Dasar lacur, ucapnya dalam hati sambil membasuh tubuhnya.

"Sini kepalamu. Biar aku sampoi, tampaknya kutu akan segera bersarang di kepalamu yang bagus ini" ucap Aji sambil memegang kepala Anto dan membalurkan sampo di kepalanya.

Anto hanya bisa memandang Aji heran. Tak pernah sebelumnya seorang lelaki memperlakukannya demikian. Dan perlakuan ini membuat Anto berpikir,"Manusia jenis apa sebenarnya kau Aji" ucap Anto dalam hati.

Mereka kemudian saling membasuh dan membersihkan diri. Walau sesekali Anto masih tetap berusaha untuk mencuri pegang kelamin Aji tersebut, yang walau terkadang selalu ditepis oleh Aji dengan tepukan tangan dan senyumannya. Tampaknya. Aji tidak terlalu risih dengan perlakuan Anto itu kepadanya.

Pengajian malam itu sudah berlalu dengan sangat membosankan. Begitu juga dengan keadaannya dengan Aji yang tampak tidak menunjukkan perkembangan. Tampaknya Aji tidak pernah mempermasalahkan atau mempertanyakan hal janggal yang dilakukan olehnya. Aji hanya bersikap sangat biasa kepadanya, tetap seperti Aji pada awalnya dan inilah yang membuat dia tambah merasa yakin bahwa Aji hanyalah seorang straight dengan perilaku aneh, yang menggangap hal itu wajar dilakukan.

Tapi fakta bahwa Aji tidak risih diperlakukan demikian membuat Anto menyimpulkan sebuah harapan. Sebuah harapan bahwa Aji merupakan seseorang yang kebingungan dengan orientasinya dan perlu dibimbing oleh orang sepertinya. Dengan rasa penasaran, dia kemudian memberanikan diri untuk melakukan sebuah hal yang bodoh. Hal terbodoh dan termenjijikan yang dia lakukan seumur hidupnya.

"Aji. Aku bisa tidur bersamamu tidak malam ini?" ucap Anto kepada Aji pada suatu malam yang dingin di hari sabtu. Dimana kebanyakan anak sedang pulang ke rumah saudara mereka yang tinggal di sekitaran malang, dan menyisakan tiga orang diantara mereka di dalam kamar tersebut.

"Kenapa? Ada apa denganmu?" ucap Aji kepada Anto.

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin tidur aja bersamamu malam ini, bolehkan?" bujuk rayu Anto.

Aji kemudian menatap Anto dengan heran,"Baiklah. Tapi kita harus menyatukan ranjang ini malam ini, agar tempat tidur kita terasa lebih leluasa" ucapnya sambil menunjuk ranjangnya dan juga ranjang Anto.

"Baiklah kalau itu maumu" ucap Anto menyetujui.

Aji kemudian turun dari ranjangnya dan kemudian mendorong ranjangnya. Suara berdecit terdengar dari gesekan antara ujung kaki ranjang dengan lantai dan membuat teman mereka mendengar kegaduhan itu,"Woi, apa yang kalian lakukan?" ucap seorang teman sekamar mereka.

"Tidak ada teman, hanya menyatukan ranjang kami berdua" ucap Aji.

"Buat apa kalian menyatukan ranjang seperti itu? Bukankah kalian berdua memiliki riwayat gaduh ketika tidur?" ucap teman mereka itu.

"Tidak apa-apa, hanya ingin mencoba-coba saja untuk tidur bersama seperti ini, manatau terasa lebih nyaman" ucap Anto kepada teman mereka itu.

"Kalian yakin?" ucap teman mereka.

"Yakin" ucap Anto dengan semangat.

"Baiklah. Tapi aku tidak ingin mendengar suatu kegaduhan nanti malam ya, jika terdengar, siap-siap air di teko ini akan mengguyur kalian" ucap teman mereka itu. "Siap, juragan!" ucap Aji kemudian. Aji kemudian tersenyum menatap Anto, dan hal ini membuat debar jantung Anto semakin kencang.

"Ya sudah, sekarang ayo tidur. Jangan lupa baca doa ya, biar terjaga dari gangguan para setan yang berkeliaran di sekitar kita" ucap Aji.

Mereka kemudian langsung berdoa bersama. Walau sebenarnya Anto tidak mengucapkan doa sama sekali, lantaran dia tidak ingin mengusir setan yang menguasainya saat ini. Jika dia mengusir setannya, bagaimana mungkin dia bisa menjalankan niat jahat yang ada dipikirannya ini. Ketika berdoa, Anto menatap Aji yang berdoa dengan sangat khusyuk.

GURU NGAJI ANTO [ON GOING]Where stories live. Discover now