KKM. 2

5.5K 114 6
                                    

Malika merasakan sesuatu yang dingin dan sejuk di daerah kewanitaannya, tubuhnya perlahan menggeliat walaupun di beberapa bagian terasa nyeri. Mata yang berwarna kecoklatan itu sepenuhnya terbuka, begitu ingatannya menyerbu pada kejadian beberapa jam yang lalu. Malika meringsek mundur sambil mengeratkan selimut, bagitu menangkap sosok Daniel tengah membungkuk di dekat ranjang seraya memegang sebuah salep.

Masih terekam jelas di ingatannya, bagaimana pria brengsek itu merenggut keperawanannya secara paksa. Daniel tidak hanya melukainya secara fisik tapi juga psikis. Malika memeluk tubuhnya sendiri, sambil menatap nyalang ke arah pria tersebut.

"Jangan mendekat!! Ku bilang jangan mendekat!!!" Teriaknya murka begitu melihat Daniel berjalan mendekat. Namun pria itu mengabaikan ucapannya, ia justru beringsut lalu mendekap tubuh ringkih Malika.

Daniel sendiri tidak mengerti apa yang tengah di lakukannya, tidak seperti biasanya ia menenangkan seorang wanita terlebih wanita penghibur yang sehabis di pakainya. Ia hanya merasa sedikit tersentuh, mendengar tangisan wanita tersebut juga setitik rasa bersalah karena sudah merenggut kehormatan Malika sebagai wanita.

"Maaf." Gumamnya. awalnya wanita itu memberontak, namun tenaganya yang terkuras habis membuatnya hanya pasrah dalam pelukan Daniel.

*****

Daniel mengantar Malika kembali ke rumah Bordil, pada awalnya Malika menolak namun seperti biasa pria itu tidak ingin mendengar kata penolakan. Tentu saja Daniel tidak mengijinkan, apalagi Wanita itu pergi hanya mengenakan kemeja miliknya yang justru terlihat seksi di mata para pria. Sementara gaun yang di pakainya semalam sudah terkoyak akibat ulah Daniel, yang dengan tidak berperasaan merobeknya.

Malika keluar terlebih dahulu dari mobil, dengan jalan aneh dan lucu sedikit mengangkang membuat Daniel mengulum senyum. Seperti anak laki-laki yang habis sunat saja.

Pria itu menyusul di belakangnya, dan dapat di dengarnya para pekerja itu mencemooh Malika.

"Selamat datang di dunia barumu pelacur cilik" suara tawa dari wanita-wanita penghibur itu terdengar mengejek.

"Bagaimana semalam?Kau menikmatinya?Apa dia juga memberimu uang tip?" Malika menatap tajam para wanita itu, tapi tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya.

"Dasar sok suci, dia berkoar-koar tidak Sudi menjadi seperti kita. Tapi lihatlah sekarang." Suara tawa kembali terdengar, dan sungguh Daniel tidak bisa diam begitu saja. Namun begitu ingin mendekat, suara ponsel di saku celana menginterupsinya.

*****

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Malika, senyum menghiasi wajahnya begitu melihat kedatangan Aluna dan Sheilla, sahabatnya.

Aluna juga merupakan wanita penghibur, nasib baik tidak berpihak padanya. Ia di jual oleh ibu tirinya yang gila harta, setelah kematian ayahnya. Sementara Sheilla membutuhkan uang, untuk biaya pengobatan ibunya dan pendidikan adik-adiknya.

"Maaf kami tidak bisa membantumu." Ujar Aluna dengan tatapan penuh penyesalan.

"Apa orang itu menyakitimu?" Tanya Sheilla kemudian.

"Tidak apa-apa, pasti mama Bella terus mengawasi kalian. Hmmm... Pria itu menyakitiku tapi dia juga yang mengobatiku."

"Kau baik-baik saja kan?" Tanya keduanya memastikan.

"Ya, terima kasih sudah mencemaskanku." Mereka bertiga berpelukan, di saat para wanita malam menghinanya merekalah yang akan menjadi tameng untuknya begitupun sebaliknya.

Prokkk-prokk..

"Persahabatan yang manis." Cibir Bella, ketiganya mengurai pelukan begitu melihat kedatangan Bella.

Kupu-kupu MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang