part two

53.9K 368 22
                                    

Ciuman itu membuat gadis dibawahnya melenguh lirih, lelaki yang berada diatasnya kini semakin intens untuk membuat sang gadis semakin mendesah pasrah. Erangan demi erangan sexy keluar dari bibir ranum gadisnya—Rin.

''Kau benar-benar ahli dalam service mu Al..'' Ungkap gadis itu dengan nafas yang terdengar naik turun.  ''Itu sudah bagian dari tugasku My ladies..'' Hardiknya mengerlingkan mata.

''Eunggh..'' Gadis itu melenguh, dengan refleks ia mengangkat pinggangnya saat lidah lelakinya itu tengah dengan nikmat mengecap dan menjilati bagian dalamnya yang sudah basah. Tangan cantik itu sudah mencengkeram erat rambut lelakinya—hingga tak berbentuk.

Satu jari lelaki itu sudah mulai bermain diantara klitoris membuat desahan gadisnya lebih keras dari sebelumnya.

''Berhenti bermain-main Al, lakukan sekarang atau tidak sama sekali—'' Sergahnya dengan nada terbata lantaran nafsu yang menggairahkan hasratnya. ''Kau nampak lebih manis dari sebelumnya Rin, jika sudah seperti ini ehmm..aku bisa apa lagi ?'' Ujarnya dengan sangat nakal dan mulai meraup bibir gadisnya tanpa melepaskan satu jarinya yang tengah berada pada lubang kewanitaan Rin. Lagi, gadis itu  mendesah hebat karena apa yang tengah dilakukan lelakinya itu; dan tanpa membuang banyak waktu lelaki itu membuka lebar paha ramping Rin hingga membuat sesuatu miliknya mengeras sempurna.

''Aaaargh~'' Gadis itu berteriak, seketika mulutnya ikut terbuka namun matanya terpejam nikmat, merasakan dua tangan lelaki itu tengah meremas payudaranya dan memilin putingnya. Satu hentakan membuatnya kesakitan namun hentakan berikutnya membuatnya sudah mulai menikmati permainan.

Tak berselang lama kedua insan yang tengah menikmati surganya itu melewati klimaks nya bersamaan hingga sesuatu yang berdering itu membuatnya sadar jika...

''Shiiit..!!'' Pekik Alan terbangun tiba-tiba. Serta merta tangannya mengacak rambutnya frustasi . kenapa aku selalu memimpikan bercinta dengan Rin, dan ini sudah ketiga kalinya aku bermimpi sama Jerit batinnya berkata dengan raut yang nampak tengah memandang sebuah foto yang terpajang di nakas mejanya. Sontak ia teringat bahwa sudah tiga hari sejak peristiwa itu ia tak lagi bisa menemukan Rin. Gadis itu seperti menghindarinya—bahkan ketika ia harus kuliah. Rin tak lagi nampak berada di koridor kampus dengan senyum ceria yang biasa tersungging di wajah ayu nya ketika mereka masuk bersama di kelas bersamaan.

Aku bisa gila pungkas Alan bersijingkat dari ranjangnya. Dan aku tidak mau kehilangan Rin, aku harus mencarinya meski ke lubang paling kecil di seluruh dunia ucapnya mengecup foto yang masih terpegang ditangannya. You are mine Rin Senyum tampannya tersungging tat kala muncul hal gila apa yang tengah ada dikepalanya.

Berbeda dengan Alan, Rin memilih menghabiskan tiga harinya dengan menangis dan mengurung diri dikediaman Auntie nya yang tak jauh dari kampus—sebenarnya, namun sayang jarak sedekat itu tak membuat Alan mengetahui keberadaannya. Karna gadis itupun tak pernah memberitahu.

Sejak saat itu pula tak ada teman dekat yang coba ia hubungi lantaran ia tak mau membagi aib nya kepada siapapun. Demi Tuhan ia sangat ingin membunuh Alan, setidaknya memasukannya ke penjara akan sedikit memberi hukuman. Tapi apa ia sanggup..? sekelebat pertanyaan itu seperti momok tersendiri kendati hati kecilnya masih menyimpan rasa sayang untuk sahabatnya itu. Sejanak ia melihat kotak yang selalu ia bawa. Iris matanya menangis melihat setumpuk surat yang tak pernah sampai kepada yang ditujukan. Ya, surat itu tak lain adalah untuk Alan seseorang yang telah lama ia suka sejak masih dibangku smu namun sayang sikap tak acuh Alan membuatnya hanya mampu menyimpan apa yang tengah ia pendam selama ini. Sampai takdir membuatnya bertemu dengan pemuda berdarah Chinesee-Australia bernama Albert Danish. Hingga kisah mereka perlahan membuatnya mampu menerima fakta bahwa Alan adalah sekedar sahabatnya. Lalu bagaimana dengan sekarang..? dengan keadaan yang tengah ia alami kini..? disaat beberapa hari yang lalu kekasih yang berstatus mantannya itu tengah memintanya kembali merajut kasih.

apa yang harus kulakukan Tanyanya pada diri sendiri tak lama ia mendengar ponsel nya berdering menampilkan nama Albert dilayar panggilannya. '' Hallo..'' Ujar suara diseberang telepon milik Albert Danish, ''Kau baik-baik saja Rin..?''

''...''

Tak ada jawaban pasti dari bibir Rin, ia tak mampu berpikir jernih sekarang, tidak bisa tepatnya. Namun ia tak mau bersifat egois dengan mengabaikan panggilan dari seorang yang pernah ia cintai.

''Aku baik Danish, bagaimana denganmu..? Jawabnya dengan nada datar. Namun masih tertangkap oleh Danish ''Apa kau sakit..? apa kau mau kutemani..?'' Nampak kekhawatiran dari suara Danish untuknya. ''I'm okay Danish, kau kuliah lah jangan khawatirkan aku.'' Ucapnya hampir mematikan ponsel jika saja Danish tidak memberitahunya untuk mengajaknya makan malam disuatu resto favorit mereka dulu. Ia bingung sekarang, dengan tawaran Danish beberapa saat lalu tentang ajakannya makan malam. Tapi disisi lain ia tak mampu membiarkan lukanya semakin mengangah setiap teringat peristiwa tiga hari lalu. Baiklah tiga jam dari sekarang Danish akan menjemputnya untuk  dinner. Ia harus bisa melupakan sosok itu—sosok yang telah mengambil paksa hartanya yang harusnya ia jaga sebaik mungkin.

Gaun dark brown selutut, dengan aksen kalung serta rambutnya yang terikat keatas membuat penampilan Rin malam ini seperti seorang bintang ketimbang mahasiswi. Jangan lupakan sepatu high heals nya yang menampakan kaki jenjang itu terlihat sexy bagi lawan jenis.

Manik mata Danish, tak henti melihat mahakarya yang mampu menghipnotisnya beberapa saat; tatapan nya terpaku oleh pesona gadis yang menjadi alasannya untuk kembali ke Indonesia. ''You're so beautiful tonight darl..'' Tangannya mengamit tangan Rin, sembari diciumnya. Rin hanya mampu mengulas senyum, baginya lelaki hanya lah pembawa petaka. Dan ia tak mau jatuh kedua kali karna sebuah pujian yang mematikan.

Danish pun membuka pintu mobilnya untuk Rin. Senyum tulus nampak dibibirnya. tampan ucap Rin dalam hati. Namun sekali lagi ia tak lagi mudah percaya pada pesona seorang pria. ''Thank you..'' Senyumnya pada Danish. '' You're welcome ladies..'' Ucap Danish mengedipkan mata.

Tak perlu waktu lama buat Danish untuk sampai ke restoran dengan mobil mewahnya. Ia pun duduk ditempat yang sudah ia reservasi sejak sore tadi. Mereka tidak pernah menyadari sepasang mata mengamatinya dengan tatapan yang tak bisa dijabarkan, dari tempat yang tak jauh dari mereka duduk.

Finally I found you my ladies..tidak ada seorangpun yang akan bisa mengambilmu dariku. Tegasnya dengan rahang yang mengatup dan matanya yang membelalak hingga ia mengambil langkah untuk menghampiri meja itu dan...



TBC


Hollaaaaaaa hehehehe maaaaf krn lama apdet U,U

*bungkuk dalem2*

sibuk dengan real life saya XD (emang ada yang nungguin)

*disambit sandal readers* oke thanks buat yg sudah membaca, trima kasih juga buat yg nge-vote dan yg bersedia komen..#nangis haru

adakah sepatah kata yg mau disampaikan...??

jika ada, saya terhormat sekali membalasnya :-)

vote dung dan untuk next partnya konfliknya akan muncul *kedipin mata*

oke thanks and xoxo

Mikaeldee

INSANETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang