Choice

3.3K 356 49
                                    

Sasuke menatap gerbang rumah orangtuanya yang berdiri kokoh dari dalam mobilnya. Sudah lama dia tidak pulang ke rumah tempatnya bernaung selama 25 tahun hidupnya. Sejak peristiwa malam itu hampir 4 bulan yang lalu, dimana semua keluarganya kemudian terlihat memusuhinya, Sasuke memilih untuk mengungsi sementara ke apartemennya.

Dan hari ini, dia kembali menginjakkan kakinya setelah kemarin mendapat pukulan dari ayahnya, juga tatapan kecewa dari adik yang sangat dia sayangi. Sungguh ... dibalik sifat brengseknya, Sasuke sebenarnya tipe orang yang menyayangi keluarganya. Dan perkataan ayahnya kemarin benar-benar membuat ia kalut luar biasa. Sepanjang hidupnya, Sasuke tak pernah berpikir untuk keluar dari keluarganya. Apalagi ini sampai ayahnya sendiri yang akan mencoret namanya dan tak mengakuinya sebagai bagian dari Uchiha. Tidak. Sasuke tidak ingin itu terjadi. Baginya, keluarganyalah yang utama.

Dan disinilah ia sekarang. Memberanikan diri menemui keluarganya. Berniat mempertanggungjawabkan perbuatannya walau dalam hati enggan melakukannya.

Dengan berat hati Sasuke kembali melajukan mobilnya memasuki pelataran rumahnya setelah gerbang besar itu terbuka. Ia parkirkan mobilnya sembarang di dekat mobil kakaknya.

Langkahnya semakin berat saat kakinya mulai memasuki bagian dalam rumahnya. Entah mengapa ia merasa hawa di rumah ini begitu mencekam. Padahal, biasanya rumah ini terasa hangat dan nyaman.

Di ruang keluarga, Sasuke melihat semua keluarganya berkumpul di sana. Ada kedua orangtuanya, kakak dan kakak iparnya, adik perempuannya, juga dua keponakannya.

"Om Sasu ...."

Itaru, putra sulung kakaknya, yang pertama kali menyadari kedatangannya. Bocah berusia 6 tahun itu berlari menghampiri sang paman dan menghambur memeluknya.

Semua orang kini menoleh ke arah Sasuke yang tengah berjalan menghampiri mereka.

Sasuke memangku keponakan lelakinya, dan memberi kecupan di pipinya. "Kamu makin montok aja sih," katanya seraya terkekeh pelan. "Dikasih makan apa sama mamamu?"

"Makan chicken, Om. Enak. Om kemana aja sih? Kenapa nggak pulang-pulang?" tanya Itaru.

"Om sibuk di kantor, kerjaan Om lagi banyak, jadi gak sempat pulang."

Mikoto beranjak dari duduknya saat melihat Sasuke. Hatinya terlanjur sakit dan kecewa atas perbuatan sang putra.

Sasuke yang melihatnya pun memanggil ibunya. "Ma, ada yang mau Sasu omongin," katanya, lalu ia menurunkan keponakannya. Hatinya tercubit saat melihat ibu kandungnya sendiri bahkan enggan menatap wajahnya.

Mengerti akan situasi yang terjadi saat ini, Koyuki pun mengajak kedua anaknya untuk segera tidur di kamar mereka yang berada di lantai 2. Lagipula, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Tak masalah jika tidur satu jam lebih awal.

Sasuke melirik ke arah tangga. Dan saat kedua keponakan serta kakak iparnya tak terlihat lagi, ia segera menghampiri keluarganya.

Fugaku terlihat meminta istrinya untuk kembali duduk. Mikoto menurutinya walau nampak sekali ia tak ingin berlama-lama ada di sana.

"Apa yang mau kamu bicarakan? Kamu sudah buat keputusan?" Fugaku memulai pembicaraan. Mikoto, Itachi, dan Ayumi diam mendengarkan.

"Iya, Pa." Sasuke menjawab pelan. Matanya melirik sang mama yang masih tak mau menatapnya, tapi Sasuke tahu kalau saat ini Mikoto tengah menahan air matanya. Dan hal itulah yang membuat hatinya semakin sakit.

"Jadi?" tanya Fugaku memastikan.

Sejenak Sasuke menghembuskan napasnya yang terasa berat. "Sasu mau tanggung jawab, Pa. Sasu bersedia buat nikahin Hinata," katanya, yang membuat Mikoto akhirnya mau menoleh ke arahnya.

HeartstringsWhere stories live. Discover now