Part 3 - Their Comments

24 0 0
                                    

*drrt drrt*

Aku melirik handphone-ku yang tergeletak di atas meja. Aku tengah mempelajari dokumen-dokumen penting yang memegang nasib perusahaan, tapi handphone-ku terus bergetar sedari tadi, memecah konsentrasiku.

Sepertinya notifikasi dari groupchat. Apa sih yang mereka bicarakan? Aku membuka groupchat dan membaca beberapa chat terbaru.

Yeremia S.
Sungguh, aku melihatnya saat pulang malam kemarin!

Kimmy:3
Jangan menyebar berita yang tidak benar, dasar bodoh.

Yeremia S.
Hei aku mengatakan hal yang sebenarnya. Tidakkah kau percaya padaku?

Kimmy:3
Tidak akan walau seharipun.

Yeremia S.
:(

Sarah
Kau menjijikkan tau.

Joan
Ramai sekali. Sedang membahas apa?

Kimmy:3
Si gila itu berkata bahwa ia melihat Andreas membonceng seorang perempuan kemarin malam.

Joan
Sungguh?! Akhirnya..

Yeremia S.
Aku tidak bohong. Tanyakan saja pada Andreas.

Andreas
Berisik sekali kalian.

Joan
Andreas! Apakah yang dikatakan si ikan itu benar?

Andreas
Privasi.

Yeremia S.
Apakah dia seseorang dari gym? Sepertinya aku mengenali wajahnya. Dia cukup manis, seleramu lumayan juga.

Sarah
Yang mana orangnya?

Yeremia S.
Nanti kutunjukkan saat di gym.

Andreas
Jangan mengganggunya, bodoh.

Yeremia S.
Jika hanya berkenalan, tidak apa kan? Dia juga ikut kelas weightlifting kan?

Andreas
Saatnya bekerja. Bicara lagi nanti.

Yeremia S.
Hei kau mengabaikanku!

Kimmy:3
Rasakan itu.

Aku menutup groupchat sambil menghela napas. Anak-anak itu selalu mampu membuatku mengernyitkan dahi. Tapi berkat mereka, hari-hariku di gym terasa lebih hidup dan berwarna.

Aku jadi teringat saat-saat aku bisa berada dalam groupchat itu. Berawal dari sering mengikuti kelas weightlifting bersama sekitar dua tahun yang lalu, tiba-tiba aku diundang masuk ke dalam groupchat mereka, anak-anak yang sebenarnya baik tapi memiliki tingkat keributan yang sering membuatku memijat pelipis.

Usiaku yang terpaut lumayan jauh dari mereka yang sebagian besar masih berada di awal 20 tahun, membuatku menganggap mereka seperti adikku sendiri. Walaupun mereka akan menjadi sangat ribut ketika berkumpul, tapi masing-masing dari mereka istimewa dengan caranya sendiri.

***

Aku mengikuti kelas weightlifting seperti biasa, dengan Jessica yang tetap manis. Sekarang, setiap kali aku menoleh ke arahnya, ia akan membalas dengan memandang tepat ke arah mataku lalu mengangkat alisnya seperti menantangku, membuatku tertawa kecil melihat responnya.

Aku menoleh ke arah Yeremia di sisi kiri kelas yang tengah mengamati interaksi antara aku dan Jessica, kentara sekali lewat gerakan matanya. Ia tersenyum penuh makna sambil menaikturunkan alisnya. Aku membalasnya dengan tatapan datar dan menggeleng kecil. Yeremia malah menyeringai. Si bodoh itu.

Through The Eyes of The PrinceUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum