Chapter 15

1.3K 215 49
                                    

~"Untuk sebait puisi, aku selalu hilang kata."~

***

Dari seberang sana, Yuki terlihat tampil sederhana dengan dress bunga juga topi pantai berwarna biru laut. Rambutnya terbiarkan tergerai sampai punggung kian membuatnya mempesona. Dari sekian banyak, hampir semua menatap Yuki penuh minat. Lima orang laki-laki bersama tiga gadis muda pergi bersama menikmati akhir pekan, Haru yang berinisiatif lalu didukung oleh Hutama. Ia sampai rela meminjam mobil kakak laki-lakinya untuk ini, daerah pesisir yang menyuguhkan pasir, air laut jernih, angin berhembus kencang, serta sensasi ombak yang menerjang. Sudah bosan menikmati udara pegunungan, Nico dan yang lain mengiyakan. Yuki awalnya tidak berminat sama sekali, namun Safa memaksa akibat termakan ucapan busuk Haru. Ditambah lagi kekasih Nico ikut serta, makin banyak pula bujukan yang si Haru sialan lontarkan. Kabar buruknya, Stefan rupanya ikut. Di tengah kediaman, masing-masing tidak ada yang bertegur sapa. Yuki menjauh, Stefan bersikap sama seolah dirinya tidak bersalah.

"Yuki, cepat ganti pakaianmu! Apa kau akan terus seperti itu di sana?" Safa berteriak dari tepian dengan mengenakan pakaian renang yang sopan, sedikit ketat namun tertutup. Sedangkan Claudia kekasih Nico mengenakan bikini berwarna pink, bawahannya hanya hotpans berwarna putih. "Yuki, kau mendengarku?"

"Aku tidak ingin berganti pakaian."

"Loh, kenapa?"

"Ini saja sudah cukup. Lagipula aku tetap di sini, kalian bisa meninggalkanku."

Mendengar itu, Haru mengangkat satu alisnya heran. Semua sudah berganti pakaian dan siap untuk berenang, tapi tindakan Yuki benar-benar sulit dipercaya. Alvin memukul bokong Haru menggunakan pelampung bebek agar dia mau menyingkir, sayang sekali dia tetap tidak mengindahkan. "Ada apa denganmu?"

"Apa?"

"Kita ke sini untuk bersenang-senang bukan?" Benar. "Ayolah, cepat ganti pakaianmu."

Suruh pergi orang itu, baru aku akan berganti baju! Batin Yuki menyuarakan demikian. Hati dan egonya tidak terkontrol secara bersamaan, rasanya sulit menerima keberadaan Stefan. "Tidak, Haruki."

"Mungkin saja dia malu." Sebenarnya ucapan Claudia tidak seratus persen benar, Yuki hanya malas jika berdekatan dengan Stefan. Tahu begini ia memilih di rumah saja, berkali-kali Yuki merutuki Haru. "Biar..."

"Mana mungkin dia malu!" Haru sialan.

"Jika kulitku menghitam, apa kalian mau bertanggung jawab?" Mendengar itu Nico memutar mata bosan, Ia merangkul kekasihnya pergi diikuti Hutama dan Alvin.

"Kau yakin tidak mau ikut?"

"Hn." Tetap tidak.

"Baiklah jika kau benar-benar keras kepala, jangan salahkan kami jika ada laki-laki nakal yang menggodamu nanti."

"Aku akan menghajarnya jika dia berani menggoda." Sedikit terkekeh geli Safa melambaikan tangan sembari mendorong punggung Haru menjauh, mereka berdua lalu hilang di tengah kerumunan. Yuki akhirnya memilih duduk di atas karpet plastik, ditemani angin sepoi yang bertiup.

"HOII JABRIK, KEMARILAH!" Lagi-lagi suara berisik Haru terdengar, dan Stefan yang berada sedikit jauh darinya mengacuhkan.

Omong-omong, semenjak turun dia terus saja diam. Sempat-sempatnya karamel itu menembus batas, Yuki cepat-cepat memalingkan muka tidak peduli. Laki-laki itu berjalan menjauh, Yuki tidak mau tahu lagi. Toh keberadaan Stefan adalaha sebuah ancaman baginya. Mana mungkin setelah kejadian lalu ia dengan mudah melupakan, masih terasa jelas betapa setiap sentuhannya mampu membangkitkan getar aneh. Emosi sekaligus nafsu meluap secara bersamaan. Jika tidak ada logika, mereka berdua pasti telah melakukan. Sekelumit perasaan resah hadir, dan Stefan tiba-tiba berdiri menjulang di depannya dengan membawa dua kelapa muda. Tidak tahu malu, berkali-kali Stefan masa bodoh akan hal itu.

ApologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang