#DiantarSiapa

64 4 4
                                    


Tepat pada pukul sepuluh malam, aku menulis seperti biasanya. Tidak ada yang tampak mencurigakan malam itu. Jari-jemariku terus mengetik dengan keras, sampai aku lupa waktu. Aku ingat saat itu aku menulis hingga larut malam. Kala itu aku menulis sambil berbaring. Beberapa kali, aku merenggangkan badan ku untuk mendapatkan ide. Saat masuk ke bagian dimana tokoh utama wanita bertemu dengan sesosok makhluk, anjing tetangga sebelah menyalak. Bukan kali ini saja, tiga hari yang lalu juga begitu. Aku mulai menemukan kejanggalan dimana cerita itu seperti menjadi daya tarik oleh peliharaan tetangga. Suara mereka membuatmu bergidik jika mendengarkannya ditengah malam. Tapi aku mencoba menganggapnya biasa saja, karena itu adalah kebiasaan mereka. Saat dimana aku menggambarkan sesosok makhluk yang bertemu oleh tokoh utama, jendela ku di ketuk dua kali dengan bersamaan, aku menoleh. Suara itu tidak terdengar lagi olehku. Dan aku melanjutkan tulisanku. Selang beberapa menit seseorang mengetuk jendelaku kembali, kali ini dia mengetuk nya tiga kali. Bergegas aku membuka tirai yang menutupi jendela. Namun, aku tidak melihat seorang pun disana. Diluar sangat gelap dan sangat minim cahaya, bagaimana tidak lampu yang baru dipasang akan putus besoknya jika dihidupkan. Dulunya, disamping rumahku adalah tempat tumbuhnya semak-belukar dan beberapa pohon bambu juga pohon kapuk. Tapi sudah lima tahun yang lalu, tetanggaku membuat halaman belakangnya rata dengan tanah.

Saat menatap keluar, Aku penasaran. Aku membuka jendela. Tanpa sadar angin bertiup kencang dan menerbangkan tirai kearah wajahku. Aku menutupnya kembali. Saat itu aku berpikir bahwa ketukan tadi berasal dari angin. Aku mencoba melupakannya dan kembali menulis. Sekitar pukul setengah dua malam aku menghentikan aktivitasku dan beristirahat. Kebiasaan ku itu adalah mematikan lampu saat tidur. Aku tidak ingat saat itu berdoa atau tidak, yang jelas posisiku memeluk guling dan menghadap kearah dinding. Kantuk mulai mendatangi ku. Lalu, aku merasakan ada seorang yang naik ke tempat tidurku. Aku mendengarnya sangat jelas, kala itu tempat tidurku terbuat dari kayu yang akan berdecit jika bergerak. Dia naik, aku hanya terdiam. Aku merasakannya, dingin yang aneh dan wewangian yang sangat familiar di hidung. Aku hanya berpikir itu adalah ibuku. Tapi semua ditepis, ketika dia sangat dekat hingga menyentuh punggungku lalu merangkulku layaknya aku memeluk guling. Sontak aku perlahan-lahan memejamkan mataku, saat itu aku merasa dia mendekat lalu melihat kearah ku seperti seorang ibu yang melihat anaknya sudah tidur atau belum. Rambutnya bergerak dan menyentuh leher hingga wajahku. Kala itu aku diguncang ketakutan, bau wewangian ini sangat menyengat. Dia masih mendekapku dengan erat, aku hanya bisa membaca beberapa ayat didalam hati. Malam itu benar-benar berat bagiku, aku tidak terjaga semalaman. Satu kata yang aku ingat yang ia bisikan, 'Sudah tidur' saat itu aku terdiam seribu bahasa.

Ibuku membangunkanku dengan mengetuk pintu. Mataku terbuka, dan perlahan-lahan aku bangun. Tanganku seperti menyentuh sesuatu, tidak pasti itu apa aku pun menyalakan lampu. Aku melihat dengan jelas, alas tempat tidurku terdapat noda juga lembab. Perbedaannya sangat terlihat jelas dengan posisiku yang meringkuk. Satu hal lagi, bajuku masih melekat bau wewangian bunga. Aku sadar malam yang aku lewati, bukan malam biasa. Tercium dari wewangian yang entah Diantar Siapa?

SUDAH TIDUR #DiantarSiapaWhere stories live. Discover now