PROLOG

99 8 0
                                    

“Hani?? Sayang?? kamu ngantuk ya sayang, pegangan lho nanti jatuh gimana” ucapnya sambil tangannya memegang erat pelukanku.

         “Hemm… sudah sampe mana yank? lho kok kayak mau hujan yank, kamu bawa jas hujan ndak??”

         “Gak bawa aku yank ketinggalan di jok sepeda motornya papa, soalnya kapan hari dipinjam sama papa, ohh..God uda mulai gerimis Han.. pegangan yank, kita nyari tempat buat berteduh aja!”

         “Iya yank”

         Melihatnya begitu khawatir begitu sayang dan begitu manisnya perlakuannya kepadaku, hatiku berkata bahwa dia yang akan selalu kudamba untuk menemaniku kelak.

***

Surabaya, 10 April 2016.

Di malam yang mendung ini, aku tertunduk lesu di bawah halte bis yang sudah usang dan jelek.

Aku  mulai menjadi serakah,

Aku ingin hidup bersamamu,

Menua bersamamu,

Memegang tangan keriputmu,

Dan mengatakan betapa mesranya hidupku,

Itu hanyalah sebuah anugrah,

Setelah pertemuan yang singkat itu,

Kau menangis bagai hujan,

Aku ingin bahagia suatu saat,

Yang kan membuatmu menangis.

         Yahh, hanya lagu ini yang setiap hari aku putar ketika menunggu bis kota yang semakin lama semakin jarang lewat di jam yang cukup larut ini, andai saja aku tidak pulang lembur kayak gini, ketika lagu ini mengalun pelan di telingaku, air mataku kembali mengalir, dan waktu - waktu seperti ini sudah berusaha kulalui selama 3 tahun, tapi kenyataannya tidak semudah yang aku bayangkan dulu.

         "Bolehkah aku bahagia?"

Memories Under The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang