2. The sun is looking for the moon

2.4K 295 3
                                    

Aku menganggap diriku adalah matahari. Aku sedang mencari bulanku yang hilang entah di mana.

Bulan yang bisa melengkapi sosok matahari.

Yin dan Yang.

Aku akan mencarinya tanpa peduli waktu akan mengalir deras menghantarkan detik menuju tahun.

Aku akan tetap menjadi matahari yang mencari bulan yang bertemu ketika gerhana.

Tapi aku tidak menyangka bahwa sungguh di bawah gerhana aku akan bertemu denganmu.

Bulanku.


THE SUN IS LOOKING FOR THE MOON

SOULMATE AU!

“Tuan Kim.”

Seorang Kim menoleh pada bawahannya, menatapnya dengan dingin tanpa ada sorot peduli.

“Rapat akan disusun ulang, saya mengajukan hanya satu jam bagaimana pendapat anda?”

Mingyu, nama belakang dari marga Kim tadi hanya tersenyum licik. “Kau membuat satu jam ku sia-sia. Aku sudah menjelaskan semuanya tentang perusahaan ini dan bagaimana sikapku untuk mengambil rapat. Bukan begitu, Joohyun-ssi?”

Joohyun Bae. Sekretaris andalan dari perusahaan Kim Corp. Hanya dapat tergugu, ia ingat apa yang atasannya katakan tapi tidak menyangka akan seperti ini tanggapannya. Ia hanya bertanya tentang seberapa lama rapat dapat dilakukan. Dan atasannya terlalu perfectionis.

Terlalu.

“M-maafkan saya Tuan Kim, saya akan berusaha lagi.”

“Tidak perlu. Aku sudah muak untuk rapat yang berulang kali kau susun. Ku rasa kau tahu di mana letak ruangan divisi penerimaan pegawai?”

Joohyun tahu karirnya sudah tamat.

“S-saya dipecat tuan?”

“Aku kira sekolah tinggimu itu berharga. Hanya seperti itu saja tidak bisa berpikir. Bodoh!”

Langkah lebar itu meninggalkan sang sekretaris sendiri yang menunduk menahan tangis.

Ia benar-benar menangis ketika menuju ruangan yang ditunjukkan Mingyu, itu artinya ia mengundurkan diri.

“Joohyun nuna? Kau menangis?”

Joohyun hanya menggeleng, duduk dengan napas yang berusaha teratur. “Aku mengundurkan diri aku tidak kuat lagi.”

Seungcheol –Nama kepala divisi itu- mengernyit heran. Apalagi yang dilakukan bosnya kali ini?

Nuna, kau bisa memikirkan ulang, sangat sulit mencari pekerjaan di sini.”

Namun Joohyun hanya menggeleng lagi, “Aku memiliki soulmate, dia akan menghidupiku. Bukan seperti bosmu. Aku tidak mau bekerja di sini lagi, aku juga akan segera menikah dan hidup bahagia. Sampaikan saja pada bosmu bahwa aku mendoakan yang terbaik untuknya.”

Tidak ada yang bisa dilakukan, Seungcheol akan pusing mencari kandidat sekretaris yang baru. Banyak sekali yang mendaftar mungkin, tapi sedikit yang memenuhi kriteria. Atau tidak ada sama sekali?

Mingyu sangatlah pemilih, tipe perfectionis.

Ada salah sedikit, pecat.

Ada sikap tidak sesuai keinginannya, pecat.

Semudah itu ia memecat dan memperlakukan karyawannya semena-mena.

Oh sekarang kepalanya tiba-tiba mendidih setelah Joohyun pergi. Kemana lagi ia harus mencari yang sesuai keinginan Mingyu?

‘Atau sekalian aku mencari soulmate Mingyu saja?’


***


Tuan Kim yang sedang kita bicarakan kini tengah berada di mobil sport merahnya yang menyala. Ia sangat tampan dengan balutan kemeja yang tergulung hingga sikunya, dilengkapi dengan celana bahan bermerek terkenal tak lupa sepatu mengilap yang sangat serasi.

Usianya baru 25 tahun, memiliki wajah rupawan yang menawan juga jabatan yang mapan membuatnya menjadi santapan lezat bagi para pencari materi dunia. Hanya saja, sekali lagi, ia sangatlah pemilih.

Mata tajamnya mengusap dada kirinya, di mana tanda itu ada. Tanda yang hanya berbentuk titik-titik menyambung seperti bunga yang ia tidak tahu itu tercipta saat ia lahir, mencari soulmatenya agar dapat utuh menjadi bunga yang mekar.

Jauh dalam lubuk hati Mingyu yang paling dalam. Ia merindukan soulmate yang ditakdirkan untuknya. Yang ia tidak tahu berada di mana sekarang. Apakah ia sudah lahir, atau sudah tua, ia bahkan tak tahu.

Letaknya pun sulit. Di bagian dada. Yang benar saja!

Apa harus Mingyu memeriksa satu-persatu dada orang-orang?

Tidak bukan.

Belum lagi banyak yang mengaku bahwa mereka soulmate Mingyu tanpa tahu di mana tanda Mingyu berada. Mereka seolah mengetahui tentang pria tampan ini padahal tidak.

‘Bulanku, kau di mana?’

Putus asa, Mingyu hanya berharap segalanya selesai.

Bukan kemauannya menjadi seperti ini, ia hanya dituntut oleh ayahnya yang memang mendidiknya dengan keras.

Hingga ia membuang masa mudanya berkutat dengan urusan kantor. Mengabaikan ajakan teman masa kecilnya untuk mengenal wanita lain yang siapa tahu saja adalah soulmatenya.

Ketika seseorang bertemu soulmatenya, dari tatapan mata saja.

Tanda itu, akan terasa panas. Dia akan tahu bahwa itu sang soulmate.

Mereka saling bergantung, mereka saling membutuhkan.

Tidak peduli bahwa mereka saling kenal atau tidak. Yang terpenting mereka soulmate.

Sialnya Mingyu belum menemukannya hingga saat ini.






To Be Continue





Kali ini agak chapter ya, paling dua atau tiga shoot aja ini buat permulaan. Ada yg belum tau model soulmate? Hehehe hampir mirip kek werewolf cuma disini mereka manusia biasa yg punya tanda sama dengan pasangannya. Di sini sih gtu gk tau di ff lain. Ada yg pake jam waktu juga soalnya
Ada yg bingung?
Mau lanjut?

NAFAS INI[MEANIE!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang