Prolog

52 9 8
                                        

"Bismillah," ucapku dalam hati saat hendak menaiki kereta yang akan membawaku ke kota.

"Na, ayo sini kamu duduk didepan kami aja," ucap Ici yang sudah duduk di kursi penumpang bersama Aca.

"Iya ,Ici," sahutku.

Tak lama kereta mulai melaju membawaku dan 2 sahabatku itu meninggalkan desa  kesayangan kami, desa dimana kami tumbuh sampai sebesar ini.

Caca Larasati dan Cici Larasati, yang akrab kupanggil Aca dan Ici. Mereka adalah sodara kembar yang ikut dalam perjalananku. Kenapa? Karena ini adalah rencana kami bertiga kala itu.

Kenangan di desaku ini akan kubawa pergi bersama  perjalananku. Aku akan menumui banyak perbedaan dan berubahan disana, tapi aku tak ingin melupakan asal-usulku dari mana.

Aku melihat ke luar dari jendela keretaku, masih bisa kulihat pemandangan sawah desaku yang hijau. Aku benar-benar akan pergi dari desa ini, entahlah terasa akan ada banyak kerinduan nanti.

Tunggu itu....

"ANAAA!!!" panggil seseorang di antara persawahan itu, suaranya samar-samar kudengar.

Dika, dia adalah sahabatku. Aku kira aku tidak bisa melihatnya sebelum aku benar-benar pergi meninggalkan desa ini.

"ANA AKU TUNGGU KAMU DISINI!" Teriaknya sekuat tenaga, beruntung aku masih bisa mendengarnya.

Aku melambai-lambaikan tanganku sambil terus tersenyum kearahnya. Aku yakin, sahabatku itu pasti nanti akan merindukanku. Kuharap setelah aku kembali nanti dia akan tetap sama seperti itu, dia itu memang benar-benar. Aku rasa, aku juga akan merindukannya.

_______________________________________


Menapak LangkahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang