part 1

27 2 0
                                    

Suara gemuruh hujan membangunkan ani dari tidurnya, jam sudah menunjukkan jam 9 malam, itu pertanda mama papanya sudah ada dialam tidur mereka.
ani mengucek ucek matanya, melihat kanan kirinya ternyata adik-adiknya juga sama, tertidur begitu pulasnya.
Mungkin mereka sudah ada dialam bawah sadar? Atau bahkan sudah berapa mimpi yg terjadi? Suatu saat itu bisa dijadikan sebuah film fantasy yang tidak akan pernah terjadi didunia nyata, Ani tersenyum ketika memikirkannya, ya begitulah adiknya yang paling kecil ketika ada dialam tidur pasti suka memimpikan sesuatu.
Ani beranjak dari duduknya hingga entah apa yang dipikirkannya dia berjalan pelan-pelan dan membuka pintu rumahnya dan sepertinya baginya, lebih menarik melihat hujan dimalam hari bercampur petir dibandingkan masuk kealam tidur seperti yang dilakukan adik-adiknya.
Ani adalah orang yang tidak pernah takut dengan hujan apalagi petir.
Kerasnya didikan orang tua yang dialami membuatnya tumbuh menjadi orang yang tidak gampang takut.
"Gak ada yang perlu ditakutkan didunia ini selama kamu masi berjalan didalam kebenaran nak, tapi yang harus kamu takutkan adalah ketika kamu jatuh dan kamu gak tau bagaimana caranya pulang." Kata papanya suatu kali.
Ani hanya mengangguk saja, bahkan raut wajahnya tidak menunjukkan kalau dia paham maksud papanya seluruhnya.
Ani megarahkan tangannya ke hujan, menatap langit penuh kekaguman, bahkan rasanya tiba-tiba terasa lebih indah daripada siang yang biasa terlihat terang.
Bagaimana mungkin bumi tercipta begitu saja hanya dengan the big bang teori yang di temukan oleh albert einstein, benda ini tabrakan dengan benda itu dan tejadilah bumi. atau asal muasal manusia yang katanya berasal dari monkey yg dikemukakan oleh darwin.
Ok fine, mungkin mereka ada benarnya, tapi tetap saja pasti ada creator dibelakangnya, gak mungkin gak ada, dan itu pasti adalah orang hebat dan penguasa.
Tapi siapa?
Mungkinkah?
Dan darimana permulaannya?
Tiba-tiba saja pertanyaan ini terlintas dipikirannya.
Bukan hanya satu dua tapi dari satu dua pertanyaan itu muncul pertanyaan pertanyaan lain.
Begitu lama Ani tenggelam dalam pikirannya sendiri hingga sebuah suara isak tangis terdengar ditelinganya.
"Tuhan, kepada-Mu aku datang berserah, tidak ada yang bisa kubanggakan didunia ini, Engkau mengetahui apa yang aku lakukan baik pada waktu duduk maupun berdiri, siang ataupun malam. berkati anak anakku yang delapan orang ini ya Tuhan, berkati john,ezer,elvy,ika,ani,arta,tohap,dan tini, ampuni dosa anak-anakku ya Tuhan, jauhkan kami dari cobaan dosa dst..."
semakin lama suara itu seperti tangisan pengaduan memohon perlindungan.
Ani tersadar dari lamunannya, kemudian masuk kedalam rumah, ia mengunci pintu kemudian mendekatkan telinganya kearah suara, ternyata suara mamanya sedang berdoa kepada Tuhan.
Ini bukanlah yang pertama bagi Ani, tapi sudah termasuk kebiasaan lama bagi sang mama, terbangun di jam yang sangat larut dan berdoa kepada Tuhan, entah Tuhan yang mana Ani sendiri tidak pernah tau kepada Tuhan yang mana mamanya menangis dan mengadu.
Bahkan mamanya bukan cuma mengadu dan menangis tapi sering dimoment moment seperti ini suara mamanya pasti mengeluarkan suara suara aneh bahkan bahasa yang tidak Ani ketahui, ketika besoknya Ani bertanya, sang mama pasti menjelaskan bahwa itu adalah bahasa baru yang diberikan Tuhan Yesus kepada anak-anaknya yang meminta.
Mazmur 40:3 (TB) (40-4) Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.
Tak cukup mengerti dengan penjelasan itu, tapi Ani tetap saja menerima penjelasan itu walau tidak mengerti sepenuhnya.
Akan tetapi siapa yang menyangka kalau justru penjelasan penjelelasan demikianlah yang membuat Ani ingin mengetahui kebenaran yang sebenarnya.
"pulang sekolah kalian langsung kesawah, ini uang bukumu minggu ini, langsung bayar jangan ditunda-tunda, bawa adek-adekmu, langsung datang dan jangan main-main dulu" sang mama memberi uang sambil memberi pesan.
Ani mengangguk pertanda bahwa dia mengerti dan akan melakukannya.
Ani memang tidak diberi kesempatan untuk menghabiskan waktu main-main dan itu berlaku bagi setiap anak-anak yang ada dilingkungannya.
Malah dari kecil bahkan sebelum masuk sekolah Dasar selalu diajari bagaimana caranya bekerja diladang dan disawah, sehingga tidak heran jika masih kelas 1 Sekolah Dasar sudah tau cara-cara bercocok tanam.
"Terima kasih buat pelajaran yang sudah dipelajari ya Tuhan, beri kami ingatan untuk boleh mengingat apa yang kami pelajari hari ini, trima kasih ya Tuhan, amin"
Salah seorang teman sekelas Ani mengakhiri doa penutup kelas disekolah hari ini.
Ani duduk dan teman-temannya yang lain di tempat biasa mereka menunggu bis sekolah.Hingga bis tiba dan dia akan melakukan apa yang dipesankan sang mama kepadanya sebelum berangkat sekolah pagi tadi.
Aktivitas itulah yang dilakukan keluarga Ani setiap harinya, segala sesuatunya itu di awali dengan doa sekalipun bahkan Ani sendiri bingung, kepada siapa mereka berserah? Bahkan Ani sendiri tidak pernah melihatNya.
"Temanmu sudah menunggu didepan, katanya kalian ada ibadah youth hari ini?
"Ia Ayah, tapi Ani berencana tidak ikut
Mereka dulu".
"Loh, kenapa?
"Ini kebaktian anak-anak muda, dan semua anak-anak tetangga senang mengikutinya nak, ini malah kamu yang tidak mau?"
"Ada apa?
"Jadi anak gadis jangan malas begitulah, harusnya kamu bersyukur uda dikasi Tuhan kesempatan untuk datang kepadaNya, tidak semua orang punya kesempatan itu,
"Ayolah.
Papanya menjelaskan begitu panjang lebar, bahkan Ani sendiri bingung.
"Apa hubungannya tidak ikut youth dengan semangat anak tetangga??? Terus papa menyinggung soal bersyukur, dan itu juga tidak ada hubungannya sama sekali deh"
Ani membatin dalam hati.
"Ya sudah Ayah, Ani akan siap-siap dan ikut mereka ibadah youth.
Akhirnya Ani mengeluarkan suaranya untuk menghentikan ocehan papanya yang menurutnya sama sekali tidak berhubungan.
Ani memang termasuk anak yang penurut, dan saudara-saudaranya yang lain juga begitu, ajaran mama papanya membuat anak-anak mereka menjadi anak-anak yang tidak suka membantah.
"Hari ini,saya yang jadi pembawa pujian, dan saya sudah menentukan siapa yang akan memimpin doa kita nanti untuk firman, dan saya nanti akan panggilin nama kamu Ani, jadi persiapkan diri ya.
Imel salah satu teman Ani mengingatkan.
"Akh, kok mendadak ya?
"dan kamu tidak menanyakanhal ini dulu ke saya?
"Kamu kan paham hal ini kalau saya tidak bisa, dan ya saya benar-benar tidak tau mau ngomong apa didepan nanti, lagian mengapa harus saya? Kan ada yang lain?
Ani menghujam imel berbagai tolakan bahkan pertanyaan bahkan sekarang dia marah dan mulai mengancam.
"Pokoknya tidak, jangan sampai kamu nanti panggil dan sebut nama saya, atau pilihannya kita tidak usah lagi punya hubungan pertemanan, karena seorang teman tidak akan mempermalukan temannya sendiri, dan kalaupun kamu memaksa saya tidak akan maju sampai kapanpun!" ancam Ani yang tidak tanggung-tanngung.
Imel tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ok ok.
"Tidak masalah
"Saya bisa ganti dan panggilkan yang lain.
"Tapi kamu jangan marah-marah begitu dong, lagian mau sampe kapan kamu tidak bisa?
"Kamu bisa dan sangat bisa, dan itu kalau kamu lawan ketakutan dan berani mencoba, kamu tidak bisa karena kamu gak pernah belajar mencoba melawan rasa insecure kamu.
"Ayolah, percaya pada saya.
"Kamu bisa dan mulai dari kata-kata yang biasa saja, tidak perlu panjang
"Singkat juga boleh.
"Tapi mel, kamu kan paham kalau saya tidak tahu bagaimana menyusun kata-katanya,
"Bahkan berdiri didepan saja saya sangat malu, saya tidak bisa tahan diperhatikan banyak orang.
"Ya sudahlah, intinya saya tidak bisa.
Ani lagi lagi menolak dengan berbagai macam alasan dan pertanyaan.
"Harusnya kamu malu dong, masa Ayah kamu pengerja di gereja kita tapi kamu malah di suruh begini saja tidak bisa dan mencari banyak alasan yang tidak masuk akal. Imel mulai terpancing.
"Tapi ya sudahlah, ini kita harus cepat, sepertinya kita sudah terlambat.
Imel megakhiri perdebatan panjang itu.
Siapa sangka ternyata justru kata kata terakhirnya itu yang membuat Ani lama berpikir.
"Mari kita angkat lagu penyembahan kita yang berkata, Kumasuk ruang maha kudus"
Imel berdiri di Altar dan memimpin penyembahan.
Ani duduk dibarisan ke empat, anak-anak muda digerejanya memang tidak banyak, tapi dengan semangat mereka selalu rutin melakukan ibadah itu setiap minggunya.
Lagu dilantunkan berkali kali sampai pada akhirnya ada satu moment dimana Ani begitu saja mengeluarkan air matanya.
Kata kata Imel yang terakhir membuatnya menangis, tanpa sadar tangannya mulai terangkat dan dia mulai sesekali terlihat sesenggukan menahan agar tidak terlalu mengundang perhatian yang lainnya.
"Haleluya 12 kali"
Ternyata lagunya sudah ganti dan dilanjutkan dengan lagu haleluya,
Kehidupan yang berlalu begitu saja mengalir di kepala Ani.
Tampaknya dia seperti tidak sedang mengingat masa lalu, tapi seperti disodorkan sebuah film yang terpampang dihadapannya dan Ani menonton kembali film kehidupan itu.
Sampai akhirnya suara Imel yang memanggil Lia untuk memimpin doa untuk Firmanlah yang menyadarkan Ani.
"Terimalah pujian penyembahan kami ya Tuhan, berkati persembahan kami dan kami siap terima firmanMu amin."
Lia mengakhiri doanya dengan baik.
Ani mengusap air matanya, bahkan masih kelihatan bingung sampai sekarang. Sepertinya ingatan tadi membuatnya tertegun cukup lama, ada sesuatu dorongan didalam dirinya untuk memaksa dia bercerita panjang lebar, dan meluapkan segalanya tapi disisi lain ada dorongan yang melarang.
Ibadah berlangsung cukup baik, dan hampir setiap yang datang bersuka cita, lain dengan Ani yang justru malah berbeda, ada kepuasan tersendiri dalam dirinya ketika penyembahan tadi, tapi justru banyaknya pertanyaan yang berkecamuk dalam dirinya membuatnya semakin bingung.
"Tadi bagaimana saya memimpin pujiannya?

"Apakah itu bagus? 
Imel seperti biasa pasti meminta pendapat teman-temannya untuk mengoreksi penampilannya kali ini.

"Menurut saya itu cukup bagus, kata-katanya juga bagus dan semua anak-anak tadi mengalir, dan kamu cukup keren melakukan itu.
Ani mulai membuka mulut memberi pendapatnya.
"Terima kasih Ani.
"Aku yakin kamu juga pasti bisa seperti saya jika saja kamu berani mencoba.

Ani tersenyum menanggapi maksud Imel.

♡bersambung♡
❤❤❤❤❤❤

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 02, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

prayerWhere stories live. Discover now