Aku membuka laci lemari dan sebuah buku tebal terpampang membuatku terpaku sejenak dengan rasa penasaran yang melanda. Aku meraih buku itu dan membukanya perlahan. Pikiranku berputar sejenak ketika melihat tulisan yang tak ku kenal. Tapi aku sering melihat tulisan-tulisan ini dalam beberapa buku sihir.

Aku membuka halaman berikutnya dan terdapat sebuah gambar seorang perempuan dengan tangan menengadah ke langit dengan di kelilingi banyak orang yang sedang bertekuk lutut. Kemudian aku membuka halaman berikutnya yang ternyata adalah sebuah peta Axylon. Sebenarnya buku apa ini? Bagaimana ayah bisa memiliki buku ini?

Aku kembali menutup buku tebal di tanganku dan memasukannya ke dalam tas dan menggendongnya. Aku membuka lemari yang lain dengan hati-hati. Dan aku melihat sebuah kotak kayu dengan ukiran klasik yang memberi kesan antik. Aku membuka nya perlahan dan menampakan sepasang cincin dengan mengeluarkan sinar yang aneh.

"Apa ini cincin pernikahan ayah dan ibu?" pikirku.

Awalnya aku berniat untuk meletakkannya kembali di dalam lemari tapi aku sedikit tertarik dengan cincinnya. Aku memasukan kotak cincin itu ke dalam tas yang ku gendong.

Aku membuka lemari kecil dekat tempat tidur. Tatapanku tertuju pada secarik kertas yang terjatuh ketika aku membuka pintunya. Aku memungut kertas yang tampak lusuh itu dengan kening berkerut.

Kulihat sebuah corak sambung dan jika di perhatikan secara keseluruhan menjadi sebuah angka, yaitu angka empat. Pikiranku di penuhi tanya seketika, apa ayah mengetahui sesuatu?

"Valen kita harus pergi sekarang juga!" Aleea sudah melompat dan menarik ku. "Para bandit itu ternyata menyamar sebagai warga biasa dan sekarang sedang mengawasi rumah ini."

Aku segera memasukkan kertas itu di dalam tas dan segera berlari bersama Aleea. Namun Aleea mengajakku kabur lewat pintu belakang.

"Kenapa Velian dan Zealda tidak bersama kita?" tanyaku ditengah lari.

"Velian memintaku untuk membawamu pergi karena sepertinya mereka mengincarmu."

Aku terdiam sejenak, mereka mengincarku. Itu berarti yang di katakan orang waktu itu benar, mungkin aku memang ada kaitannya dengan ritual itu.

"Mereka—apa terlihat seperti orang suruhan dari istana?"

"Entahlah, tapi—"

"Aku harus memastikannya."

Aku menarik tanganku dari Aleea dan berlari kembali menuju rumahku.

"Hei!"

Aku berlari sekuat tenaga, dalam benakku saat ini aku harus mendapatkan banyak informasi tentang ritual yang melibatkan keluargaku tanpa kutahu.

"Valen!"

Aku terus berlari tanpa mengindahkan panggilan Aleea. Aku melompati pagar dengan sekali loncatan dan kudengar suara dentinga. Aku mencabut pedangku dan melompat ke arah mereka. Kulihat Zealda sudah terdesak dengan luka di lengannya.

Aku bergerak memutar dan menghunuskan pedangku tepat di jantungnya dari belakang. Kemudian aku bergerak memutar lagi dengan merebut pedang Zealda dan aku menebas dua orang sekaligus. Awalnya Velian dan Zeada menatapku nanar, namun sedetik kemudian mereka kembali bersiaga.

Aleea yang berlari di belakangku langsung melompat sambil melemparkan sebuah belati dan tepat mengenai leher salah satu diantara mereka.

"Kita pergi dari sini."

Kami berempat menaiki kuda dan memacunya dengan cepat namun sebagian dari mereka mengejar kami. Kami mulai memasuki hutan dan mulai berpencar. Aku melaju bersama Zealda sementara Velian bersama Aleea.

AssassinWhere stories live. Discover now