29 | the day with them

En başından başla
                                    

Bagaimana dengan Mom-ku?

Langsung kujawab, "Kau akan kami pulangkan tidak lebih dari jam enam. Tenang saja," seringaianku muncul begitu saja seolah ini sistem otomatis ketika pikiranku mulai berakal licik. "Julian ada di rumah Penelope sekarang, dan oh, Seth tidak jadi ikut karena—"

"Ya!"

A-Apa aku tidak salah dengar? Julia barusan bicara 'ya' meskipun dalam artikulasi yang tidak jernih? Dan kemudian, kutahu bahwa itu artinya gadis itu mau sungguhan dalam artian, dia sangat ingin melakukan tur keliling kota! Julia antusias mengangguk bahagia, berulangkali, disertai senyuman penuh kepuasan di bibirnya. Selama sepersekian detik kala aku melihat wajahnya, aku menyadari sesuatu yang salah—tidak, bukan itu maksudku. Julia tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Dulu, aku hanya sering menjumpai sorotan sendu dari wajahnya tanpa semangat sedikit pun. Tidak ada kilatan-kilatan kebahagiaan seperti sekarang ini. Satu hal yang kumengerti sekarang, Julia... jarang sekali terlihat bahagia, terlebih ketika ibunya mengekangnya terus-terusan di rumah. Juga... mengingat kejadian-kejadian itu—kejadian Nyonya Carpenter sengaja menyembunyikan keberadaan Julia dan mengatakan bahwa Julia telah menghilang dari rumah serta saat wanita itu menampar anak gadisnya sendiri—membuatku berpikir, Julia memang tidak pernah tidak merasakan lara.

---

Aku sudah lupa berapa jam lamanya kami berada di College Mall—sebuah pusat perbelanjaan di Bloomington, sekitar dua belas kilo dari rumah—karena sejak kedatangan kami mulai pukul empat sore tadi, Penelope banyak sekali menuntut sementara Julian hanya bisa menurutinya. Mau tidak mau, aku dan Julia hanya bisa mengekor di belakang mereka saja untuk menghindari kalau-kalau kami nantinya malah terpisah dan itu menimbulkan satu masalah baru lagi.

Selama kami bersama, di antara Penelope dan Julia tidak ada yang saling mengajak bicara. Kupikir mereka masih mempunyai gejolak perang dingin akibat tindakan Penelope beberapa minggu lalu; meneror sepuluh rumor untuk Julia dan hal itu—kurasa—cukup membekas di hati Julia karena selama jalan-jalan, aku tidak pernah mendapati Julia berani menatap mata Penelope. Yah, itu semacam ketakutan tersendiri baginya, dan aku tahu itu, aku bisa merasakannya seolah aku adalah seorang psikolog perasaan seseorang kelas rendahan.

Julian menggodaku untuk mewarnai rambutku namun kutolak ketika anak itu dan Penelope sedang menikmati pijatan lembut di kepala (yang merupakan bagian dari paket perawatan rambut yang mereka ambil). Ah sial, lagi-lagi Julian mau-maunya dipaksa Penelope untuk mengecat rambutnya jadi warna putih. Kubilang padanya—sebelum Julian jadi merealisasikan 'mengecat rambut'—kupikir itu tidak akan ada gunanya jika diaplikasikan untuk Julian karena hei, bahkan rambut Julian sudah berwarna pirang dan untuk apa juga dicat putih? Itu sama saja dengan ketika kau menebalkan esai dengan pulpen yang tadinya malah sudah kau tulis hanya dengan pensil.

Sementara Penelope dan Julian berbaring di ruangan perawatan salon sebelah sana, aku dan Julia hanya menunggu di ruang bagian depan, dekat pintu keluar. Sederhana saja, tidak ada pembicaraan di antara kami—maksudku, aku benar-benar khawatir ini sudah jam berapa. Oh sial, pukul tujuh ketika aku mengecek layar ponsel. Sewaktu aku melihat ke wajah Julia, bukannya gelisah yang kudapati di sana, melainkan... rasa bahagia—persis dengan wajahnya ketika aku menculiknya pergi lewat jendela kamarnya sore tadi. Apa yang membuat Julia bahagia? Maksudku, kami bahkan hanya minum milkshake dan makan beberapa pizza serta makanan berbau roti lainnya lalu bermain game laga di pusat permainan, dan setelahnya cuma berujung di sini, di kursi tunggu salon perawatan rambut—oh sial, sungguh menyebalkan.

Kutanya Julia apakah dia ingin membeli sesuatu atau tidak, namun ternyata gadis itu hanya menggeleng cepat. Aku sadar dan tahu bahwa aku mengingkari janji pada diriku sendiri; seharusnya aku memulangkan Julia tidak lebih dari pukul enam, dan sekarang sudah pukul tujuh lewat seperempat dan proses keramas rambut Julian dan Penelope masih belum selesai sementara itu Julian si konyol masih akan mengecat rambutnya. Oh, sialan... Akan pulang jam berapa kami? Maksudku, kami; aku dan Julia.

---

Mobil Julian tiba tepat di pelataran rumah Penelope. Aku sengaja menyuruhnya parkir di sini dengan alasan bahwa aku takut jika Mom-ku tahu bahwa aku kabur dari rumah (padahal yang sebenarnya kukhawatirkan adalah Julia; mengenai bagaimana reaksi ibunya jika tahu anak gadisnya keluar rumah tanpa sepengetahuannya) meskipun malam ini adalah Sabtu malam di musim gugur tahun ini.

Aku langsung membukakan pintu mobil untuk Julia sebelum setelahnya bilang selamat tinggal dan selamat malam untuk Julian dan Penelope. Tidak ada yang benar-benar peduli dan menyadari di antara Julian maupun Penelope mengapa aku dan Julia buru-buru sekali pulang padahal—menurut sebagian besar orang—setengah delapan belum terlalu malam dan hei, justru itu waktu yang tepat untuk berangkat hangout.

Sewaktu aku mengetukkan pintu untuk Julia, seseorang dari dalam langsung membukakan pintu. Nyonya Carpenter, melayangkan tatapan sinis ke arahku sebelum kemudian ia bertanya dari mana saja kami yang mana kujawab dari pusat perbelanjaan kota. Tidak ada perbincangan lagi antara aku dan Nyonya Carpenter karena wanita itu langsung menarik—atau lebih tepatnya merebut paksa—Julia dariku. Pintu ditutup dengan gerakan cepat oleh Nyonya Carpenter. Namun sebelum aku terhalangi oleh pintu kayu, wajah Julia yang bersembunyi di belakang punggung ibunya, bisa kulihat sekilas dari tempatku, sorotan sendu dan kelam. Kilauan-kilauan bahagia itu sudah tiada lagi, menyisakan rasa ketakutan di wajah Julia, dan aku tahu, setelah ini, gadis itu pasti dilarang berbuat sesuatu di luar pantauan Nyonya Carpenter.

Aku masih mematung di depan pintu ketika benda kayu itu sudah benar-benar ditutup lalu senyap setelahnya. Saat ini aku malah membayangkan kemarahan Nyonya Carpenter terhadap anak gadisnya. Sejenak, aku tambah merasa kasihan sekaligus bersalah karena memang ini semua adalah ide bodohku. []

 []

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
Ten Rumors about the Mute GirlHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin