🌑Garis Terdepan

17.8K 2.3K 887
                                    

" Entah aku pengecut, entah kau tidak peka."


"Kamu tidak manis."

Chenle mengerutkan dahinya tidak suka. Beraninya bocah berambut oranye di hadapannya ini mengatakan hal yang jelas-jelas tidak benar.

"Aku manis!"

Bocah oranye itu menatap Chenle dengan tatapan yang menyebalkan -menurut Chenle. Ia mendengus karena tak bisa menahan tawa saat Chenle memajukan bibirnya sambil menggerutu.

"Kamu tidak pernah tersenyum padaku. Berarti kamu tidak manis."

"Kau senang menyimpulkan sesuatu menurut kehendakmu sendiri rupanya." Chenle berdecak sambil mengaduk-aduk caramel macchiato yang sama sekali belum ia minum daritadi. Selera minumnya hilang begitu saja saat Jisung -bocah berambut oranye yang sangat menyebalkan itu duduk di hadapannya tanpa permisi.

"Aku mau caramel macchiato-mu." Jisung menunjuk minuman yang sedari tadi hanya diaduk-aduk oleh Chenle.

"Tidak boleh!" Chenle memelototkan matanya yang sipit.

"Kamu tidak bisa bersikap manis seperti Jaemin hyung atau Renjun gege atau-"

"Aku manis! Aku manis! Aku manis!"

Untung saja kafe sedang sepi sekarang sehingga hanya beberapa orang yang menoleh ke arah mereka saat mendengar teriakan Chenle. Jisung tersenyum meminta maaf. 3 anak perempuan yang duduk di pojok kafe terkikik geli melihat pasangan yang super duper lucu ini.

"Kata siapa kamu manis?" Jisung bertanya dengan nada mengejek seolah Chenle adalah anak balita yang sedang merajuk.

"Mark hyung bilang begi-"

Cup

Ucapan Chenle terhenti saat bibir lembut Jisung menyentuh bibir tipisnya. Ia bahkan tidak bisa berkata-kata -terlalu shock saat ciuman pertamanya diambil oleh orang yang sangat menyebalkan.

"Aku saja yang bilang. Yang lain jangan." Jisung menatap Chenle dengan lembut, "Chenle manis."

Dan senyuman yang sedari tadi dicari Jisung muncul, "Terima kasih, Jisung. Kau memang temanku."









"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












" Bila kau butuh telinga tuk mendengar, bahu tuk bersandar, raga tuk berlindung pasti kau temukan aku di garis terdepan -bertepuk dengan sebelah tangan. "

[✓] nadir | jichenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang