Aku meminta izin pada Pak Rezfan untuk turun sendiri memberitahu kakek. Pak Rezfan tidak mengizinkan, dia ingin pergi berdua denganku, tapi pekerjaan menghimpitnya. Bisa ditebak dia akan pulang habis Maghrib juga.

  "Saya ga bisa izinkan kamu pergi, Syiffa"ucapnya saat aku merengek meminta izin.

  "Loh kenapa? Kan Syiffa pergi untuk memberitahu kakek. Syiffa yakin sebentar habis Maghrib Pak Rezfan akan takjub karena melihat aku datang bersama kakek. Ayolah, Pak, izinkan Syiffa ya?"

  Ku tunjukkan wajah sok imut di hadapannya. Mungkin saja hatinya masih tidak yakin soal sikap kakek. Tapi, aku yakin, kali ini kakek pasti akan luluh.

  "Entah kenapa saya tidak bisa izinkan kamu pergi"lirihnya.

  "Itu hanya perasaan nya Pak Rezfan. Insya Allah Syiffa akan datang bersama kakek"

  Akhirnya, setelah sekian lama aku merayunya, akhirnya aku mendapat izin. Dengan syarat diantar oleh orang kepercayaannya.

  Aku pun sampai di rumah kakek menjelang Maghrib. Sopir Taksi meminta izin untuk ke Masjid. Aku menyetujuinya. Lalu, aku pun memasuki pekarangan rumah kakek.

  Aku merasa lain memasuki pekarangan rumah ini. Setiap langkah kaki ku bertambah, maka semakin pula bertambah cepat pacu jantungku. Aku merasa akan terjadi sesuatu.

  Booom!!!!

  "ASTAGHFIRULLAH!!!" teriakku sambil termundur beberapa langkah dengan cepat. Semburan api keluar dari atap rumah kakek.

  Karena termundur secara mendadak, aku tidak bisa mengontrol tubuh sehingganya aku terjatuh.

  "KAKEK!!!!"

  Aku berdiri dan memanggil-manggil kakek. Tapi, beberapa detik kemudian, kakek tidak keluar. Aku yakin dia ada di dalam. Perasaanku bertambah cemas.

  Rumah kakek jauh dari perumahan. Aku menangis mengingat kakek sendiri di dalam. Ku pejamkan mata erat-erat. Dengan membaca bismillah aku pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah.

  Aku yakin, Allah akan menolongku dan kakek. Bismillah.

  Jujur saja, sebenarnya aku takut masuk ke dalam. Tapi, seperti ada dorongan untuk masuk ke dalam sini. Aku celingak-celinguk mencari kakek.
  Sesekali aku terbatuk karena asap nya tebal. Kaki ku melangkah mencari kakek ke dapur, dia tidak ada. Aku mulai membuka suatu ruangan. Ternyata kakek sedang melaksanakan sholat.

  Setelah aku nelihatnya salam, aku langsung menghampirinya.

  "Kakek, ayo kita keluar, rumah kakek kebakaran"ucapku sambil menarik tangannya.

  "Kamu kenapa ke sini?"

  "Kakek, kita harus keluar dahulu. Api di luar sana semakin besar!"

  Kami berdua sama-sama melirik api yang tergambar jelas di depan pintu kamar.

  Tanpa aba-aba, kakek langsung menarikku keluar. Dia tidak menarikku paksa, tapi lembut. Dia bahkan memakaikan sajadahnya untuk melindungiku.

Tetangga Baru (TAMAT)Where stories live. Discover now