Tentang Keluarga, Sahabat dan Masa Kecil Mereka (2)

989 165 85
                                    


Sunrise Kindergarden luasnya mungkin hampir sama dengan empat sekolah dasar dijadikan satu. Halaman depannya saja—mulai dari pintu gerbang hingga gedung sekolah—memiliki luas lebih kurang 30 x 30 meter ditata sedemikian rupa oleh arsitek taman dari Negara Perancis. Negara favorit ibu Rian. Makanya, tanaman di halaman sekolah tersebut sangat rapi, teratur dan simetris. Persis seperti taman-taman di zaman Renaissance, ketika manusia merasa harus mempunyai kuasa terhadap alam.

Di tengah-tengah halaman dibangun air mancur besar dengan patung pendiri Sunrise School, kakek buyut Rian, sedang duduk sambil membaca buku. Air mancur tersebut juga berfungsi untuk memisahkan halaman tersebut menjadi dua bagian. Di sebelah kiri adalah jalan masuk dan sebelah kanan adalah jalan keluar. Saking besarnya halaman, tidak mungkin kan anak-anak turun di depan gerbang? Mobil para pengantar diisinkan masuk sampai depan gedung sekolah.

Gedung sekolahnnya sendiri hanya terdiri dari dua lantai, namun memiliki banyak sekali ruangan, mulai dari ruang-ruang kelas untuk anak TK A dan TK B, ruang bermain, ruang tidur siang, ruang kreativitas yang terdiri dari ruangan bermusik, menggambar, sampai membuat robot, ruang makan, perpustakaan, sampai UKS.

Di tengah-tengah gedung adalah berbagai jenis lapangan mini untuk anak-anak yang ingin belajar olahraga. Ada basket, futsal, tenis dan voli, lengkap dengan semua perlengkapannya versi untuk anak-anak Sementara bagi yang tertarik belajar bulutangkis, sekolah juga menyediakan satu aula khusus.

Di sanalah tempat Jonatan, Rian dan Fajar menghabiskan waktu mereka setelah jam tidur siang, tiga kali seminggu. Tiga bocah ini rupanya memilih bulutangkis sebagai olahraga pilihan mereka. Alasannya karena dilakukan di dalam ruangan, jadi tidak kepanasan.

Mereka berlatih selama 30 menit setiap harinya. Bukan latihan serius, hanya sekadar mengenal cara menggunakan raket yang baik dan benar, step yang biasa dilakukan para atlet badminton, dan sedikit latihan fisik agar mereka lebih kuat.

Siang ini mereka tidak ada latihan. Jadi begitu bangun tidur siang, sekitar jam 2, mereka bertiga bergegas menuju ke taman bermain di belakang gedung sekolah. Jonatan menarik ketiganya untuk bersembunyi di balik perosotan sambil berjongkok.

Fajar yang ingin bermain langsung memprotes keras. "Gue kan pengin main di situ Jo. Kok kita malah ke sini?" Fajar menunjuk jungkat-jungkit yang terletak di seberang bak pasir.

"Gue butuh bantuan kalian," kata Jonatan. Bocah berumur 6 tahun itu bangkit dari jongkoknya dan berjalan mondar mandir sambil memasukkan kedua tangannya di kantong celana seragamnya. Jonatan pernah melihat pria melakukannya di film mafia dan terlihat keren di matanya.

Fajar dan Rian saling berpandangan kemudian memperhatikan Jonatan dengan seksama.

"Gue punya misi," lanjut Jonatan.

Mata Fajar langsung berbinar. Sudah lama dia tidak mendengar Jonatan mengatakan itu. Kalau Jonatan sudah bilang kalau dia punya misi, pasti akan menyenangkan. Misi terakhir yang mereka lakukan adalah menukar susu salah satu murid pindahan dari Denmark, Victor, dengan kopi tanpa gula. Akhirnya Victor menangis karena lidahnya terasa pahit sampai pulang sekolah.

"Misinya adalah 'Membebaskan Jonatan'."

Fajar dan Rian langsung mengernyitkan dahi mereka bingung.

"Jojo kan ndak sedang ditangkap," kata Rian.

"Bebasin gue dari tuh Unyil. Dia yang harus kita lawan sekarang!" ujar Jonatan berapi-api.

"Masih nempel lo terus? Padahal lo kan udah jahatin dia," tanya Fajar.

Jonatan mendengus kesal. "Setiap...hari..."

Star Crossed LoversOù les histoires vivent. Découvrez maintenant