"Gak ah. Kamu alay pakai cangkir couple segala" celetuk Nayla lalu menjulurkan lidahnya dengan jahil.

"Gak mau tahu. Pokoknya beli." Zhavier pun cepat-cepat mengambil cangkir couple itu lalu pergi ke kasir untuk membayarnya.

"Eehh, Theo" pekik Nayla seraya mengikuti langkah Zhavier.

Theo, huh?, Nabila membatin.

Sementara itu Nabila yang sempat tertinggal sendiri di posisinya, mau tak mau mengikuti Nayla dan Zhavier yang sudah terlebih dahulu pergi. Tentu saja perasaannya sedikit meringis saat melihat kenyataan bahwa dirinya sedang diabaikan oleh Zhavier karena kedatangan Nayla yang tiba-tiba. Hatinya merengut karena diperlakukan seperti orang yang baru dikenal hari kemarin oleh laki-laki itu.

"Norak tauu" bisik Nayla saat mereka sampai di kasir.

"Biarin aja" balas Zhavier ikut berbisik. Ia pun segera membayar cangkir berpasangan itu. Ia juga meminta agar cangkir tersebut dibungkus dengan 2 plastik.

"Nih, buat kamu" Zhavier menyodorkan satu plastik untuk Nayla.

"Zhavier norak" kata Nayla, tapi ia juga menerima cangkir itu dengan senang hati.

"Emang" sahut Zhavier.

"Udah bayarnya?" Nabila pun akhirnya buka suara.

"Udah kok" jawab Zhavier.

"Bagus deh. Yuk?"

"Bentar. Nay, kamu mau bareng kami?" Tanya Zhavier.

Nayla menggeleng pelan. "Enggak. Aku tadi kesini sama Vania. Gak enak kalau dia kutinggalin"

"Ooh. Mana kak Vania?"

"Disana-" Nayla yang hendak menunjuk ke lapak seberang, terhenti karena tak menemukan Vania disana.

"Mana?"

"Loh, dimana ya?" Nayla menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Bentar deh, aku telpon dulu" ia mengambil ponselnya dari tas sandang, lalu segera menelepon Vania.

"Nabila, bentar ya. Aku antar Nayla dulu ketemu sama temannya" kata Zhavier pamit kepada Nabila.

Nabila tersenyum tipis. "Oke"

"Dia ke toilet" kata Nayla setelah usai bertelepon dengan Vania.

"Ayo" lalu Zhavier pun menggandeng tangan Nayla untuk menemani gadis itu menemui Vania.

Seperti biasa, jantung Nayla masih berdegup kencang saat Zhavier menggenggam tangannya.

"Kenapa kamu suka pegang tanganku?" Nayla melempar pertanyaan random karena sebenarnya saat ini ia sedang salah tingkah.

"Karena aku suka" jawab Zhavier seraya tersenyum.

Nayla ikut tersenyum.
"Aku juga suka" ia merangkul lengan Zhavier dengan mesra.

"Gimana kalau gak usah ketemu kak Vania? Ayo kita pulang aja ke apartement ku" kata Zhavier dengan seulas senyum yang tak lepas sejak tadi.

Nayla tertawa kecil. "Jangan. Nabila gimana?"

"Nanti kusuruh pulang"

"Jahat banget yaa kamu"

"Bukan jahat. Tapi aku sedang mengutamakan kamu"

"Hahaha, iya deh. Kapan-kapan aku ke apartement mu lagi yaa"

"Hehehe, okee"

***

"Mama mau kemana?" Tanya Zhavier saat melihat sang Ibu mengemasi barang-barangnya ke koper.

Ibu Zhavier mendongak dan menatap anak itu. "Mama mau bisnis ke luar negeri."

SWEET PEAWhere stories live. Discover now