku menemukan kursi yang kosong. Aku mendudukkan diriku disana. Mengeluarkan Ipod ku dan kupasangakan earphone yang tersambung ke ipod silverku.

Hallo all.
Happy read my prolog.
Thank you :)

#Joula_Vien

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nan-AnarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang