kota, kata, kita

35 3 0
                                    

nona senja bercerita
langit jingga menyapa sementara
sedang kini merupa mendung
bergincu pilu bersolek murung

hujan tak pernah salah
diturunkannya rintik dan tetesan berkah
bukan karena aku sudah kepalang basah
biarpun kita sejenak dilampu merah

sayup wajahmu kucuri-curi
dikaca spion sebelah kiri
saat kau sibuk bercerita
berboncengan denganku menuju jogja

kau bilang kau suka
pun ramah senyummu kian merona
dengan sedikit gurauan canda
kau cubit punggungku penuh mesra

bolehkah aku datang bertamu
bersilaturahmi pada bapak ibu
dan atas lukamu setelah jatuh
kudoakan semoga lekas sembuh

sabtu sore hadir kembali
panjang umur dikedai kopi
secangkir nikmat susu coklat
suka duka menyeduh obrolan hangat

pagi-pagi kunyalakan motor
menghampirimu berangkat ngantor
aku rasa amat senang
mengantarmu sampai didepan gerbang

irama hidup tak pernah datar
susah sedih berkunjung sebentar
menempa pribadi 'tuk lebih sabar
disudut mata mulai berbinar

sampai dimana kata-kataku
tiba ditujuuan dendangkan lagu
menggenggam berjalan bergandengan
berduaan mencari hiburan ringan

pungkas sudah bernyanyi-nyanyi
bersiap pulang istirahatkan diri
berkendara roda milikmu betty
sampai rumah disebelum pagi

urusan perut kadang sepele
seporsi nasi dan pecel lele
meneguk teh tawar dalam gelas
karena sambelnya kau rasa pedas

agenda konser t'lah tercapai
ada kalanya kita kepantai
berteduhkan pohon-pohon cemara
bersua foto pose bersama

lalu kapan kita akan camping?
sembari saksikan mentari berpaling
mendirikan tenda menghalau dingin
serta memasak mie ber-unggun ranting

sudah seberapa jauh jarak ditempuh
seberapa pula jarum jam kita kayuh
tak akan lebur sebentuk kenangan
sampai nanti kita dikebumikan

kota, kata, kitaWhere stories live. Discover now