1. Manusia Tanpa Salah?

12 0 0
                                    

memangnya ada manusia yang tidak melakukan kesalahan?

andai saja, andai saja , tembakaknu terkahir tersebut tidak meleset. Aku pasti tidak akan berakhir di SMA lemah itu, dalam hati Hafid sambil tiduran dikasur kamar meletakan tangan kanannya menutupi wajahnya yang tanpa sadar mengalirkan air mata. dari luar kamarnya terdengar suara ketukan pintu yang mengagetkan Hafid. Dengan lincah Hafid beranjak dan mengusap air matanya.

"Hafid, bangun inikan hari pertama sekolah, sarapnya udah disiapkan" ucap halus sang Ibu dari luar kamar.

Hafid hanya terdiam, ia segera mandi dan melanjutkan sarapan di ruang makan, menyusul sang Ibu yang sedang makan. Hafid tiba dengan muka muram. Sang Ibu hanya terdiam memandanginya. Ibu sudah tau, bahwa Hafid masih memikirkan tentang hasil pertandingam basket yang terjadi semasa akhir SMP beberapa bulan silam. hari itu Final pertandingan Antar SMP se-Indonesia, dan sudah diketahui dari awal cerita, bahwa Hafid gagal melesatkan shoot diakhir waktu. Karena itu, ia sangat menyesal dan merasa bersalah. Setelah selesai sarapan Hafid, bergegas berangkat sekolah. SMAnya kini hanya sekolahan negeri yang unggul dalam pendidikan dan sepak bola. Basket?. SMA ini terbelakang, sekalipun memiliki lapangan basket, tim basket sekolah hanya menjado opsi ekstra. sudah beberapa tahun sejak SMA Negeri Merah Putih, sekolah Hafid, tim basket terpuruk. Pada awalbya memang, tim basket sekolah pernah juara dalam Kejuaraan Nasional basket SMA se-Indonesia. Itu sudah puluhan tahun sejak SMA ini berdiri. Entah karena alasan apa, tim basket SMA Negeri Merah Putih menjadi terpuruk.

Memasuki gerbang sekolah, Hafid berjalan dengan muka yang kurang semangat. luka dalam tentang kegagalannya terus saja menghantuinya. "hei, semangat dong baru pwrtama kali berangkat kok udah loyo!" ucap seorang wanita sambil menepuk bahu Hafid. Hafid menoleh dan memandang wanita tersebut. "ah, Wanda bikin kaget saja," ucap Hafid. "hehehe, kenapa?, masih mikirin pertandingan dulu itu?, udahlah itu sudah berbulan-bulan lalu sejak hari itu!." ucap Wanda sambil berjalan disamping Hafid.

"Sudah kucoba lakukan, tapi... si sialan itu!, selalu membuatku serasa bersalah," ucap Hafid sambil meremas tangannya. Wanda memandangi Hafid sambil merasa iba. "yasudah, pokokknya kita sudah SMA sekarang, dan .... sudah tidak bersamamu lagi. mungkin ini awal baik untuk menunjukan padanya bahwa dulu bukan hanya kesalahmu," ucap Wanda. "untuk itu duluan ya Aku belum tau dimana kelasku soalnya, daa." lanjut Wanda. Hafid terhenti dari jalannya. ia memikirkan ucapan Wanda. Tentang itu Hafid benar-benar salah satu dalam diri Hafid berkobar, dan ia tampak percaya diri. Perlahan senyum muncul di bibir Hafid, tak kuasa menahan semangatnya ia berteriak "yaaaaa!!!!". Serentak, semua siswa maupun guru yang berada didekatnya memandanginya aneh. Hafid , tampak konyol, dan ia berlari untuk menghindari keadaan canggung tersebut.

****

Tiba dikelas, keadaan masih agak sepi. Tentu saja masih banyak bangkus yang masih kosong si ruang kelas. Hafid berjalan perlahan menuju bangku urutan ketiga yang dekat jendela. Disitu ia meletakan tas, dan duduk. Tidak seperti, anak-anak lainya yang mencoba mengakrabkan diri. Hafid hanya diam saja dan seolah-olah tidak ingin dikenal. Diantara kerumunan siswa ynag sedang mengobrol, seorang siswa melirik kearah Hafid, dan memicingkan matanya sambil mengerutkan dahi. "oooooooo, tidak mungkin!!?!?!?," teriaknya memecah suasana tenang di kelas, dan semua siswa memandanginya. "k-kau, kau adalah Hafid Indra Ramadhan?!?!, Kau merupakan Point Guard terbaik semasa pertandingan Basket SMP!." lanjutnya.

"hus kau ini, heboh sekali," ucap siswa disampingnnya sambil memukul kepala siswa yang berterial tadi. "jadi, apakah itu benar?. kata si idiot ini?," katanya pada Hafid.

"Ah, tidak juga.!." ucap Hafid sambil menahan malu karena seisi kelas memandanginya.

"Bohong!!," teriak siswa awal tadi.

"diam!" kata gerombolan kelas sambil membungkam siswa aneh tersebut.

"mungkin kau bisa bercerita kepada kelas, tentang dirimu tausah malu. Ini merupakan awal sekolah, jagan sungkan mencari kawan. Namaku Adrian, Aku pindahan dari Bandung, dan mereka ini Herdi, Yogi, dan si idiot ini Ahmad. Kami juga tertarik akan Basket, fan nanti sepulang sekolah kami akan menengok tim basket yang dikatakan terpuruk ini!, jadi kau mau ikut?," ujar Adrian dengan tegas.

Another Chance'sWhere stories live. Discover now