Bab 1 : Kejutan tak Terduga

144 7 0
                                    

🎶Playlist🎶

Alan Walker - The  Spectre

.

.

.

Disini, diruang yang lapang dengan banyak perobatan bernuansa feminim, dengan tangan ku menopang dagu. Memandang hamparan petak sawah yang membentang di sekitar rumah. Beberapa padi menguning, tinggal menunggu sampai saatnya memanen dan beberapa petak masih menghijau, melambai-lambai dengan mudah saat terterpa angin musim kemarau.

Ada lebih dari satu sungai kecil mengalir dengan suara gemericik rendah, kawanan ikan kecil berlarian kesana-kemari, keong sawah yang berkeliling dengan pelan. Puluhan pohon pisang berada disekeliling sawah, nampak sengaja di tanam disana.

Pemandangan ini bertambah elok, saat kawanan burung pipit merendah, cakarnya mencengkram dahan pohon dan dedaunan padi, hanya untuk mematuk satu atau bahkan lebih bulir padi.

Siang yang terik dengan angin sepoi yang berhembus menyegarkan, tapi ini tak berlangsung lama. Entah aku terlalu lama mengamati atau memang semenjak tadi awan seputih kapas itu telah berganti menjadi suram. Pekat dan padat, hanya menunggu waktu sampai saat satu bahkan mungkin lebih, tetesan hujan jatuh, membasahi bumi. Disusul dengan suara guntur menggelegar dan cahaya menyilaukan dari kilat yang menyambar-nyambar, seolah berusaha untuk membelah langit.

Aku menghembuskan nafas panjang. Dengan terpaksa, aku harus menutup jendela. Menghentikan aktifitas penghiburan dari penatnya aktifitas ku sepanjang hari. Sungguh, aku tidak mengerti kenapa semuanya tak dapat di prediksi.

Akhir-akhir ini kenapa musim semakin kacau? Dulu saat aku kecil tidak seperti ini. Saat ini, sangat susah untuk membedakan antara musim hujan dan kemarau. Jika musim hujan tiba, terkadang cuaca menjadi panas dan akan berubah menjadi dingin saat hujan mulai datang. Sementara saat musim kemarau, cuaca menjadi begitu dingin di pagi hari dan menjadi panas saat malam, tanpa ada hujan.

Sebenarnya ada apa dengan bumi? Kenapa sangat berbeda dengan beberapa tahun yang lalu? Itu yang selalu saja menjadi pertanyaan ku. Sesungguhnya, aku tidak perlu pusing-pusing untuk bertanya kepada kakak ku, Ayah atau bunda tapi aku tak begitu dekat dengan mereka hanya untuk menanyakan sesuatu yang tak penting seperti ini. Mereka hanya akan menanggapi pertanyaan ku jika itu sesuai dengan ekspektasi mereka. Aku memang terlahir tidak sejenius mereka dan aku sangat muak melihat mereka berbicara tentang kualitas udara, keadaan iklim, struktur bumi, tanah, batuan gempa, alat, sistem kerja, maintenance, kalibrasi, dan rekayasa.

Kurasa sudah cukup untuk berbicara tentang istilah aneh ini dan izinkan aku untuk memperkenalkan diriku. Hai, perkenalkan namaku Lintang Haditya seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi Ekonomi di kotaku yang mengambil jurusan Akuntansi. Cukup aneh karena kedua orang tuaku adalah seorang gelar doktor yang berkerja di BMKG tapi aku sebagai salah satu anak dari mereka berdua memilih untuk tak mengambil jurusan yang sama karena aku tak ingin berakhir seperti mereka dan kakak ku yang sekarang melakukan hal sama seperti mereka yaitu meneruskan ke jenjang perguruan tinggi SMTMKG dan ia berada disemester akhir. Sibuk dengan pekerjaannya tanpa mengenal waktu dan tempat, membuatku merasa sendirian sepanjang waktu.

Seperti saat ini, aku hanya ditemani oleh seorang bibi penjaga yang menjaga ku semenjak kecil. Berdua di dalam rumah besar itu sangat tidak nyaman. Terkadang aku membawa teman-teman ku untuk sekedar menginap semalam saja disini. Memiliki keluarga tapi seperti tak memilikinya dan aku tidak pernah bisa protes terhadap kedua orang tuaku tentang hal ini karena kami selalu tinggal terpisah. Benar-benar terlihat seperti tumbuh sendiri dan mengalami banyak kesulitan sendiri. Mungkin dari hal ini setidaknya aku bisa sedikit lebih dewasa dalam menangangi banyak hal.

Misteri Gempa LombokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang