"Terserah apa kata kamu. Ini sudah keputusan Abah dan keluarga, mau tidak mau harus kamu turuti. Dan kalau kamu berulah nanti di pondok, Bunda dan keluarga tinggal menghilang saja ke luar negeri ninggalin kamu disini tanpa uang" ucap wanita kepada Anto.

"Oke, jika itu memang mau kalian" ucap Anto.

Anto hanya bisa terdiam selama perjalanan. Dia memikirkan banyak hal, mulai dari kesengsaraan yang akan dia terima di pondok, susahnya bergaul dengan anak pondok itu dan kerinduannya kepada Yayat, satpam kesayangan Anto tersebut.

Pikirannya kemudian melayang tinggi, ke sebuah suasana ketika dirinya dan Yayat masih memadu kasih dalam diam. Suasana dia dapat merasakan betapa indahnya perasaan yang dimilikinya kepada seorang pria yang berusia belasan tahun lebih tua dari dirinya. Pria dengan wajah yang indah rupawan, berkulit coklat, berkumis tipis, memiliki otot dada dan lengan yang besar dan juga kelamin yang juga besar untuk ukuran orang lokal.

Salahkan keingintahuan Anto yang ingin mencicipi lelaki gagah dan jantan seperti Yayat tersebut. Lelaki yang sudah beristri dan beranak dua itu mampu mengaktifkan imajinasi nakal yang membuat dia berani untuk menggoda dan membuat Yayat tergila-gila dengan tubuh lelakinya itu. Dengan Yayat, Anto bisa mengeluarkan lenguhannya tanpa henti dengan genjotan yang konstan dan cumbuan yang panas.

Dan semua itu bermula ketika sebuah hujan yang sangat lebat disertai oleh badai petir yang menyambar jaringan listrik perumahan mereka pada sebuah malam, sehingga seluiruh listrik perumahan mereka mati. Yayat yang selalu berada di pos satpamnya, terpaksa mengunci erat gerbang rumah majikannya itu dengan berhujan-hujanan dan langsung menuju rumah untuk berteduh. Sebab posnya itu sangat tidak nyaman untuk ditinggali di saat hujan seperti ini.

Pada saat itu, tak ada siapapun di dalam rumah selain Anto yang baru saja pulang dari sekolah. Pembantu rumah itu sudah pulang sejak sore, begitu juga para supir. Majikannya sedang pergi ke luar kota sebab ada dinas yang perlu dikerjakan oleh mereka. Dan tanpa berpikir panjang, Yayat langsung masuk ke dalam rumah tersebut melalui pintu depan dengan badan yang basah kuyup.

Yayat memasuki rumah tersebut yang sudah gelap gulita sepanjang mata memandang. Dengan berhati-hati dia kemudian mencari lampu emergency yang ada di sekitaran ruang tamu rumah ini, dan setelah menemukannya, dia langsung menyalakannya. Ketika dia berjalan, sebuah suara memanggilnya,"Pak. . Pak Yayat? Itu bapak?" ucap sebuah suara dari kamar yang berada di lantai atas rumah ini.

"Iya den Anto. Kenapa den? Ada masalah?" tanya Yayat.

"Pak, saya takut. Disini gaada lampu, bapak tolong bawa lampu kesini dong pak" ucap Anto dari atas sambil berteriak.

Yayat kemudian mencari lampu emergency lainnya, dan diapun menemukan sebuah lampu emergency berukuran lebih kecil namun lebih redup dari yang dia bayangkan. Yayat lantas berjalan melintasi ruang tamu yang cukup luas ini dan menaiki tangga rumah tersebut menuju kamar Anto yang tampak sangat gelap. Yayat kemudian membuka pintu tersebut dan tampaklah seorang Anto dengan flash yang menyala dari teleponnya. Tampak dia sedang meringkuk ketakutan di dalam selimut tebalnya.

"Den Anto, ada apa den? Abis liat setan? Kok sembunyi di dalam selimut begitu" tanya Yayat kepada Anto.

"Enggak pak, saya takut banget sama petir dan gelap kayak begini ngeri" ucap Anto sambil menatap Yayat yang tampak basah kuyup.

"Bapak kok basah kayak gitu? Bapak abis ngunci gerbang ya?" tanya Anto kemudian.

"Iya den. Kebetulan mati lampu dan kayaknya tuan juga ga bakalan pulang sampai besok, lagian ujan deres begini mana ada bakalan tamu yang dateng sih menurut saya" ucap Yayat.

Anto kemudian turun dari tempat tidurnya dan mengambil sebuah handuk dari dalam lemari. Dia kemudian memberikan handuk tersebut kepada Yayat,"Bapak mandi disini aja ya pak, jangan lama-lama tapi, saya takut sendiri" ucap Anto.

GURU NGAJI ANTO [ON GOING]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें