Cph. 3

2.1K 206 44
                                    

"Pond, kau lihat itu?" Kengkla berbisik pada Pond yang duduk di samping nya saat pelajaran matematika.

"Ya Kla, bisa lu tolong cubit gw. Mungkin gw sedang mimpi." Pond tak percaya apa yang ia lihat dengan mata kepala nya sendiri.

"Owh! Lu terlalu keras nyubitnya."

"Apa ini tanda-tanda akhir zaman, Pond? Bagaimana ini, aku bahkan belum meyatakan cintaku kepada Techno, si anak baru itu." keluh Kengkla.

"Jangan. Jangan kiamat dulu! Gw juga belom nonton semua koleksi-koleksi miyabi gw." Pond menggelengkan kepala nya cepat.

Mereka berdua berbisik-bisik tak henti membicarakan Mean yang sebenarnya adalah Tin, duduk paling depan saat mata pelajaran Matematika.

Bagaimana Pond dan Kengkla tak heran, biasanya saat pelajaran Matematika, Mean akan mencari bangku paling belakang agar ia bisa menghindar pertanyaan-pertanyaan dari guru paling killer di sekolah itu.

Mendengar dua murid nya ribut di belakang, sang guru lalu melempar penghapus papan tulis ke arah mereka berdua.

"Kalian berdua bisa diam tidak?!" bentak sang Guru.

"Lu sih Kla ngajak ngomong gw duluan." Pond berbisik menyalahkan Kengkla.

"Ya tapi lu juga sih ngeladenin gw." jawab Kengkla berbisik juga.

"Kalian masih gak bisa tenang?!" Sang Guru membentak lagi.

Kengkla dan Pond cuma bisa saling sikut-sikutan di bawah meja, merasa takut akan hukuman apa yang akan diberikan sang guru killer itu.

Beruntung, kali ini sang guru melepaskan mereka begitu saja. Membuat Pond dan Kengkla bernafas lega.

Sang Guru lalu bertanya kepada murid-murid kelas itu siapa yang bisa menjawab pertanyaan yang sudah ia tulis di papan tulis.

Sebagian dari murid-murid 3F itu pura-pura membuka buku, ada juga yang melihat ke langit-langit kelas agar kelihatan seperti sedang berfikir, ada juga yang pura-pura diskusi dengan teman sebangkunya. Pokoknya, mereka menghindari kontak mata dengan guru mereka agar tidak disuruh maju ke depan. Membuat sang guru hanya menghela nafas nya.

Mean, yang sebenarnya adalah Tin, dengan percaya diri mengangkat tangan nya.

Membuat seisi ruang kelas menatap nya tak percaya.

"Nyari mati dia, Kla." Pond berkomentar.

Kengkla hanya menahan nafas nya takut Mean akan berulah lagi.

Tin kemudian maju ke depan dan menuliskan jawaban yang panjang dan rumit menurut murid-murid di kelas 3F itu. Ia bisa menjawab hanya dalam waktu yang sangat singkat, kurang dari 5 detik.

Woaaah...

Semua murid bersorak tak percaya.

Membuat sang guru berkali-kali mencopot dan memasang kacamata tebal nya untuk memastikan bahwa jawaban anak itu adalah benar.

"Cih. Aku seperti berada di ruang kelas anak SD. Mengapa guru disini memberikan pertanyaan yang mudah seperti itu." gumam Tin kembali ke tempat duduknya.

.

.

.

.

"Pond, sepertinya kita memang sedang bermimpi."

********

Sementara itu, di sekolah Tin.

HOAAAAMMMMMM.....

Tin, yang sebenarnya adalah Mean menguap keras saat Guru Sejarah sedang menerangkan pelajarannya di depan kelas.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 21, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Unexpected LoveWhere stories live. Discover now