Belum sempat ada yang menanggapi ucapannya, Taehyung, Jungkook, Hoseok dan Eunhyuk menghampiri ke arah mereka setelah selesai membereskan beberapa bagian rumah keluarga Park tersebut.

"Ada apa?" tanya Eunhyuk cemas ketika menyadari wajah Jimin terlihat sendu pun sedikit pucat.

Seokjin dan Namjoon bergeser dari posisi mereka, berniat membantu Taehyung dan Jungkook yang membawa barang-barang terakhir milik Jimin sekaligus memberikan kesempatan Eunhyuk untuk mendekat pada sang adik.

Sementara Jimin hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepala pelan, "tidak ada apa-apa, hyung. Hanya terlalu memikirkan banyak hal, hehe."

Sang kakak tersenyum lembut, memaklumi apa yang mungkin dirasakan Jimin saat ini, "kau adalah orang terkuat yang pernah aku temui sepanjang hidupku. Aku yakin kau bisa melewati ini semua dan menemukan kebahagiaanmu suatu hari nanti. Semuanya akan baik-baik saja, Jimin-ah."

Anggukan diberi oleh Jimin, hatinya menghangat mendengar ucapan yang dilontarkan Eunhyuk itu, sosok yang selama ini selalu ia anggap sebagai kakak kandung sendiri, yang belum dapat ia balas kebaikannya.

"Sudah siap menuju rumah barumu, Jim?" kali ini Taehyung menyahut untuk mencairkan suasana, lengkap dengan senyum kotak terukir di wajahnya.

"Tae-hyung bilang ia akan mengadakan pesta penyambutan kecil-kecilan untukmu, hyung." Jungkook berucap dengan semangat, membuat Hoseok yang berada di sampingnya tertawa.

"Yak, Kookie! Apa kau lupa jika kita sudah sepakat untuk memberi kejutan pada Jimin. Bagaimana dia akan terkejut kalau kau memberitahunya duluan?" Hoseok benar-benar tidak bisa menahan tawanya, disusul oleh Namjoon dan Seokjin.

Sedang Taehyung menjitak pelan kepala Jungkook yang tak hentinya bergumam kata maaf.

Jimin tersenyum melihat keceriaan mereka yang selalu bisa membuat hatinya merasa hangat. Benar, mulai saat ini ia akan tinggal bersama Taehyung, menjadi bagian dari keluarga Kim seperti apa yang sangat diinginkan sang sahabat.

"Semuanya sudah beres, kan? ayo kita berangkat!" seru Hoseok setelah berhasil menghentikan tawanya.

-----

Ketika sampai di rumah yang jauh lebih besar dari rumah lamanya itu, Jimin kembali dirundung rasa cemas. Bagaimana ia bisa menyesuaikan diri di sini? Mungkin dengan Taehyung ia tidak ada masalah, namun bagaimana Donghae? Kedua orang tua mereka?

Dua hari yang lalu, ibu Taehyung sempat menelepon dan berkata akan dengan senang hati menerimanya sebagai bagian keluarga baru. Sempat Jimin bingung bagaimana beliau menerima begitu saja, namun Taehyung berkali-kali meyakinkan.

"Ibuku itu memang selalu sibuk sampai jarang sekali memperhatikan anak-anaknya. Tapi dia adalah orang yang sangat baik, pun ayahku. Mereka langsung menyetujui saat aku ingin kau menjadi saudaraku. Kau bisa menemaniku saat Donghae-hyung sudah menikah nanti." Itulah yang dikatakan olehnya saat Jimin selalu meragu tentang keputusan adopsi tersebut.

Langkah mereka terhenti ketika Taehyung menunjuk sebuah ruangan, tempat yang akan menjadi kamar Jimin, maka kesembilan pemuda itu bergegas menghampiri ruang tersebut.

"Astaga.." Jimin bergumam pelan saat melihat betapa luas kamar barunya itu, sungguh tidak sebanding dengan yang dulu.

"Well, aku tidak tahu kau menyukai kamar yang bagaimana. Nanti kita bisa mendekor ulang sesuai dengan keinginanmu." ucap Taehyung.

"Taehyung, ini terlalu luas. Apa tidak ada yang lebih kecil?" tanya Jimin dengan pelan, ia merasa ini terlalu berlebihan untuknya.

Beberapa di antara mereka saling pandang, anggota bangtan yang sering menginap tentu saja sudah tahu kalau tidak ada kamar berukuran lebih kecil dari yang satu ini.

You Never Walk Alone√Where stories live. Discover now