27 | Herbert Carpenter

Mulai dari awal
                                    

Sheriff Marley berdeham (seperti yang kebanyakan orang dewasa lakukan) lalu pria itu membenarkan posisi duduknya dengan maju beberapa senti dari kedudukan awal. Aku tidak yakin benar apakah ia tersenyum kecut ataukah tulus kepadaku karena kulit cokelatnya—maksudku, itu benar-benar pekat warnanya dan malangnya aku jarang berinteraksi dengan orang kulit hitam.

Pria itu memperkenalkan diri kemudian memulai percakapan dengan serentetan basa-basi tidak penting di hadapanku. Bahkan, sampai menyinggung sekolahku juga meskipun itu hanya sekilas. Aku mulai bosan dengan percakapannya dan kuberi ia tatapan oh tidak penting, baiklah, ya ya ya.

Sebelum memulai ke topik utama, Sheriff Marley sempat bilang bahwa aku jangan sampai mengada-ada atau mengarang cerita sendiri. Kujawab ya, lantas pria itu bilang, "Baiklah langsung saja ke topik, MacMillan," tiba-tiba pria itu berkata demikian yang membuatku membenarkan posisi duduk agar tidak melorot lagi. Tanyanya, "Kau ingat bagaimana wajah orang yang menyerangmu kemarin?"

Aku berpikir sejenak, lalu kubilang, "Kurasa aku lupa—maksudku, wajahnya tidak jelas."

"Apakah kau memberikan perlawanan?"

Aku mengangguk, "Ya."

"Di mana adikmu ketika kau diserang?"

"Dia ... kupikir dia menjauh ke dekat pagar saat aku tersungkur."

"Apakah adikmu mencoba melawan pria itu?"

"Tidak. Kusuruh dia kabur dan dia melakukannya."

"Julian menolongmu ketika adikmu telah kabur. Dan, apakah kau ingat—"

"Tunggu, Julian?"

"Ya. Apakah kau ingat bagaimana situasi Julian saat dia dan pria itu berkelahi?"

"Entahlah. Aku merasa sangat pusing kala itu. Kepalaku berdenyut hebat. Aku tidak memperhatikan mereka berkelahi."

Sepersekian detik, Sheriff Marley bergeming, lalu menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi. Bergeming lagi selama hampir lima detik sebelum akhirnya mengangkat punggungnya ke depan, memajukan sorot pandangannya tepat ke arah mataku. Tajam dan sangat berarti. Katanya, "Kutanya sekali lagi, bagaimana ciri-ciri pria itu?"

Aku terdiam. Jika ditanya bagaimana ciri pria itu, yang bisa kuingat adalah saat dimana kemarin aku menoleh ke belakang, mendapati pria bertopi dan berkacamata hitam berada tidak kurang satu meter dari tempatku dan Seth. Kukatakan pada Sheriff  Marley, sungguh aku hanya bisa tahu bahwa pria kemarin bertubuh gempal, berkacamata, dan bertopi. Selebihnya, aku tidak tahu—maksudku, tidak ingat. Pakaiannya saja cukup aneh—semuanya serba hitam sampai-sampai semua kulitnya tidak kelihatan.

Tahu-tahu, Sheriff Marley bertanya padaku, melenceng jauh dari topik, dan itu soal seseorang yang tinggal di samping rumahku, "Herbert Carpenter. Kau mengenalnya, bukan?" Ada jeda beberapa detik berselang sebelum akhirnya Sheriff berkata lagi, "bagaimana dia? Bagaimana ciri-ciri pria itu?"

Rasanya aku ingin mengumpati kepala kepolisian ini karena nada bicaranya mencurigakan ketika ia tiba-tiba menyebutkan nama Herbert Carpenter yang bahkan tidak ada hubungannya sama sekali dengan masalah ini. Ya, Herbert Carpenter adalah ayah Julia—yang selama ini kukenal dan kutemui hanya saat aku berteman dengan Julia.

Kubilang pada Sheriff bahwa aku tidak begitu mengenal Herbert Carpenter secara langsung dan intens. Kujelaskan bahwa ciri fisik Herbert Carpenter yaitu bertubuh agak besar tinggi dan berambut cokelat tua. Kulitnya putih—ras kaukasoid. Kubilang aku hanya bertemu padanya ketika berkunjung ke rumahnya dan menjenguk Julia di rumah sakit, serta hanya pada saat-saat tertentu. Kukatakan juga bahwa mungkin pria itu sibuk karena jarang kulihat dia berkeliaran di sekitar perumahan meski hanya di depan rumah.

Ten Rumors about the Mute GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang