Beberapa hari ini,Renjun selalu tinggal dirumah Mark. Rumah serta perusahaannya menjadi atas nama Pamannya. Ternyata pamannya tersebut sudah lama mengincar harta milik keluarga Renjun.

Mark baru pulang dari kantornya,ia hendak menuju kamar Renjun untuk mengecek apakah Renjun baik-baik saja. Tapi yang ia lihat adalah Renjun dengan tangan kiri yang tersayat lebar mengeluarkan banyak darah. Sementara pemuda manis itu sudah pingsan. Ia kemudian langsung membawa Renjun kerumah sakit untuk mendapat pertolongan. Dan setelah itu,Renjun menjadi orang yang penutup selama hampir 6 bulan sebelum Mark benar-benar bisa membuat Renjun membuka hatinya kembali. Dan senyum itupun terlihat setelah usaha keras dari Mark.

Mark kembali fokus saat sang dokter memanggilnya. Ia buru-buru menghampiri sang dokter.

"Bagaimana keadaannya,Hyung?" Tanya Mark pada sang dokter yang ternyata adalah Hyungnya,Taeyong Lee.

Sang dokter tersenyum. "Dia tidak apa-apa,Mark. Tenang saja. Dia hanya tersayat sedikit saja"

Mark bernafas lega. Ia segera masuk kedalam ruangan Renjun. Diatas ranjang itu,Renjun sedang menutup matanya. Mark mendekati Renjun. Duduk dikursi samping ranjang tempat Renjun berbaring.

"Cantik",Mark tersenyum sambil membelai pipi Renjun. Kemudian berdiri dan membisikan kata ditelinga Renjun.

"Wo ai ni" dan dilanjutkan mencium kening Renjun cukup lama. Lalu tersenyum,kemudian ia beranjak keluar ruangan tanpa tahu kalo Renjun sudah menitikan air mata bahagianya.

Ya,Renjun ternyata sendari tadi sudah sadar,tetapi ia memilih berpura-pura tidur tenang.

"Nado Saranghae", Renjun menjawab dengan berbisik ketika Mark sudah keluar ruangan. Air matanya masih mengalir deras.

.

.

.

Disinilah Mark, disebuah toko bunga dekat rumah sakit. Tadinya ia mampir membeli makanan dan minuman untuk Renjun nanti jika sudah siuman. Namun, matanya menangkap objek cantik di toko tersebut. Ia langsung masuk dan disambut oleh wewangian dari berbagai jenis bunga.

"Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?" Sang penjual bunga itu tersenyum menyambut Mark.

Mark melihat keseliling ruangan itu, kemudian ia meringis karena tidak tahu arti bunga-bunga tersebut.

"Umm...untuk seseorang yang suci, sederhana,polos,lemah lembut dan juga cantik. Bunga apa yang cocok?" Mark akhirnya bertanya pada sang penjual bunga.

"Ah mari saya tunjukan." Sang penjual bunga pun menunjukan jenis bunga yang disebutkan oleh Mark.

"Ini Bunga Daisy yang mengartikan kepolosan, kemurnian, kesucian, kesetiaan, kelembutan dan kesederhanaan."

Mark menatap bunga tersebut. Seperti Renjun. Cantik,polos dan sederhana. Mark tersenyum kemudian ia meminta sang penjual bunga untuk membungkus bunga tersebut secantik mungkin.

Setelah selesai, ia kembali ke kamar Renjun. Menemukan pria manis itu sudah bangun dan sedang duduk bersandar pada bantal yang ditumpuk. Mark tersenyum dan segera menghampiri Renjun.

Sedangkan Renjun menundukan kepalanya tidak berani menatap Mark saat ini. Ia juga merasa bersalah pada pemuda tampan itu. Ia seharusnya tidak berniat mengakhiri hidupnya lagi. Saat itu ia hanya sedang kalut. Teman-teman disekolahnya mengatainya cacat karena ia tidak bisa berjalan. Dan itu membuatnya frustasi sehingga berniat kembali mengakhiri hidupnya.

Mark mengelus pipi Renjun dan membuat Renjun sadar dari masalahnya. Tersenyum begitu hangat ketika Renjun menatapnya yang membuat Renjun menitikan air matanya dan kemudian menangis sesegukan.

Mark segera membawa Renjun kedalam pelukan hangatnya. Mengelus punggung Renjun sambil mengatakan kata-kata penenang untuk bocah manis itu.

"Hiks...maafin Njun... n-njun hiks saat itu kalut. Temen-temen mengatakan kalau Njun hiks cacat," Renjun menyembunyikan wajahnya didada Mark. Menangis sesegukan. Mark sangat tahu itu. Renjun pasti sangat terpukul. Renjun pasti merasa kesepian. Disaat temannya bisa bermain,berlarian,ia seorang diri hanya bisa duduk diam dikursi roda.

Sebenarnya Renjun sudah sedikit-sedikit bisa berjalan. Tapi terkadang masih sakit saat kakinya diajak berdiri. Jadi,ia memilih duduk dikursi roda saja.

"Bukankah Njun punya Hyung disini? Hyung akan selalu menemani Njun kapanpun," Mark masih mengelus punggung Renjun dan menenangkan si mungil.

Setelah tenang, Renjun mendongak mentapa Mark. "Nado saranghae, Hyung" Kemudian segera menenggelamkan wajahnya didada Mark lagi. Malu.

Mark mematung sejenak. Ia tidak bisa berfikir. Renjun? Membalas cintanya? Padahal biasanya saat Mark mengatakan kata-kata cinta,Renjun hanya tersenyum dan menjawab seadanya. Dan sekarang? Woahh sungguh tidak bisa dipercaya.

"Katakan sekali lagi dengan suara keras, sayang" Mark menangkup kedua pipi Renjun yang bersemu.

"Uhh...tidak ada pengulangan" Yang lebih muda mengerucutkan bibirnya. Imut. Mark khilaf. Ia mengecup bibir itu cepat membuat Renjun tambah bersemu. Bahkan telinganya ikut memerah.

Mark memeluk erat Renjun. Ia bahagia? Tentu saja ia bahagia. Renjun membalas cintanya setelah semua pengorbananya.

Mark melepas pelukan Renjun dan segera mengambil bunga yang berada diatas bakas kemudian diberikan kepada Renjun. Sementara Renjun menyeringit.

"Daisy?"

Mark mengangguk. "Polos, sederhana, cantik dan lembut. Seperti dirimu." Mark mengelus pipi Renjun.

Renjun segera memeluk Mark lagi. Ia bahagia. Ia bahagia bisa dipertemukan dengan Mark. Seandainya Mama,Baba,dan adiknya masih hidup,mereka pasti sangat menyukai Mark.

"Terima kasih. Dan Njun janji. Njun bakal sembuh untuk Hyung. Hyung akan bahagia untuk Hyung. Njun bakal jadi anak baik dan kekasih yang baik juga untuk Hyung"

Mark tersenyum. Hatinya lega mengetahui Renjun berniat untuk sembuh total. Dan malam itu,mereka menghabiskan waktu berdua dengan canda tawa. Berbahagialah kalian.

.
.
.

END

.
.
.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

A/N;

Depong01's note;

Hallo semuanya,aku penulis baru disini.

Semoga kalian suka dengan ff ku. Salam kenal semuanya.

Terima kasih juga buat akun markrentown yang udh mau nampung ff-ku. Terima kasih.

#07122018
Admin; 🐰

BEAUTIFUL TIMES [MARKREN]Where stories live. Discover now