Bahtera-3

5.6K 621 31
                                    

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Kanaya dengan nada yang tidak bersahabat. Netranya menatap nyalang pada laki-laki yang sudah berdiri di hadapannya sambil tersenyum. Kalau saja pertemuan pertama mereka memberikan kesan baik, mungkin saat ini Kanaya sudah meleleh melihat senyuman semanis madu itu.

"Saya mau kasih ini," ujar Kenan seraya menyodorkan goodie bag bercorak batik ke arah Kanaya. Namun perempuan itu tetap bergeming. "Saya minta maaf atas perkataan saya yang mungkin menyakiti hati kamu. Saya mohon terima ini."

"Nggak usah! Saya bisa beli sendiri!"

Setelah mengatakan itu lengan kiri Kanaya disenggol oleh Devina. Kanaya menaikkan sebelah alisnya sebagai isyarat, Devina langsung berbisik, "yang sopan sama cowok ganteng."

"Gue bilangin suami lo, ya. Kalau lo genit."

Devina langsung mencebik, "suami gue lagi terbang," bisik Devina dengan nada yang ditekan. Suaminya itu co-pilot di maskapai yang sama dengan Kenan. Kenan dan suami Devina berteman baik saat keduanya sering menjadi partner terbang.

"Terima aja itu hadiah dari doi," lanjut Devina dengan masih berbisik. Sesekali netranya menatap ke arah Kenan yang sedang berharap kalau sahabatnya ini menerima hadiah darinya.

"Makasih, tapi saya bisa beli sendiri. Saya bukan parasit dalam hidup Eyang anda."

Kenan memencet hidungnya yang tidak gatal. "Saya sudah minta maaf soal itu."

"Kamu pikir dengan minta maaf semuanya beres?! Nggak ada yang namanya penjara kalau orang yang ngelakuin kesalahan semuanya bilang maaf," tukas Kanaya dengan nada naik satu oktaf. Devina yang mendengar itu sedikit malu atas kelakuan sahabatnya.

"Ya sudah kalau kamu tidak memaafkan saya. Tapi ini dari Eyang, saya mohon diterima. Eyang lagi sakit, saya harap kamu tidak menambah beban pikirannya."

Kenan meraih tangan Kanaya agar perempuan itu menerima goodie bag darinya. Perlakuan itu membuat Kanaya terkejut, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena Kenan segera pergi.

"Ya Allah, Nay. Lo kenapa sih sama dia? Kok bisa-bisanya kayak gitu?" geram Devina. "Coba gue liat apa ini isinya." Devina meraih goodie bag di tangan Kanaya dan membukanya. "iPhone X? Kok captain Ken bisa ngasih lo ini?"

Kanaya menaikkan bahunya tanpa berniat menjawab pertanyaan Devina. Namun sahabatnya itu terus-menerus memaksa, dan mau tidak mau akhirnya ia jawab juga. "Dua hari yang lalu Eyangnya nggak sengaja jatuhin iPhone gue. Ya udah itu gantinya."

"Terus kenapa lo nggak mau?" tanya Devina heran.

"Dia ngatain gue macem-macem. Gue nggak suka."

"Ya ampun Nay, maklumin aja dia begitu sama cewek. Udah lama jomblo, jadi dia lupa cara perlakuin cewek dengan baik gimana."

"Pantes sih jomblo, kelakuannya aja kayak gitu! Mana ada cewek yang mau sama dia!"

"Sstt nggak boleh gitu lho, Nay. Siapa tau nanti lo yang kepincut sama dia," goda Devina.

"Amit-amit cabang orok! Gue udah punya calon suami. Popeye gue di sana lagi berjuang buat halalin Olivenya."

Kanaya melihat goodie bag yang diberikan Kenan. Ia harus memulangkannya lagi pada Eyang. Ya harus.

•••

"Mbak Nay, Daisy tipe 001 sudah sould out," lapor Gita pada Kanaya.

"Oh ya? Ya sudah bilang ke penjahit re-stok lagi."

"Siap, Mbak." Gita langsung keluar dari ruangan Kanaya, namun saat ia mengingat sesuatu ia masuk lagi dengan kepala menyembul dari balik pintu. "Mbak Nay kemarin habis jalan ya sama Popeyenya?"

Bahtera Surgaku [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang