01: Into the New World

4.5K 522 221
                                    

Tap..tap...tap

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah, setiap ruangan aku lihat papan namanya. Namun tidak kunjung bertemu. Karena luasnya sekolah ini aku sampai-sampai lelah. Aku hanya perlu mencari ruangan bertuliskan Teacher Room's. Tapi kenapa sulit sekali, aku merasa kalau Ibu ku asal saja memberi arahan.

Aku bahkan tidak tahu kalau orang tua ku memindahkan aku ke sekolah ternama di salah satu kota ini. Desain bangunannya luar biasa bagus, padahal baru di lihat dari luar. Gerbang sekolahnya pun berdiri tegap dan besar, pasti sulit untuk keluar dari sekolah ini di saat jam pelajaran.

Lantainya pun mengkilap, pintu kelas yang terbuat dari kayu jati dengan warna putihnya yang menambah kesan bersih. Setiap koridor memiliki warna yang berbeda. Keren sekali.

Akhirnya aku sampai di depan ruang guru, belum sempat aku masuk seorang guru sudah lebih dulu menghampiri ku. Tidak perlu berkenalan, aku sudah kenal guru itu sejak pendaftaran.

Guru itu mengantarkan ku ke kelas baru ku. Jujur saja, aku sebal bukan main karena ini sudah masuk kelas dua dan di semester dua. Tapi orang tua ku malah memindahkan sekolah ku.

Aku terus berjalan di samping guru itu, guru itu terus berbicara tentang sekolah ini sampai akhirnya aku sampai di depan kelas baru ku.

"Ryuna-ssi. Selamat datang di kelas baru mu."

Ucap guru itu tersenyum sambil mengetuk pintu dan masuk duluan menghampiri guru yang tengah mengajar. Sebelum masuk, guru itu sempat memberi isyarat agar aku menunggunya di luar kelas.

"Ryuna. Aku antar kau sampai disini."

"Terima kasih Yoo ssaem."

Ku ucapkan terima kasih sambil membungkuk, kemudian masuk kedalam kelas yang ternyata sudah di tunggu guru berikutnya.

Aku masuk.

Berjalan.

Entah kenapa aku merasa seolah-olah aku berjalan dalam keadaan slow motion. Suasana disini menegangkan sekali, entah kenapa aku tidak merasakan suasana hangat. Setelah itu aku berdiri di samping guru perempuan yang tadi sempat mengajar dan guru itu tersenyum.

"Kim Ryu Na?"

Guru itu menanyakan namaku dengan nada yang begitu lembut. Aku menjawab ya, dan kemudian dia menyuruh ku duduk di kursi bagian tengah tetapi tepat di pojok kiri dekat dengan dinding dan jendela yang mengarah ke lapangan.

Kembali mengucapkan terima kasih aku berjalan ke arah tempat duduk baru ku. Baru saja aku ingin bertanya kenapa tidak ada perkenalan diri, namun guru itu sudah lebih dulu memberi tahuku seolah-olah guru itu tahu apa yang sedang aku pikirkan.

"Kau bisa berkenalan setelah jam pelajaran nanti."

Aku kembali tersenyum dan mengiyakan.

Setelah itu pelajaran yang sempat tertunda karena kehadiran ku kembali di lanjutkan. Dan seketika aku merasa seperti kambing dungu karena tidak tahu sekarang jam pelajaran apa. Daripada aku harus bertanya ke teman baru ku, aku lebih milih menyimak dan kemudian aku paham karena aku pernah belajar ini di sekolah ku sebelumnya.

Bel pelajaran berbunyi, aku kembali berpikir ini bel apa? Bodohnya aku kenapa aku memikirkan bel, padahal aku bisa bertanya ke teman di sebelah ku. Teman sebelah ku lelaki, dia memiliki postur tubuh tinggi padahal dia sedang duduk, tapi aku seenak jidat menyimpulkan kalau lelaki itu tinggi.

Teman belakang ku laki-laki juga, tetapi terlihat lebih pendek dari laki-laki yang duduk di samping ku. Kemudian aku lihat teman duduk di depan ku dan ternyata laki-laki juga.

Sial.

Aku geram bukan main.

Kali ini aku tidak tahu bagaimana postur laki-laki yang duduk di depan ku karena aku tidak dapat melihat dengan jelas. Dan pada akhirnya aku memilih bertanya pada laki-laki yang duduk di sebelah kanan ku.

Ku geser sedikit tempat duduk ku agar mudah bertanya.
"Permisi."

Laki-laki itu menoleh dan wajahnya datar sekali. Seketika aku berpikir dua kali. Tanya atau tidak. Dan aku milih bertanya. Aku menelan ludah dan kemudian melanjutkan.

"Setelah ini jam pelajaran apa?"

Si lelaki itu tersenyum, namun aku merasa janggal dengan senyuman darinya. Aku merasa ada sesuatu yang salah. Benar.

"Kau bertanya pada ku?"

Kalimat bodoh itu keluar dari bibirnya begitu saja. Aku memberinya anggukan sebagai jawaban iya.
Dan siapa sangka, di detik berikutnya laki-laki itu berdiri dari duduknya dan berteriak ke penjuru kelas seolah-olah dia tengah memberi pengumuman kelas.

Apa aku salah bertanya?

"Perhatian semuanya."

Seisi kelas menengok dan perhatiannya tertuju ke laki-laki itu. Kemudian mereka berbisik-bisik ada apa, mengapa, dan sebagainya. Ketika seisi kelas tertuju pada satu orang di sebelahku, berbeda dengan teman duduk di belakang dan depan ku. Mata mereka tertuju padaku.

Aku bingung setengah mati. Sebenarnya ada apa?

"Kalian tahu?"

Lelaki disebelah ku kembali berbicara.

"Anak baru ini baru saja bertanya pada ku."

Dia menghentikan ucapannya, tidak. Dia sengaja menggantungkan kalimatnya dan membuat seisi kelas menjadi hening.

"Berani sekali kan dia bicara pada ku. Tidak ku sangka."

Kemudian dia tertawa sendiri dengan ucapannya. Apanya yang berani apa?
Aku masih bingung. Kemudian sebelum dia kembali melanjutkan ucapannya, aku sudah lebih dulu memotong.

"Maaf apa maksud mu? Aku bertanya sungguhan, kalau memang kau tidak mau jawab ya sudah diam saja."

Kalimat ku sukses membuat laki-laki itu diam. Sepertinya aku membuat dia marah. Lelaki itu menggeser dirinya ke arah ku.

Tanpa dugaan, laki-laki itu kembali berbicara sambil mengetuk-ngetukan jari telunjuknya ke kening ku.

Sopan sekali.

"Selamat nona, sekarang kau menjadi teman ku. Ku harap kau dapat menemukan jalan keluar."

Setelah mengucapkan kalimat tadi, lelaki itu keluar meninggalkan kelas. Dan anehnya di ikuti teman duduk depan dan belakang ku. Dan aku mendengar bisik-bisikan aneh dari teman -teman seisi kelas. Heran. Kenapa para gadis suka sekali bisik-bisik sih.

Aku kembali duduk di tempat ku, baru saja aku membuka ponsel ku seorang gadis rambut di ikat kuda datang menghampiri ku.

"Ryuna-ssi. Kau salah orang. Jangan berbicara padanya, dan sekarang dia telah menjadikan mu temannya."

Gadis itu diam sebentar. Hening beberapa saat di antara kami. Kemudian gadis itu melanjutkan.

"Semoga kau bisa keluar Ryuna-ssi."

Setelah mengucapkan beberapa kata tadi gadis itu kembali ke tempatnya dan meniggalkan aku dengan beberapa pertanyaan yang tidak ada jawaban. Pertanyaan bel saja tidak terjawab tapi aku sudah mendapat beberapa pertanyaan baru.

Sebenarnya apa maksud 'Semoga kau bisa keluar?'

To be continued.
🍒💣

Alhamdulillah gua bisa kembali berimajinasi dan ngetik :) Oke. Di cerita ini gua janji bakal serius ngetik dan gua tamatin. Ga peduli ada yang baca apa kaga yang penting tamat :") /sedih saya

Tolong tetap vote dan komentar ya walaupun kalian para pembaca tau cerita ini karna gua sendiri yang promosiin :") /sekali lagi. Sedih saya/

Fall. [Completed]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant