The day we found you

1.4K 198 34
                                    

(Yaku's PoV)

"Yakkun~"

Ini libur musim panas, yang bagi sebagian orang adalah waktu yang tepat untuk berdiam diri di dalam rumah dan menyalakan pendingin ruangan sambil makan es krim, atau pergi ke pantai dan bermain pasir. Namun bukan itu yang terjadi sekarang. Kami, tim bola voli putra Nekoma, menghabiskan liburan dengan berlatih keras, karena babak penyisihan sudah di depan mata.

Pagi yang (seharusnya) damai ini, terusik oleh makhluk bernama Kuroo Tetsurou, siswa tingkat 3 -tapi sifatnya masih mirip bocah ingusan-, kapten tim voli -yang entah bagaimana dia bisa terpilih, ini masih menjadi misteri bagi anggota tim, bahkan bagi anak kelas 3 sekalipun-, datang menghampiriku -yang baru saja akan masuk ruang klub- sambil mendekap.. Tunggu, apa itu?

"Lihat apa yang aku temukan!" Kuroo menunjukkan apa yang dibawanya. Refleks aku menendang kakinya karena kaget, lalu menariknya masuk ke dalam ruang klub.

"Dasar bodoh! Anak siapa yang kamu culik?!" Ya, seorang anak. Lebih tepatnya, seorang bayi, batita.

"Aduh! Sakit, tahu... Untung dedeknya nggak jatuh." Kuroo meringis kesakitan sambil mengelus kakinya dengan sebelah tangan.

"Cari masalah aja kamu! Penampilanmu tuh sudah mirip pedofil, nanti orang kira kamu pedo beneran, gimana?" Sumpah, kesal banget aku sama ini kucing garong satu.

"Nggak ada yang tahu kok, tenang saja. Hehe..." Kuroo nyengir tanpa dosa. Aku hanya bisa menghela nafas lelah.

"Haaah terserahlah.. Eh, tapi kalau dilihat-lihat lagi, bayinya mirip seseorang.." Aku memperhatikan bayi itu lebih teliti. Aku merasa seperti pernah melihatnya, tapi di mana?

"Oya? Benar juga... Mirip siapa ya?" Kuroo melihat bayi itu seperti sedang memeriksa keaslian merchandise yang dijual di bunkasai. Ingin rasanya aku jitak kepalanya, tapi sadar tanganku tak sampai. Aku urungkan niatku.

"Ah! Kenma!" Kami saling tatap, lalu kembali memperhatikan bayi mungil itu. Rambut pirang dengan sedikit warna gelap di pangkalnya, tatapan yang mengatakan ketidakpedulian pada sekelilingnya, bisa dibilang dia adalah Kenma dalam wujud bayi.

"Ketemu di mana?"

"Depan rumah."

"HAH?! YANG BENAR SAJA??"

"Santai dong, nggak perlu ngegas. Dedeknya kan jadi kaget."

"A-ah, maaf.." Benar saja, Kenma-versi-bayi terlihat hampir menangis karena suaraku yang tiba-tiba mengagetkannya tadi. Aku berusaha menenangkannya dengan cara mengayun-ayunkan tangannya perlahan sambil mengajaknya berbicara.

"Utututututu sayang, jangan nangis~ Kakak nggak bermaksud bikin kaget kamu kok.."

Sunyi

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Sunyi. Terlalu sunyi malah. Aku melirik Kuroo yang terdiam. Tumben. Padahal biasanya dia berisik.

"Kenapa? Ada yang salah?" Tanyaku, masih sambil bermain-main dengan Kenma-versi-bayi.

"Eh? Ng-nggak kok... Hanya sedang terpikirkan sesuatu."

"Apa?" Aku menatapnya.

"Yakkun lebih cocok dipanggil mama daripada kakak." Serasa muncul perempatan siku-siku di dahiku.

"Perlu aku tendang kakimu yang satunya? Hm?"

"Ampun, mama~" Rengekan yang dibuat-buat. Aku mulai menimbang-nimbang, menjitak kepala Kuroo atau menendang tulang keringnya. Tiba-tiba terdengar suara lirih..

"Ma-ma."

"Uh?" Kuroo dan aku saling bertatapan. Lalu kulihat Kenma-versi-bayi menatapku.

"Ma-ma." Tangannya seakan-akan menunjuk ke arahku.

"Tuh, dedek bayi saja setuju...!" Bahagia sekali dia. "Kalau begitu, panggil aku 'papa', oke, Kenma sayang?" Kenma menatap Kuroo. Dia paham apa yang diucapkan oleh Kuroo?

"Pa-pa?" Oh, tidak. Aku punya firasat buruk tentang ini.

"Benar sekali, Kenma sayang! Aku papamu. Papa yang paling tampan dan berani~" Hmm.. Sepertinya ada yang salah.

"Sudah sudah.. Sini, biar aku yang mengurusnya. Aku nggak mau bayi polos ini kamu ajari yang aneh-aneh." Segera aku ambil alih Kenma dari gendongan Kuroo. Ada sedikit raut tidak terima di wajahnya. Aku tak peduli.

For Real?!Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz