Birthday celebration

Start from the beginning
                                    

"Apa ada yang menganggumu ayah?" Tanya Soeun lembut.

Tuan Kim menghela nafas.

"Kau juga punya hal lain yang perlu dicemaskan dibandingkan mencemaskanku, my little girl".

"Hmmm... Tidak bisakah ayah membaginya denganku. Ayah tentu tahu aku tidak akan berhenti, sampai ayah menceritakan apa yang menggangu ayah padaku. No secrets, ingat?"

Tuan Kim lalu menatap sendu Soeun.

"Ayah berharap kau tidak perlu menjalani semua ini sendirian. Ayah penasaran apa yang akan ibumu pikirkan jika dia masih bersama kita"

Soeun pun menundukkan pandangannya. Ia bisa menangkap kesedihan dalm diri ayahnya. Sangat jarang ayahnya itu membicarakan soal wanita yang dia cintai yang telah lebih dulu meninggalkan mereka berdua. Waktu ayah Soeun membicarakan tentang mendiang istrinya adalah saat pria paruh bayah itu merasa sangat sedih. Like this time.

Soeun terdiam sejenak sebelum merespon perkataan ayahnya, ia mengatur pikirannya sebelum kemudian membuka mulutnya.

"Well, aku rasa ibu akan melihat semuanya dari sudut pandang yang luas. Ibu akan melihat bahwa aku melakukan kesalahan saat mencoba untuk melupakan Sangyeob oppa. Ibu akan menilai bahwa apa yang aku lakukan bukanlah sesuatu yang bisa kubanggakan. Tapi, aku sudah cukup dewasa untuk memutuskan sesuatu dalam hidupku, ayah......"

Soeun pun lalu menatap Tuan Kim.

"Aku sudah berusia 26 tahun. Aku sudah menyelesaikan kuliahku. Dan aku pun bisa memperoleh uang sendiri untuk keperluanku. Aku bisa mengurus bayi ini ayah. Aku tidak peduli jika aku harus menjalani semuanya sendiri...."

Ucapan Soeun terhenti.

Ya. Selama beberapa waktu belakangan ini, wanita itu telah bertekad tak mempermasalahkan lagi jika Nuneo mau menerima anaknya ataukah tidak. Soeun tak keberatan jika dirinya menjadi single parent. Jika memang di masa yang akan datang, ia memerlukan biaya lebih untuk anaknya, Soeun tak keberatan mengambil pekerjaan tambahan.

"....Aku anak ayah. Aku wanita yang kuat, ayah. Tapi jika ayah tetap bersedih dan tidak mendukungku, aku tak akan bisa menjalani semua ini ayah" lanjut Soeun.

Tuan Kim pun tersenyum kecil.

"Oh.. jadi ini salah ayah jika kau tidak menikmati masa kehamilanmu yang sangat tidak direncanakan ini?"

Ada nada penuh canda dalam perkataan Tuan Kim yang juga membuat Soeun tersenyum kecil.

"Ya. Ini memang tidak direncanakan, tapi semuanya telah terjadi. Jika orang-orang tahu ayah merasa malu akan diriku dan bayi ini, lalu bagaimana mereka akan bersikap padaku?"

Soeun lalu mengenggam tangan ayahnya.

"Bayi yang aku kandung adalah anakku. Dia adalah cucu ayah. Ayah harus menerima semua ini, jadi aku punya seseorang sebagai tempatku bersandar. Suka atau tidak, hanya ayahlah yang aku punya"

Tuan Kim menatap putrinya lama, matanya berkaca-kaca.

"Kau punya ayah, my littke girl. Ayah akan selalu ada untukmu, okay? Mari berhenti bersedih. Pergilah nikmati hari liburmu di sini" tukas Tuan Kim dengan nada yang lebih ceria dibanding sebelumnya.

Soeun pun beranjak dari sofa seraya memeletkan lidahnya pada ayahnya.

Tuan Kim terkekeh melihat tingkah kekanakan putrinya itu.

Soeun lalu berjalan menuju kamar yang akan menjadi tempatnya tidur selama dua hari ini.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

You're not My First ChoiceWhere stories live. Discover now