Kembali

27 5 2
                                    


"Apaan sih ini?! Ga enak banget!" teriaknya dengan lahap melumat makanan yang baru saja diambil secara paksa.

Adisa hanya menghela napas.

Percuma saja ditanggapi, pun ucapannya tidak sejalan dengan sikapnya. Tiap hari hanya mengejek bekal buatan Adisa, tiap hari pula mencomot paksa isi bekalnya. Serta merta melahapnya tanpa tersisa.

Mananya yang tidak enak?

Puas merampas dan mengejek, Reno berlalu begitu saja. Berkumpul bersama teman-temannya yang akan segera menuju kantin sekolah.

"Apa-apaan sih dia itu? Kamu kok ya diem aja sih 'Dis?" heran juga Anas melihat sikap sabar Adisa yang keterlaluan.

"Yaudahlah, 'Nas. Mau marah juga ga bakal didengerin." jawab Adisa acuh.

Entah sejak kapan hal ini terjadi. Reno yang tiba-tiba saja suka sekali mengusilinya. Mereka bahkan baru kenal saat kenaikan kelas 11. Kebetulan, nomor absen mereka berurutan. Adisa terlebih dahulu, dan kemudian diikuti oleh Adreno.

'Aku bikin salah apa juga?' gumam Adisa tak habis pikir dengan sikap Reno.

                                                                                          ***

Keesokan harinya, tidak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Pun dengan keesokan harinya lagi. Rutinitas yang sama. Bel istirahat berdering. Para murid berteriak kegirangan. Adisa yang berkumpul dengan teman-temannya, bersiap untuk mengisi amunisi sebelum peperangan selanjutnya. Reno yang menghampiri Adisa. Mengambil salah satu sosis berbentuk gurita, melahapnya, mengejek soal rasanya, dan berlalu tanpa peduli pada sekitarnya.

Semua orang dalam kelas pun terpaksa maklum setelah dihadapkan dengan hal itu berkali-kali. Anas yang awalnya geram dan beberapa kali melabrak Reno pun akhirnya lelah juga dengan sendirinya. Benar kata Adisa, satu patah kata pun sama sekali tidak dihiraukan oleh Reno.

"Semaumu, lah." gumam Adisa. Rasa dahaga mendera. Adisa segera merogoh ke dalam tasnya. Mencari bentuk tabung yang selama ini menyimpan air untuk melegakan tenggorokan.

Bergerak ke seluruh area dalam tasnya, Adisa tak menemukan botol yang seharusnya menyimpan air minum untuknya. Aneh. Adisa biasanya tidak seceroboh ini untuk meninggalkan salah satu kebutuhan sekolahnya. Yah, ini artinya harus beli minum botolan di kantin.

"Hm? Mau kemana, 'Dis?" tanya Siska yang menyadari Adisa beranjak dari bangkunya.

"Kantin. Minumku ketinggalan." jawab Adisa ringan.

"Oh! Nitip dong! Minum juga hehe," sambar Anas disertai tawa.

"Yaudah, mana?" disertai gestur minta dana untuk membeli minum titipan Anas.

Setelah menerima uang dari Anas, Adisa berlalu untuk menuju kantin.

Sampai di kantin, Adisa langsung menuju kulkas yang menjajakan minuman dingin. Adisa mengambil 2 botol terdepan dari deretan minuman itu. Setelah membayar dengan uang pas, Adisa hendak meninggalkan kantin.

Namun urung, saat tiba-tiba sebuah telapak tangan menarik pundaknya. Menyebabkan Adisa agak terhuyung, dan memutar ke arah sebaliknya.

Orang yang paling tidak ingin Adisa temui, kini berdiri tegap menghadap Adisa.

"Mau apa, 'Ren?" tanya Adisa malas.

Reno terdiam. Ekspresi datarnya sulit diartikan oleh Adisa. Tidak berapa lama, Reno akhirnya buka mulut.

KusamWhere stories live. Discover now