Tak lama mereka sampai di basement dan langsung menuju mobil Taeyong. "Biar aku yang menyetir," pinta Jaehyun sembari berdiri di samping Taeyong yang sudah membuka pintu mobil.

Karena malas berdebat, akhirnya Taeyong mengangguk dan memberikan kunci pada Jaehyun. Setelah itu ia berjalan ke kursi di samping kemudi lalu memakai seatbelt, mobil itu pun segera meninggalkan area basementㅡmenuju jalan raya.

Perlahan Taeyong menyenderkan punggung pada kursi dan memejamkan mata, ia sangat lelah. Bukan hanya fisik, melainkan hati. Terus menerus menjauhi Jaehyun membuat hatinya terasa nyeri, namun berada di dekat lelaki itu pun tidak memberikan efek baik. Jaehyun tidak pernah menganggap nya spesial, selama ini Taeyong sama seperti seluruh teman Jaehyun.

"Hanya perasaanku saja, atau akhir-akhir ini kau berusaha untuk menjauhiku Taeyong?" tanya Jaehyun tanpa basa-basi. Matanya masih menatap lurus jalanan yang terlihat senggang. Bukan Jaehyun namanya jika tidak bisa menilai tingkah laku seorang Lee Taeyong yang terlihat begitu jelas menjauhinya selama beberapa hari ini.

Mendengar pertanyaan itu tenggorokan Taeyong tercekat, bahkan jantungnya sudah berdetak dengan sangat cepat. "Mungkin perasaan hyung saja." jawabnya cepat; tanpa membuka mata.

"Hm begitu, lalu kenapa kau tidak pernah mau makan siang bersamaku? Atau saat di dalam pesawat, kau tidak pernah sekalipun menjawab pertanyaanku dan setiap harinya kau selalu memiliki alasan sendiri untuk menjauh dariku." cengkraman Jaehyun pada setir mobil mengeras. Ia hanya tidak paham kenapa Taeyong selalu menjauhinya selama ini, padahal sudah susah payah Jaehyun mencari topikㅡnamun topiknya kadang tidak pernah di tanggapi sama sekali.

Sebenarnya Taeyong tidak ingin menjawab, namun mulutnya terasa gatal sekali. "Kenapa hyung perduli?" oke, ini sudah melewati batas toleransi. Taeyong mengeluarkan sifat cemburunya, bahkan ia tidak perduli jika Jaehyun merasa tidak nyaman.

Salahkan perasaan sialan yang Taeyong miliki saat ini.

"Karena kau co-pilotku.." jawab Jaehyun tanpa menoleh sama sekali.

Mendengar itu Taeyong tertawa sinis. Oh tentu saja, semua ini karena ia adalah partner dari seorang Jung Jaehyun, mungkin tujuan dari lelaki itu menanyakan ini semua karena Jaehyun merasa khawatir terhadap partner nya.

"Oh begitu," jawab Taeyong tanpa minat. Setelahnya tidak ada percakapan diantara mereka berdua, Jaehyun terus mengendarai mobil Taeyong dengan rahang yang mengeras, bahkan beberapa kali lelaki itu menghela nafas. Entah, sudah berapa kali ia mencoba mengajak Taeyong bicara, namun respon nya selalu seperti itu.

Cukup lama hingga akhirnya mobil berhenti di depan rumah Taeyong. "Maaf jika kau tidak merasa nyaman dengan keberadaan dan juga tingkah lakuku. Maaf jika selama ini aku terus mencoba mengajakmu bicara dan membuatmu jengkel, maaf juga jika aku ingin terus berada di dekatmu. Aku minta maaf Taeyong, terimakasih atas tumpangan nya. Aku akan pulang naik taksi dari sini." Jaehyun melepas seatbelt dan mengambil tas yang ia taruh di kursi belakang lalu membuka pintu mobil; tapi sebelum itu Taeyong mengehentikan pergerakannya.

"Kau tidak mengetahui apapun hyung.." bisik Taeyong lirih, ia tetap menahan tangan Jaehyun hingga akhirnya lelaki tinggi itu memilih untuk kembali masuk ke dalam mobil dan menutup pintu. Kini matanya menatap ke arah wajah Taeyong yang terlihat sedih.

"Apa yang tidak aku mengerti Taeyong? Kenapa kau seperti ini?"

Taeyong ragu, haruskah ia mengungkapkan perasaan nya kepada Jaehyun? Tidak mungkin secepat ini, lelaki tampan itu akan merasa tidak nyaman. Bahkan mereka baru bertemu selama sebulan.

"Perasaanku.."

Kedua mata Jaehyun melebar. "Ada apa dengan perasaanmu?"

Mengigit bibir, Taeyong akhirnya menggeleng dan memberikan senyum lemah kepada Jaehyun. "Tidak jadi, ada baiknya jika kau tidak perlu tahu mengenai hal ini hyung, aku bisa membuatmu merasa tidak nyaman. Kalau begitu, pulanglah hyung."

My Pilot《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang