Haru dan pengawal itu masih terus berjalan. Ingin rasanya haru bertanya apa jalannya masih jauh karena dia sudah lelah. Haru bahkan tidak mengira kalau istana itu seluas ini, sampai-sampai untuk bertemu Toru saja harus sejauh ini, mungkin jauhnya sekitar rumahnya keistana.

Pengawal itu berbelok diujung jalan, setelahnya ada pohon sakura di kiri dan kanannya. Didepan sana adalah lapangan tempat orang-orang berlatih pedang, dan memanah.

Haru bisa melihat Toru dari tempatnya berdiri, karna dia satu-satunya makhluk yang bertubuh kecil disana.

Pengawal itu meminta Haru terus mengikutinya. Karena Haru yang tiba-tiba berhenti dijalan.

Ketika Haru sampai di tempat Toru, Toru menatap Haru dengan kaget. "Kau?? Apa yang kau lakukan disini? Siapa yang menyuruhmu kesini?". "Iya aku, ayahmu ingin bertemu ayahku. Ayahmu. Apa itu menjawab semua pertanyaanmu Toru?", Haru menjawab pertanyaan Toru dan kaget setelahnya saat pengawal disekitarnya memberikan tatapan kurang menyenangkan padanya. Haru langsung ingat perkataan ayahnya. Ayahnya jarang sekali bersikap tegas, dia hanya melakukannya ketika merasa sesuatu yang buruk terjadi.

"Kau masih lancang saja berbicara denganku bahkan saat diistana. Kau tidak lihat aku dikelilingi banyak pengawal dan aku sedang memegang busur panah. Aku bisa saja membidik kepalamu. Kau tahu?", Toru hanya pura-pura mengancamnya agar Haru merasa terpukau dengan Toru. Tapi Haru diam saja, dia menahan dirinya agar tidak menjawab perkataan Toru.

"Kenapa kau diam? Seperti bukan dirimu saja?". Haru tetap diam.

"Hei apa kau tiba-tiba jadi orang bisu?". Haru tetap diam.

"Apa kau mendengarku? Bicaralah. Dasar anak kampung". Haru tetap diam, dia memang anak kampung, buat apa dia marah.

Toru mulai kesal dengan diamnya Haru. Sekarang Toru sudah berdiri di hadapan Haru dengan jarak 1 meter. "Hei, sebaiknya kau bicara, kalau tidak..."

"Nii-sama", Mika datang dengan nafas yang tersengal. "Ayah memintamu untuk pergi menemuinya. Kau harus kesana bersama Haru. Tapi siapa Haru itu Nii-sama? Pengawalmu yang baru??"

Toru mengedikkan kepalanya kearah Haru saat melihat adiknya. "Oh kau yang namanya Haru. Aku Mika, adiknya Toru". Mika mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Haru, dan dibalas oleh Haru.

Mika tidak menanyakan siapa itu Haru, darimana asalnya, dan kenapa dia ada disini. Mika hanya senang saat ada anak yang umurnya tidak jauh beda dengannya ada di istana. Biasannya dia hanya bermain dengan Toru, karena dia tidak diperbolehkan bermain dengan anak yang lainnya. Begitupun Toru yang tidak punya teman selain Mika diistana, tapi sejak dia berlatih pedang, Goro sering mengajak anaknya untuk berlatih bersama Toru juga.

Selama perjalanan ke ruang utama tempat Heika dan ayahnya berada, Haru selalu melirik ke arah Mika dan Toru. Mereka tidak mirip sama sekali sebagai kakak dan adik. Toru anak yang pendiam, selalu mengeluh. Sedangkan Mika anak yang ceria, suka bercanda dan menyapa setiap pelayan istana yang ia jumpai.

"Terimakasih Mika, sudah membawa Haru dan Toru kesini". Fumio menyampaikannya dengan senyuman pada putri bungsunya.

"Tentu ayah, semua untuk ayah". Jawab Mika.

"Sekarang pergilah ketempat ibumu lagi Mika, ada yang harus ayah bicarakan dengan Toru. Jangan membantah. Pergilah". Ayahnya menyampaikan dengan cepat sebelum Mika menjawabnya.

Mika pun keluar ruangan dengan wajah yang kesal.

"Haru apa kau suka berada di istana"? Tanya Heika.

"Ya Heika, istana tempat yang indah, banyak bunga, dan ada kolam di seberang ruangan Heika ini. Tapi istana sangat besar, kakiku jadi lelah, meskipun berjalan dari tempat Heika ke lapangan tempat aku menemui Toru tadi". Haru menjawab semuanya dengan spontan, tapi Heika hanya tersenyum mendengarnya.

"Itu karna kakimu terlalu kecil untuk berada di istana sebesar ini". Timpal Toru.

"Ya, ya. Sudah cukup Toru. Kakimu juga sama kecilnya dengan Haru. Hanya saja kau sudah lama disini, jadi kau sudah terbiasa". Heika menjawab agar Toru tidak terus-terusan mengejek Haru.

"Haru, jika suatu saat terjadi hal yang buruk padaku dan istruku  maukah kah melindungi Toru dan Mika?". Heika bertanya hal yang bahkan membuat ayah Haru kaget.

"Tapi Heika, Haru masih kecil. Dia bahkan tidak tahu apa-apa. Lebih baik...", Katsuo mencoba menyanggahnya tapi Heika mengangkat tangannya, dan Katsuo pun menghentikan kata-katanya.

"Aku tahu persis dia masih kecil Katsuo, tapi aku berharap banyak padamu. Sesuatu yang buruk tidak lama lagi akan terjadi. Beri tahu dia semua yang terjadi Katsuo, aku harap kau bisa melakukannya. Tidak, kau harus melakukannya". Fumio mengatakannya dengan tegas, sehingga Katsuo tidak bisa membantah keinginan sahabat lamanya itu.

"Ayah, apa yang harus aku ketahui? Dan kenapa aku harus melindungi Toru, dia bahkan tidak menyukaiku". Haru bertanya pada ayahnya.

"Diam Haru". Fumio tidak sengaja menjawab pertanyaan anaknya dengan berteriak sehingga membuat Haru terlonjak kaget. Ayahnya tidak pernah meneriakinya.

"Jangan meneriakinya Katsuo, aku yang memintamu melakukannya. Aku tahu dia masih kecil  putrimu satu-satunya. Maafkan aku". Fumio tampak sedih saat melihat Haru yang sedang menahan air matanya.

Toru juga tidak mengerti apa yang akan terjadi, tapi melihat haru menangis dia jadi kasihan. Meskipun ia fidak pernah dimarahi ayahnya, tapi pasti rasanya kaget sekali kalau tiba-tiba ayah meneriakinya.

"Baiklah Katsuo, kau pulanglah sekarang. Pasti Misaki sudah menunggumu. Aku harap kau mengerti."

Katsuo pun berdiri, diikuti Haru yang sedang terisak-isak kecil sambil menundukkan kepalanya.

"Haru terimakasih kau sudah mau datang. Maafkan aku karena membuat ayahmu berteriak padamu". Haru hanya menganggukan kepalanya.

"Beri salam pada Katsuo dan Haru, Toru", perintah Fumio.

"Terimakasih sudah datang paman, Haru. Datang lagi". Salam Toru disambut dengan senyuman oleh Katsuo, tapi diabaikan Haru.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 06, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sikatsu No Tame Ni (For Life)Where stories live. Discover now