01. Holding On

Depuis le début
                                    

Sesampai di depan pintu apartemen Mark dan Renjun, lelaki Kanada itu gemeteran mengimput passwordnya hingga sampai 2 kali salah nomor saking paniknya. Setelah memasukan nomor yang benar, Mark masuk dan langsung mencari keberadaan istrinya tersebut.

"Renjun?" Mark mencari di ruang makan dan tidak ada siapa-siapa disana. Ia mencari ke dapur, ruang tengah dan dan ruang kerjanya, tapi tetap saja dia tidak menemukan eksistensi yang ia cari.

Tempat terakhir yang Mark tuju adalah kamar tidur mereka berdua.

"Sayang?" Panggil Mark setelah masuk ke kamar. Tidak ada siapapun disana, tetapi terdengar suara riak air yang begitu nyaring dari kamar mandi. Tanpa ragu Mark melangkah masuk ke kamar mandi kamar mereka.

Mata bulat Mark membola begitu menemukan sosok yang meringkuk dibawah guyuran shower bathtub tanpa sehelai benang pun yang menutupi kulitnya yang penuh luka. Air bathtub tergenang di kakinya berwarna merah pudar yang berasal dari darah di permukaan kulitnya. Tatapannya begitu sendu dan hampa, dan tubuhnya bergetar begitu hebat.

"Renjun! Ya Tuhan!" Mark segera mematikan keran shower, meraih handuk di gantungan di balik pintu, dan mengangkat tubuh Renjun dengan perlahan lalu mendudukannya di atas closet.

"Sayang, kau kenapa?" Tanya Mark berusaha untuk tidak terdengar begitu panik. Dengan telaten ia mengeringkan tubuh Renjun yang basah. Kulit itu tanpak begitu pucat.

"Hyung... Hiks..." Satu isakan lolos ketika manik kelam Mark menatap lurus ke netra bening Renjun. Renjun menunduk, takut jika Mark membencinya. Jemari kurusnya mengepal, menahan rasa sesak di dada karena menahan tangisannya.

Tetapi dugaan Renjun salah, justru sebuah dekapan hangat yang ia terima setelah itu. "Tenang sayang, ada aku disini." Ucap Mark lembut, membiarkan Renjun menangis di dadanya saat ini. Tanganya bergerak mengusap punggung Renjun yang bergetar dengan sayang.

Setelah merasa Renjun sudah cukup tenang, Mark melepaskan dekapannya. Ia membalutkan tubuh istrinya dengan handuk agar tidak kedinginan.

"Oke tunggu disini sebentar, ya."

Mark bergegas mencari kotak P3K dan mengambil piyama Renjun beserta pakaian dalamnya. Ia kembali ke tempat Renjun dan mulai mengobati luka-luka yang terlihat masih baru itu. Mark meringis melihat tangan Renjun penuh sayatan, terdapat luka cakaran di telapak kakinya, dan bekas gigitan yang cukup dalam di sekitar buku tangannya.

"Tahan ya." Dengan hati-hati Mark membersihkan dan mengobati luka Renjun. Yang lebih muda memilih diam dan menurut saja meski Renjun tidak bisa berbohong jika ia tidak merasakan perih yang menyapa lukanya.

Setelah itu barulah Mark membalut luka-luka itu dengan perban. Ia mengusap kulit yang terbalut dengan perban itu dengan lembut.

"Sudah. Jangan dibuka dulu perbannya." Ucap Mark sambil menggenggam jemari Renjun erat. Renjun hanya tersenyum tipis dengan mata yang masih berkaca-kaca.

Selanjutnya Mark memakaikan Renjun pakaian dalam dan piyamanya satu persatu. Setelah semuanya selesai, Mark menggendong Renjun keluar kamar mandi dan mendudukannya di tepian ranjang mereka berdua.

Tangan Mark meraih kedua tangan Renjun untuk ia genggam erat. Manik bulatnya menatap lembut netra bening kesayangannya.

"Bolehkah aku mengetahui apa yang telah terjadi, Renjun?" Tanya Mark hati-hati, tidak ingin Renjun salah paham bahwa ia sedang menghakimi pemuda manis di hadapannya.

Tercipta keheningan yang cukup lama karena Mark sedang menunggu Renjun untuk menjelaskannya dengan tenang. Mark cukup mengerti untuk tidak mendesak Renjun berterus terang.

BEAUTIFUL TIMES [MARKREN]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant