Cemburu

2K 230 10
                                    

Dhea's Pov

Suasana pulang sekolah di sini sangat gue suka, entah kenapa gue hobi banget lihat ke arah lapangan dari lantai 3. Gue bisa melihat banyak orang berlalu-lalang, jalan segerombolan, ada yang pulang bareng pacarnya, ada yang bercanda seru sama temen segengnya, bahkan ada juga murid-murid cowok yang gangguin Miss Aulia karena kecantikannya. Hampir setiap hari suasananya seperti ini.

"Dhe, ayok turun," ajak Uben.

"Eh iya, si Ketan ke mana ya sama Kak Jingga Ben?" tanya gue balik.

"Ke mana sih si Ketan Dir, Sya?" Uben malah bertanya lagi ke Indira dan Sassya.

"Ya paling juga ke kantin," jawab Sassya.

"Hemm, yaudah deh bentar gue beresin dulu tasnya si Ketan.

Kami berempat menuruni tangga dan kami berpisah di koridor bawah.

"Gue ke kantin ya guys."

"Oke, kita balik duluan ya, daaaah."

"Daaaah."

Gue berjalan perlahan ke arah kantin, dan dari jauh gue melihat Ketan sedang ngobrol dengan tubuhnya yang sedekat itu ke Kak Jingga. Ketan pun terlihat salah tingkah, sebenernya apa sih yang mereka obrolin? 

Gue menarik nafas dalam-dalam sambil memejamkan mata mengingat cerita Ketan semalam yang diantar pulang sama Kak Jingga dan Kak Retta. Belum lagi kata Ketan, Kak Jingga sangat baik hingga mau turun dari mobil dan meminta maaf ke Bundanya. Kok gue ngerasa sedikit iri ya sama Ketan?

Gue pun memutuskan untuk nunggu Ketan di depan koperasi sambil jajan teh botol. Gak lama kemudian gue melihat Kak Jingga jalan terburu-buru ke ruang OSIS, dan Ketan gak lama setelah itu pula Ketan muncul.

"Nih Tas lo," gue menyodorkan totebag miliknya lalu Ketan langsung berlari ke arah gue.

"Aaahhh, makasih Dheaaaaa," ucapnya senang.

Gue berusaha untuk menjaga ekspresi. "Ngapain aja tadi di kantin sama Kak Jingga?"

"Hah? Lo buntutin gue?"

"Haha engga, ngapain juga. Gue tadi mau makan bakso eh pas gue lihat udah pada beres-beres, terus gue lihat lo sama Kak Jingga dari kejauhan. Terus gue mencium sesuatu antara lo sama dia," ucapku menatapnya.

"Hahaha apaan sih lo? Lebay ih, gue gak ada apa-apan. Kak Jingga cuma ngajak jalan besok," jawab Ketan yang jujur membuat gue kaget mendengarnya.

"Whaaaattttt?! Whoaaaa, Ketan ngedate sama Kak Jingga," ucap gue sedikit berteriak dan langsung dibungkam Ketan.

"Bacot lo ya Dheeee, gak usah teriak-teriak bisa gak sih? Kebiasaaaaan!"

Gue hanya sanggup menganggukkan kepala sambil bergumam.

Ketan kemudian melepaskan tangannya, "Ngedate apaan sih? Gak mungkin lah, yang namanya cewek jalan sama cewek itu jadinya ngedate, ada-ada aja lo."

Ketan ternyata masih sangat polos dan begitu naif.

Akhirnya gue menceritakan padanya tentang hubungan Wina dan Kak Lena. Ketan terlihat tidak percata dengan cerita gue, tapi pasti nanti dia akan lihat sendiri.

Gue pun meninggalkan Ketan setelah mencubit pipinya, gemas sendiri punya temen kok ya polos amat sih.

Rapat mading pun dimulai dengan Kak Jingga yang memimpinnya. Tadi sebelum mulai, gue mendengar ada sedikit keributan di depan. Gue mengintip dari jendela dengan beberapa anak mading. Terlihat Kak Jingga menyemprot Adrian dan ada Kak Retta yang menggenggam tangan Ketan. Ada apa ya sama mereka? Dan kalau gue perhatiin, Kak Retta kok sangat protektif ke Ketan ya? Kak Jingga juga jadi ikut membela Ketan. Pasti ada suatu hal di antara mereka.



***

Jingga's Pov

"Kok kayak ada yang ribut-ribut ya di depan? ", batinku.

"Kayak suara Retta dan Adrian," batinku lagi dan akhirnya aku memutuskan untuk keluar kelas sebentar sebelum rapat mading dimulai.

Benar saja dugaanku, mau ngapain lagi sih si Adrian. And wait, Retta kenapa genggam tangan Ketan gitu?

"Haha gimana bisa sih lo anterin Tania? Kaki lo aja masih pincang gitu jalannya," ucap Adrian mengejek ke Retta terdengar jelas di telingaku.

Aku menghampiri mereka. "Lo ngapain lagi sih Yan?" tanyaku dengan nada sedikit tinggi ke si Adrian.

"Tania sama Retta balik bareng gue. Lo gak usah deh ajak-ajak Tania bareng lo. Dan jaga mulut lo ke Retta!" ucapku tegas.

"Uuhh wow, okay ladies. I'll go. Menang banyak lo ya Ta," sahut Adrian santai sambil menatap ke arah Retta. Nih cowok emang selalu aja cari gara-gara.

"Ketan, lo balik bareng gue lagi. Retta, tunggu di sini ya," ucapku ke mereka berdua setelah Adrian pergi.

Gue pun berjalan kembali menuju ruang kelas untuk rapat mading, gue sempat menoleh ke belakang dan melihat Retta menatap Tania sambil tersenyum sambil melepaskan tangannya.

Entah apa yang terjadi sama suasana ini, tapi hatiku terasa sakit melihat mereka berdua. Aku bingung sebenarnya apa yang sedang aku rasa. Retta sahabatku sejak kecil, dan Tania juniorku di sekolah. Apa karena selama ini Retta selalu bersamaku hingga ada Tania jadi Retta beralih padanya, dan aku tidak menerima itu?

Aku tidak ingin Retta dimiliki oleh siapa-siapa selain aku. Aku tau aku egois, tapi aku memang tidak bisa melihatnya bersama dengan yang lain.

Senyuman Retta barusan ialah senyuman yang biasanya ia berikan padaku. Dan baru pertama kali aku melihat Retta memberikan senyuman itu ke orang lain selain aku.

Genggaman tangannya barusan juga mengingatkanku gimana dulu protektifnya Retta terhadapku, sampai ia pernah melempari murid sekolah lain dengan penutup tempat sampah hingga dia harus kena skors ketika SMP dulu.

Apakah ini yang dinamakan dengan cemburu?

Reminisce 1.5Where stories live. Discover now