Scandal | Bagian 2

175 6 1
                                    

Rabu 26 September, pukul 16.35

Erika tidak benar-benar mengerti sedang apa ia di sini, atau bahkan apa yang seharusnya ia lakukan di tempat ini. Sudah emat hari semenjak ia terus-terusan menatap kartu nama milik pria itu. Ia berjalan terhuyung menghadapi keputusan gila yang di ambilnya.

Jantungnya berdebar-debar, dewi di dalam benaknya menyarankan agar ia kembali dan melupakan semuanya.

Tapi Erika tidak bisa berbalik pergi saat banyak orang yang sudah mengamatinya. Erika selalu menjadi pusat perhatian, ia selalu begitu ketika berada di mana pun.

Wajahnya tidak pernah mengecewakan dengan lipstik merah mencolok, serta rambut hitam yang di ikat kuda. Erika cukup bangga mengatakan kalau dirinya sangat menawan, menarik, dan begitu seksi.

Erika sudah menyiapkan kepercayaan dirinya sejak lama. Ia selalu percaya diri, dan berjalan dengan dagu terangkat. Tapi pertemuan dengan Silas, membuat Erika merasa khawatir.

Erika juga tidak pernah merasakan daya tarik sebesar ini terhadap pria. Bahkan David suaminya yang brengsek, tidak pernah berusaha mempengaruhi dirinya seintim ini.

Saat itu, sejak Silas pertama kali duduk di sampingnya ada daya tarik yang sudah lama tidak ia rasakan sejak beberapa tahun yang lalu.

Ia terdiam dan berjalan berbalik untuk kembali ke mobilnya saat sebuah tangan menggenggam tangannya. Erika menatap mata itu, dan merasakan getaran asing dari  dalam dirinya.

Erika menarik napas, gairahnya membuat ia terkesima ketika menatap Silas yang berdiri di depannya dengan kemeja abu-abu serta celana berbahan sutra. Erika tidak pernah terbuai saat menatap laki-laki. Ia tidak pernah tergoda, Erika juga tidak pernah terpikat oleh pria mana pun sejak beberapa tahun yang lalu.

Saat menatap mata pria itu, Erika merasa ada sesuatu yang berbahaya dari Silas. Tatapan pria itu menggambarkan gairah yang membara, keinginan besar untuk memiliki. Pria itu memiliki aura gelap, yang tidak bisa ditembus oleh Erika begitu saja.

“Aku datang untuk berkonsultasi,” kata Erika membuka suara.

“Ya,” Silas mengangguk. “Aku tahu, mari ke ruanganku.”

Silas membimbing Erika untuk berjalan di sampingnya. Tangan pria itu berada di pinggang, Erika. Ia dapat merasakan hawa panas yang membakar kulitnya ketika Silas menyentuhnya.

“Kau terlihat sangat cantik,” puji Silas.

“Terima kasih,” biasanya Erika akan berbicara dengan suara lembut dan beraksen menggoda saat seseorang memujinya.

Tapi saat ini, Erika tidak bisa berpikir waras. Tubuhnya semakin bergetar ketika berada dalam jarak dekat dengan Silas, berbeda dengan pria itu yang terlihat lebih santai dengan kepercayaan diri yang meningkat pesat. Erika bersumpah ia akan melakukan apa pun untuk mendapatkan kepercayaan dirinya kembali.

Sembari menggenggam tali tas yang dikenakannya, mereka berjalan menyeberangi ruangan untuk berdiri di depan lift yang memantulkan bayangan mereka dengan sempurna.

Silas lebih tinggi darinya yang memiliki tinggi 178 sentimeter. Rambut pria itu berwarna hitam pekat, dengan mata sepekat bayangan malam serta bulu-bula halus yang menumbuhi rahang pria itu. Kemeja abu-abu melekat pas, membentuk sesuatu yang berada dibaliknya. Hanya dari bayangan, Erika berpikir Silas benar-benar sempurna.

Tepat saat lift mencapai lobi, Silas tersenyum ke arahnya dan membiarkan Erika masuk terlebih dahulu ke dalam lift saat pintu terbuka. Pria itu berdiri di belakangnya, dan dari pantulan dinding lift, Erika dapat melihat kalau Silas memperhatikan tubuh dan bokongnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 31, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ScandalWhere stories live. Discover now