Prolog

254 40 58
                                    

🎶Ailee - I Will Go To You Like The First Snow

✨✨✨

Pernah merasa seperti tidak ingin hidup lagi? Mungkin bisa dibilang putus asa? Itulah yang kurasakan saat ini. Apa aku harus tetap bertahan dan terus berjuang di dunia yang keras ini atau menyerah?

Setelah mengetahui rahasia masa lalu yang kelam satu persatu, aku menjadi sering melamun. Bunda yang tahu akan hal itu terus menghiburku padahal aku tahu bunda lebih sakit dariku, tetapi ia mencoba tegar. Hmm, andai aku bisa seperti bunda.

Hari ini bunda mengajakku pergi. Seharusnya hari ini aku bahagia. Kapan lagi 'kan bisa berjalan-jalan dengan bunda? Ya, walaupun hanya ke pasar. Namun, aku merasa tidak tenang. Seperti akan terjadi sesuatu.

"Sayang, bunda mau belanja buah dulu di pasar dalam. Kamu yang beli kue di toko langganan kita ya? Jangan kemana-mana, tunggu di sana saja. Nanti bunda yang nyamperin kamu. Hati-hati nyebrangnya."

"Dasar bunda cerewet," ledekku yang membuat bunda hendak mencubit tanganku, tetapi bunda kalah cepat karena aku sudah kabur lebih dulu.

Seperti biasa, pasar pagi ini sangatlah ramai. Aku harus berdesak-desakan dengan banyak orang agar bisa keluar dari pasar. Sepuluh menit kemudian aku baru sampai di toko kue langgananku yang lokasinya cukup jauh dari pasar karena berada di depan sebuah perumahan. Sungguh sebuah perjuangan bukan? Tempat ini sangat tidak cocok untuk dilewati malam hari, jalannya cukup sepi. Memikirkannya saja sudah membuatku merinding.

"Bang, seperti biasa dua puluh ribu. Rasa coklat sama keju."

"Siap, Neng."

Sambil menunggu pesanan datang, aku melihat sosok yang tidak ingin kutemui baru saja keluar dari toko parfum di sebelah toko kue langgananku. Ia pun menyebrangi jalan. Namun, dari arah lawan aku melihat sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Mobil itu seperti hendak menabrak dia.

Refleks kedua kakiku bergerak cepat dan mendorong kuat lelaki itu sampai tersungkur di rumput. Syukurlah, aku berhasil menyelamatkan orang yang selalu aku hindari. Namun, mengapa lelaki itu tidak senang? Kenapa dia tidak tersenyum setelah diselamatkan?

Astaga, ternyata aku melayang seperti terbang, tubuhku seperti mati rasa. Aku melihat mobil itu terus melaju dengan gegabah.

Aku sempat melihat plat mobil hitam itu walau tidak jelas karena kacamataku jatuh entah dimana. Aku ingin mengejar mobil itu, tetapi aku tidak sanggup berdiri.

"Zareena!" kudengar lelaki itu berteriak sambil berlari ke arahku. Ia membopong tubuhku yang sudah dipenuhi darah.

"Reen, maafin gue ya. Tahan ya!" Ia menangis. Kenapa lelaki yang selalu kuhindari menangisiku? Apa ia merasa bersalah karena aku yang tertabrak?

Lelaki itu terus berteriak minta tolong sambil memegang ponselnya untuk menghubungi ambulans. Jalanan yang tadinya sepi kini menjadi ramai. Beberapa dari mereka mencoba menghubungi ambulans juga.

"Zareena!" Aku mengenali suara itu. Suara bunda. Bunda datang  Aku harus apa? Bunda tidak boleh melihatku seperti ini. Nanti bunda semakin sedih. Kulihat bunda menghempaskan kantung belanjanya dan langsung berlari ke arahku.

Aku ingin berdiri, tetapi aku tak sanggup. Sebelum kesadaranku menghilang, aku mendengar bunda berteriak, "Dasar pembunuh!"

✨✨✨

Struggle adalah cerita pertamaku yang hiatus sangat lama.

Silakan membaca! Semoga kalian suka.

Jangan lupa vote dan comment ya, karena vote dan comment kalian sangat berharga untukku.

-SalamKochan🥜

STRUGGLE (ON GOING)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu