Bandung (Part 2)

En başından başla
                                    

Setelah selesai bersih-bersih di kamar masing-masing, kami semua dipanggil untuk makan malam di aula gedung ini.

Aku, Shella, Shinta, dan Della berjalan bersama menuju aula. Tiba-tiba Shella ijin untuk makan malam bersama pacarnya. Tinggalah kami bertiga, dan aku merasa Shinta dan Della sepertinya asik dengan obrolan mereka.

Aku pun memutuskan untuk menjaga jarak dan berjalan di belakang mereka berdua sambil mencari Retta di ruangan ini.

"Hai Jingga," tiba-tiba saja terdengar suara seorang cowok menyapaku.

Aku menoleh ke belakang, "oh, lo Yan."

"Sendirian?" tanya Adrian.

"Engga," jawabku singkat.

Duh sial, Della dan Shinta ternyata udah jalan cukup jauh dariku.

"Mana bodyguard lo?"

"Bodyguard? Siapa?"

"Your lovely best friend, Claretta," jawabnya dengan nada ejekan.

Aku hanya menatapnya dengan wajah datar.

"Lo mending cari temen gih Yan, daripada urusin orang lain terus," ucapku sambil berjalan.

"Jutek banget sih Jingga. Makan malem bareng gue aja yuk," Adrian mengikuti langkahku.

"No, thanks."

"Ayo, daripada sendirian gini," ajaknya.

"Thanks Adrian, lo ajak cewek lain aja sana."

"Lo kan tau Ngga, gue suka sama lo dari kelas X."

"Iya gue tau, dan lo juga suka sama cewek-cewek lain dari lo kelas X."

"Berapa kali sih mesti gue jelasin kalo gue ke mereka tuh cuma main-main, tapi gak untuk lo."

Aku menghentikan langkahku, "stop Yan."

Sebelah tangan Adrian memegang lenganku. "Kenapa sih lo gak percaya sama gue?"

Aku mencoba melepaskan lenganku dari pegangannya. "Kita udah pernah bahas ini kan? Please, stop gangguin gue."

Adrian kembali memegang erat lenganku. "Kasih gue kesempatan satu kali lagi untuk buktiin betapa seriusnya gue sama lo."

Aku menghela nafas. "Yan, gue minta baik-baik untuk lo gak gangguin gue lagi."

Dia ikut menghela nafas. "Kenapa sih? Waktu itu lo mau gue ajak jalan, lo mau gue ajak dinner di luar. Kenapa Ngga? Semua karena omongan Retta tentang gue ke lo kan? Lo jadi berubah."

"Bukan karena Retta, tapi emang gue lihat sendiri gimana ganjennya lo ke yang lain, termasuk ke Tania."

Adrian tersenyum penuh arti. "Come on Ngga, kan udah gue bilang gue cuma main-main sama mereka."

"Udah ah Yan, gue males ladenin lo. Gue mau ke aula," aku menepis tangannya lalu berjalan meninggalkan dia.

Adrian kembali menahanku dengan memegang erat lenganku.

"Mau apa sih Yan?" tanyaku lelah menghadapi manusia keras kepala ini.

"Balik ke Jakarta, ijinin gue untuk ngajak lo nge-date sekali lagi," pintanya.

"No, Adrian!" Nada suaraku sudah mulai meninggi.

"Kenapa sih lo gak mau kasih gue kesempatan lagi?" Adrian balik bertanya.

Belum sempat aku menyahutinya, tiba-tiba tangan Adrian ditarik oleh seseorang hingga terlepas dari lenganku. Dan aku tidak menyangka, kalau dia adalah Dhea.

Reminisce 1.5Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin