Reon menarik nafasnya. "Ya udah, nanti video call aja."

Sirly mengangguk setuju dan mereka berdua menghabiskan sisa makanan masing-masing. Setelah selesai Sirly mengambil bekas piring kotor miliknya dan Reon ke bak cuci piring, lalu membungkus sisa cinnamons roll yang dibuatnya untuk dibawa oleh Reon. Reon sudah kembali ke kamar tamu untuk membereskan barang-barang miliknya.

"Ini dibawa," Sirly memberikan bungkusan itu pada Reon.

"Aku pulang," pamit Reon.

Sirly mengangguk dan mendekatkan tubuhnya untuk mencium pipi Reon, "Hati-hati."

Reon mengangguk dan keluar dari apartmen Sirly, setelah Reon pergi Sirly menghela nafasnya. Bahkan setelah menjalin hubungan selama dua tahun, Sirly tidak merasakan gejolak apapun saat Reon pergi, harusnya kenyataan mereka tidak akan bertemu hingga dua minggu lagi membuat hatinya sedih dan akan merindukan Reon, nyatanya Sirly tidak merasakan apapun.

Oke, dia menyayangi Reon, tapi kadang kala dia merasakan perasaan yang ada di hatinya itu berbeda dari sebelumnya. Sangat jauh berbeda dengan hubungan sebelumnya...

*****

"Oke, kita pulang. Istirahat yang cukup ya temen-temen, besok semuanya harus sudah kumpul di sini, jam enam pagi," kata Viola kepada seluruh anggota timnya.

Setelah meeting mereka selesai, semua anggota tim mereka bubar. Sirly berjalan ke parkiran dan menaiki Soluna usang yang dulunya adalah milik ayahnya. Di saat semua teman-temannya yang lain lebih memilih kredit mobil baru, Sirly masih bertahan dengan mobil itu. Sirly tipe orang yang suka menghargai kenangan, itu sebabnya dia tidak mau mengganti mobilnya yang penuh kenangan. Pertama kali dia menggunakan mobil itu adalah di awal semester, saat dia kuliah dan bertahan hingga saat ini, walau kadang mobilnya sering keluar masuk bengkel.

Kadang ibunya memaksa untuk membeli mobil baru, bahkan menawarkan untuk membelikan mobil untuk Sirly, tapi Sirly tidak mau membebani ibunya, ada dua adik tirinya yang masih sekolah, walaupun suami ibunya saat ini mempunyai pekerjaan yang mapan, ditambah ibunya pun berkerja dengan jabatan yang lumayan.

Ibu Sirly bekerja sebagai kepala cabang sebuah bank swasta, tentu saja ibunya bisa mendapatkan fasilitas bunga rendah dan tenor cicilan yang lebih panjang dari perusahaannya kalau dia membelikan Sirly mobil baru. Ibunya selalu mengeluh dengan pekerjaan Sirly, seperti kebanyakan ibu-ibu yang lain, ibu Sirly ingin kalau dia bisa bekerja di perusahaan yang bonafit dibanding bekerja sebagai wedding planner.

Tapi bagi Sirly pekerjaannya menarik. Dulu saat dia kecil, Sirly ingin menjadi seorang astronot karena dia sangat menyukai tata surya, saat dia duduk di bangku SMP cita-citanya berubah lagi, dia ingin bekerja di taman bacaan atau toko buku agar bisa membaca buku setiap saat, lalu saat SMA dia kembali mengubah cita-citanya, dia ingin bekerja di bioskop agar bisa menonton film setiap hari.

Lalu saat selesai kuliah, Sirly malah ingin bekerja sebagai di Wedding Organaizer, rasanya menyenangkan, saat bisa menyukseskan sebuah acara pernikahan orang lain. Hal yang sangat dikhawatirkan oleh pasangan pengantin dan juga para keluarganya adalah keberhasilan sebuah pesta pernikahan dan senang rasanya dapat membantu menghapuskan kekhawatiran itu.

Sirly sendiri adalah salah satu dari banyak orang yang tidak terlalu percaya dengan pernikahan, dia adalah orang yang takut untuk memulai sebuah hubungan jangka panjang bernama pernikahan. Mungkin karena dia menjadi saksi bagaimana ibunya harus bercerai dengan sang ayah, lalu menikah lagi, kemudian bercerai lagi, dan menikah lagi. Dia takut akan mengalami hal yang sama seperti ibunya. Apalagi dengan sejarah percintaannya dulu, membuat Sirly semakin takut.

*******

Malam ini Sirly sudah berada di Trans Luxury Hotel Bandung untuk melaksanakan tugasnya. Sirly mengenakan kebaya kutu baru berwarna hijau, seragam dengan anggaota timnya yang lain, dengan paduan kain batik panjang yang ketat dan membentuk bokong Sirly yang memang menonjol, hasil dari olahraga yang rutin dilakukannya. Beberapa tamu lelaki bahkan tidak hentinya memandangi Sirly, bahkan beberapa menyunggingkan senyum secara terang-terangan pada Sirly yang dibalasnya dengan senyuman tipis sebagai formalitas.

Tugasnya malam ini adalah mengawasi bagian konsumsi, tugasnya memastikan semua menu yang dipesan oleh penyelenggara acara lengkap, ketersedian makanan di meja prasmanan jangan sampai habis di saat tamu undangan masih banyak. Sirly tidak berhenti berkomunikasi dengan anggota timnya melalui earphone yang menempel di telinganya.

Acara selesai hampir tengah malam, Sirly sudah membereskan semua barang-barangnya, dan bersiap untuk pulang bersama dengan anggota timnya yang lain. "Teh Sirly mau dianter ke rumah atau ke kantor?" tanya Tomi salah satu rekan kerjanya.

"Ke kantor aja, aku bawa mobil kok, tadi. Eh, Kara mana?" tanya Sirly pada Tomi. Sirly lupa mengembalikan powerbank milik Kara, teman satu timnya.

"Kayaknya tadi udah mau pulang, dijemput sama Mas Gamma," jawab Tomi.

Sirly mengangguk, dia memutuskan untuk mengirimkan pesan pada Kara, kalau dia lupa mengembalikan power bank-nya. Saat menunggu mobil kantornya di depan hotel, Sirly melihat Kara yang sudah memasuki mobil Pajero Hitam milik Gamma, kekasih Kara yang sebentar lagi akan berubah status menjadi suami. Setelah semua lika-liku perjalanan kisah cinta mereka yang tidak mudah. "Ayo Teh," kata Tomi dari dalam mobil. Rupanya Sirly melamun hingga tidak menyadari kalau mobil kantornya sudah berada di lobi. Sirly segera masuk ke sana, dia duduk di kursi belakang.

Pikiran Sirly melayang ke beberapa bulan lalu, saat di mana Reon memberikan cincin untuk melamarnya. Sirly membuka dompetnya dan melihat cincin yang terselip di sana. Sirly selalu membawa cincin itu di dalam dompetnya, tetapi terlalu takut untuk mengenakannya, dia juga belum memberi jawaban apapun kepada Reon, dia bingung sendiri harus melakukan apa. Menikah tidak pernah ada dalam daftar tujuan hidupnya.

Sirly kembali memasukkan cincin itu ke dalam dompet lalu ganti mengecek pesan yang masuk ke ponselnya.

Reon : Sir, Minggu depan ke Jakarta ya, syukuran anak Erina.

Sirly mengembuskan napas pelan. Erina adalah adik Reon yang baru saja melahirkan putra pertamanya. Sebenarnya dari jauh-jauh hari Reon sudah memberitahukan masalah ini, meminta Sirly mengosongkan jadwalnya. Sirly tidak bisa menghindar terlebih karena minggu depan memang sedang tidak ada event apapun.

Sirly : Oke, nanti aku dateng.

Reon : Thank you. Mau aku jemput?

Sirly : Nggak usah, aku udah beli tiket kereta kok.

Reon : Oke kalau gitu. See you there.

Sirly : See you.

******

Pemanasan hahaha

Happy reading...

The Pieces of Memories (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang