parts three

40.2K 291 15
                                    

Sudah hampir sejam  Alan tidak bisa fokus untuk pekerjaannya sebagai penyanyi di restoran mewah itu. Pasalnya perihal tentang Rin sungguh membuatnya nampak seperti idiot; ia begitu merindukannya.  Namun tak dapat ia pungkiri menjadi penyanyi di restoran itu sedikit banyak bisa membantunya keluar dari rumahnya yang sudah menyerupai neraka. Dan tentu saja gaji yang diperolehnya pun bisa membuatnya bertahan untuk menjadi seorang mahasiswa.

''Kalau kau masih seperti ini, lebih baik kau pulang Al..'' Lontaran kalimat itu terdengar sangat sinis ditelinga Alan, kendati ia harus mengakui bahwa tak seharusnya masalah pribadinya membawa pengaruh untuk pekerjaan paruh waktu yang sudah  ia geluti setahun belakangan ini. Belum lagi ia hendak menjawab nada sinis dari manager restoran itu tiba-tiba dirinya dikejutkan dengan kedatangan dua orang tamu yang nyaris membuat jantungnya melompat keluar. Mata coklatnya menyalang dan entah apa yang di rasakannya pun—tak dapat ia jelaskan.

Bagaimana bisa mereka berdua bersama disaat kau hampir menjadi milikku Rin.. batinnya miris.''Aku akan fokus kali ini Pak Manager...'' Jawab Alan memicingkan matanya..finally I found you my ladies, tidak ada yang akan bisa mengambilmu dariku, tegasnya sembari berjalan menghampiri meja dimana dua orang yang menyita perhatiannya itu tengah terkejut melihat keberadaannya dan...

''Aku merindukanmu cantik, aku hampir gila merindukanmu..'' Kalimat Alan sontak membuat banyak pasang mata terkejut, tat kala ia mengatakannya dengan memeluk tubuh ramping itu. Rin pun membeliakan matanya ''Lepas Al..kau menjijikan.'' Ujarnya tanpa melepas tatapan lemahnya pada Danish yang nampak kebingungan melihat adegan mereka.

''Apa yang tidak aku tahu disini..?'' Tanya Danish memohon jawaban.

Alan mengeratkan pelukannya, di ciumnya tengkuk leher Rin yang membuat Danish menarik tangan gadis itu. ''Kau—'' Danish ingin sekali memberi lebam pada wajah lelaki itu. Jika saja keduanya tidak terhalangi oleh Rin. ''Kita belum selesai Rin..dan aku tidak akan pernah melepasmu, kau dengar itu.'' Ada nada cemburu dan posesive yang dirasakan Rin pada tiap kalimat Alan. ''Kau manusia terburuk yang pernah aku kenal Al..'' Dengus Rin seraya melepas paksa tangan Alan.

Dengan kesal Alan berjalan kembali di panggung kecil yang menjadi tempatnya untuk menghibur pengunjung restoran itu. ''Persembahan saya untuk gadis tercantik disini, Rin..lagu ini untukmu.'' Untukmu yang mengambil hatiku tanpa sisa, tambahnya dalam hati.

Diringi alunan gitar, Alan pun mulai bernyanyi..

We were as one babe...
For a moment in time and it seemed everlasting that you would always be mine..

Now you want to be free..
So I'm letting you fly 'cause I know in my heart babe..
Our love will never die, no...

You'll always be a part of me
I'm part of you indefinitely girl dont you know you cant escape me..
Ooh darling 'cause you'll always be my baby...
-David cook 'Always be my baby'

Riuh tepuk tangan itu menyadarkan Rin dari lamunannya, semenit yang lalu ia menyadari satu hal; ada sisi lain yang bisa ia rasakan dari diri Alan. Hangat begitulah kiranya. Namun apa yang dilakukan Alan padanya tidak bisa disebut hangat, itu obsesi yang tidak bisa dibenarkan. Danish bisa merasakan ada tatapan berbeda pada Rin ketika iris matanya tak henti memandang Alan. Tanpa membuang waktu Danish menggunakan kesempatannya—ia bersimpuh dihadapan Rin dengan kedua tangannya yang menggenggam tangan putih Rin.

''Rin— aku tau, aku tak layak memintamu untuk kembali menerima ku. Tapi selama rentang jarak membuat kita jauh, aku merasa ada yang hilang dan...'' Danish memberi jeda pada kalimatnya. ''Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu karna hanya kamu gadis yang sanggup membuatku bahagia.'' Ucapnya dengan penuh keberanian.

Rin kembali dilema, pasalnya ia tak lagi bisa jatuh cinta untuk saat ini. Hatinya berkata tidak namun otakknya menginginkan pelarian untuk bisa melupakan Alan dengan segala yang dilakukan lelaki yang dianggapnya brengsek kini. Disudut lain Rin bisa merasakan tatapan kebencian Alan akan melihat pemandangan mereka. Rin tak bisa berpikir saat ini namun ia harus menjawab, sebelum semuanya berakhir dan berbalik menyakitiku, aku harus bisa melupakanmu Al.. Kata hatinya seolah berbohong dengan fakta.

''Aku tidak bisa menjamin utuh rasaku untukmu Danish, tapi aku akan mencoba sebaik mungkin untuk bisa kembali mencintaimu sepenuhnya.''

Runtuh sudah pertahanan Alan untuk tidak megeluarkan air mata. Gadis yang begitu dicintainya kembali ke pelukan orang lain yang ia yakinin tak lebih baik darinya. Ia kalah—ia telah kelah dengan kenyataan menyakitkan ini. Dengan tertatih ia berjalan keluar dari tempat itu. Namun matanya tak dapat memungkiri untuk masih melihat kedua pasangan itu berpelukan dengan mesra.

Mungkin inilah hukuman yang harus ia terima, karna cinta tidak harus menyakiti atau memaksa. Ia sadar ia membuat luka untuk Rin, yang tidak bisa sembuh hanya dengan kata maaf.

''AAARGHHH—'' Teriak Alan kencang dengan segala pemyesalannya. Ia belajar satu hal dari apa yang ia alami kini..

Bahwa cinta adalah tentang bagaimana kita memberi bukan bagaimana kita memiliki.

To be continue

Holaa semuanyaaaa~~maapkan saya yaa yg ngaret apdetnya (berasa ada yang nungguin =='')
Kesibukan sekolah saya menyita banyak wktu huhuhu *lha malah nyurhat*

Well, di part ini Alan di hukum dulu yaa biar dia ngerasa klo yg dia perbuat itu salah dan berusaha lg ngedapetin Rin dgn cara yg bener *disambit sepatu* (maap ya saya berisik kkk)

Buat temen2 yg kemarin2 sempetin baca, vote dan komen saya ucapkan banyak trima kasih *huuuugsss* saya bnr2 terharu, dan jika di part ini banyak sekali kesalahan saya dlm mnulis, saya mohon maap krn saya msh belajar hehehe...^^

Oke msh ditunggu komen dan votenya utk cuap2nya maap klo kepanjangan sekian dan trima gaji xDD

Xoxo
-Alan Liem

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INSANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang