Dua

22.1K 1.5K 50
                                    

Langit di selimuti awan senja saat supir mengemudikan truk, memberhentikan perjalanan mendadak, Yuka sempat berpikir bahwa truk berhasil menyusul bus yang meninggalkannya.

Pria itu melangkah ke belakang truk, meminta Yuka dan dua rekan wanita di dalamnya untuk turun.

Yuka mengerutkan keningnya memperhatikan daerah sekitarnya, mereka berada di sebuah pelabuhan, Yuka mencari cari bus rombongannya namun tidak terlihat sama sekali, Yuka pun beranikan diri mempertanyakannya pada pria berambut gondrong itu.

"Pak, bukannya bapak janji mau bantu saya nyusul bus rombongan, kok saya tidak melihat ada bus." Tanya Yuka.

Pria itu hanya menyeringai, ia mengerakan tangannya ke balik kemeja lusuh ia kenakan dan mengeluarkan pisau lipat membuat Yuka membulatkan matanya.

Pisau di acungkan ke wajah Yuka, pria berwajah sangar itu membuang salivanya sembarangan.

"Diam, atau pisau ini akan bicara." Geram pria itu.

Wajah Yuka memucat, ia melirik pada kedua wanita yang satu truk dengannya hanya merunduk ketakutan.

Sialnya Yuka, orang di hadapannya ini memang orang jahat, Yuka menyesali kebodohannya mempercayai pria ini untuk membantunya, entah mau apa pria ini padanya.

"Jadilah gadis manis, maka kau akan mendapatkan uang sangat banyak." Kekeh pria itu membuat Yuka mengerutkan keningnya heran.

Dari arah kejauhan beberapa orang keluar dari dalam kapal yang singgah di tepi pelabuhan, terlihat ada beberapa pria yang melangkah ke arah mereka.

Pria itu menyeringai menjabat tangan pria rambut gondorong itu, mereka sedang bicara dengan bahasa asing yang Yuka tidak pahami.

Setelahnya beberapa dari mereka mendekati Yuka dan kedua wanita itu, mereka memegang lengannya dengan kuat.

"Apa apaan ini." Yuka berontak menatap sengit pada mereka.

Pria gondrong itu berdesis marah mendekati Yuka dan menjambak rambutnya kebelakang.

"Kau jalang liar ternyata, jadilah penurut seperti mereka." Tunjuk pria itu pada kedua wanita yang tanpa brontak pasrah di bawa ke dalam kapal.

"Memang kami mau dia bawa kemana?" Tanya Yuka.

"Tentu ke luar perbatasan negara manis, kau akan jadi gadis kaya raya di sana." Kata si pria menyentuh dagu Yuka yang memalingkan wajahnya.

"Kau menjual kami." Kata Yuka spontan.

"Hahaha..." Pria gondrong itu hanya tertawa lebar membuat Yuka muak, dengan keadaan lengah para pria jahat itu yang mentertawakan Yuka, dengan gesit Yuka menendang selangkangan pria gondrong itu hingga ia meringis kesakitan.

Yuka juga memanfaatkan giginya, mengigit tangan-tangan pria yang menahan lengannya.

Yuka berlari sekuatnya saat pria jahat itu mengejarnya.

"Cepat kejar dia."

Keadaan sekitar sangat sepi, Yuka bingung harus berlari kemana namun ia tidak menghentikan langkahnya berayun secepatnya.

Saat bersekolah dulu ia adalah pelari terbaik, dan kini terbukti para pria itu kewalahan mengejarnya.

Sampai ia berlari menuju jalan Raya, Yuka menatap sebuah gedung ramai dengan mobil memasuki tempat itu.

Yuka memutuskan pergi ke sana, dan berharap siapa pun bisa menolongnya karena para pria jahat itu meski sudah kewalahan masih bersikukuh untuk mengejarnya.

Sampai Yuka menyelinap ke pakiran mobil gedung itu, ia menatap seorang pria ingin memasuki mobil sontak ia menghampiri pria itu dan menarik jas pria itu kenakan.

"Tolong saya tuan." Lirih Yuka dengan nafas terputus putus.

Pria itu mengerutkan keningnya menatap Yuka dalam.

"What!" Katanya mengangkat salah satu alisnya ke atas.

"Tolong saya, pria-pria itu ingin menjual saya." Kata Yuka menjelaskan berharap pria ini orang baik mengerti kesulitan Yuka.

Pria itu masih bergeming, menatap Yuka seksama.

Yuka semakin panik saat melihat ke belakang para pria mengejarnya tadi menemukannya. Sekali lagi di tatapnya memelas pada pria berjas di depannya atau kah pria di depannya ini tidak mengerti bahasanya, karena dari wajah nya yang blastran memang pria ini bukan warganegara Indonesia.

"Hei, gadis itu di sana." Seru salah satunya memanggil rekannya menghampiri Yuka dan menarik tangannya tapi Yuka berontak minta di lepaskan.

"Hei, lepaskan dia." Hardik pria blastran itu menatap sengit pada penjahat itu yang ingin membawa Yuka paksa.

"Maaf tuan, gadis ini adalah pelacur kami." jawab salah satunya.

Yuka menggeleng keras, air matanya menetes menatap memohon pada pria blastran itu agar tidak mempercayai ucapan mereka. Harapan Yuka hanya pria ini yang mampu menolongnya.

Tapi berapa saat pria itu hanya diam membuat Yuka kecewa, ia tidak mampu melepaskan diri hanya menoleh miris saat para penjahat itu menyeretnya paksa.

"Aku akan membelinya." Katanya membuat para penjahat itu menghentikan langkahnya dan berbalik menatap pada pria blastran itu.

"Berapa harganya?" Katanya.

Yuka bergeming, ia tidak mempercayai dirinya malah di beli, padahal dia bukanlah pelacur.

Setelah bahas jual beli dirinya, para penjahat itu mendapatkan uang yang mereka mau dengan nominal cek yang tidak sedikit, setelahnya mereka pergi meninggalkan Yuka bersama pria blastran yang sudah membeli dirinya.

Pria itu dengan santai melangkah ke mobilnya, ia melirik Yuka yang masih berdiri layaknya patung.

"Kau boleh pergi, sekarang kau bebas." Kata pria itu serak.

Deg

Yuka menoleh pria itu tidak percaya, jadi pria ini tidak lantas membawanya, senyum terukir samar di sudut bibir Yuka, ia sudah salah mengira pada pria ini yang benar tulus menolongnya.

Tapi saat pria itu memasuki mobilnya, Yuka lekas menghampiri, mengetuk kaca pintu mobil pria itu hingga pria itu terheran menurunkan kaca mobilnya.

"Ada apa?"

"Terima kasih tuan." Kata Yuka.

"Tidak masalah." Katanya santai.

" Tuan."

"Ya.." pria itu bingung dengan tingkah Yuka, yang menghambatnya pergi.

"Aku tidak tahu harus kemana, tuan bisakah beri tumpangan untuk mencari bus rombongan saya?" Tanya Yuka memelas.

"Aku tidak bisa, kau bisa pergi ke kantor polisi." Katanya.

"Tapi tuan ku mohon, " kata Yuka tapi pria itu malah menjalankan mobilnya, Yuka hanya bisa menangis.

Yuka merunduk menyeka air matanya, ternyata mobil itu mundur dan berhenti.

Pria blastran tadi keluar, dan menarik Yuka untuk memasuki mobilnya.

Tbc




Simpanan ke DuaWhere stories live. Discover now