2; Rahasia Ustadz Gofur

Mulai dari awal
                                    

"Walaikumsallam Ustadz" balas mereka dengan wajah yang sudah sangat panik, beberapa dari mereka nampak masih mengantuk dengan mata yang masih memerah.

"Hebat kalian ya! Teman-teman kalian sudah bangun dan membersihkan asrama, sedangkan kalian masih tidur di tilam ini seperti lembu! Lembu saja sudah berangkat sekarang membajak sawah" maki Gofur kepada para santri tersebut dari depan pintu.

Gofur yang memegang rotan tersebut kemudian masuk kedalam kamar tersebut dan memperhatikan wajah-wajah penghuni kamar tersebut dengan tatapan yang menyeramkan. Mereka hanya bisa diam dan menunduk mendengarkan ucapan Gofur dan tak ada yang berani menjawab-jawabi.

"Kalian sebagai santri senior harusnya malu! Bagaimana jika junior kalian melihat hal yang demikian?! Lama-lama perilaku kalian ini bisa ditiru oleh mereka, jika mereka tau kalian bisa tidur seenaknya sedangkan yang lain harus bekerja! Kau pikir temanmu budak, huh?!" teriak ustadz Gofur. Teriakan itu membuat para santri mengintip dari jendela kamar yang dihuni delapan orang tersebut dan menyaksikan bagaimana Gofur mencaci penghuni kamar itu habis-habisan.

"Sepertinya tidak ada cara lain lagi, rotanku ini mungkin bisa menyadarkan kalian semua dari kesalahan kalian" ucap Gofur dengan mata yang melotot.

"Ampun ustadz, jangan. Kami berjanji tidak akan melakukan hal yang demikian lagi, janji ustadz" ucap seorang santri ketika Gofur habis berkata demikian.

"Terlambat. Seharusnya kalian berjanji sebelum hal ini terjadi. Sekarang berbaris!" teriak Gofur. Para santri tersebut kemudian berbaris mengikuti perintah Gofur tersebut dengan pasrah. Mereka tidak mungkin melawan perintah dari Gofur tersebut, jika mereka melawan, sanksi yang lebih berat dapat dijatuhkan kepada mereka.

Mereka kemudian berbaris satu persatu menghadap Gofur. Secara bergantian mereka dirajam oleh rotan Gofur dengan delapan kali pukulan di tangan, dan setiap dari mereka hanya mampu meringis ketika hantaman rotan tersebut mengenai kulit tangan mereka,"Aduh, sakit" ringis seorang santri. "Diam! Biar kau tau rasa" balas Gofur.

Satu persatu dari mereka sudah menerima hukuman yang diberikan oleh Gofur dengan pasrah, beberapa dari antara mereka ada yang menitikkan air mata sebab tidak tahan dengan rasa sakit yang diterima oleh tangan mereka. Dan ketika antrian terakhir sudah mendapatkan bagiannya, Gofur menyadari satu hal, seseorang hilang dari antrian tersebut.

"Kemana teman kalian satu lagi? Kenapa kalian cuman tujuh orang?" ucap Gofur. Anak-anak tersebut kemudian menyadari bahwa benar yangdikatakan oleh Gofur, bahwa salah satu diantara mereka menghilang, dan satu orang tersebut adalah Yuda.

"Mungkin masih di tempat tidur ustadz?" cetus salah seorang santri.

Gofur kemudian lantas berjalan memeriksa satu persatu tempat tidur bertingkat yang ada di kamar tersebut, dan ketika dia sampai di kasur yang terakhir, tepat diatasnya, sebuah tubuh tergeletak sedang tertidur pulas diatasnya. Dan sebelum dia memaki anak tersebut, terlebih dulu tangannya menyentuh kening anak tersebut, memastikan bahwa dia demam atau tidak. Dan setelah disentuh olehnya, ternyata anak itu sehat walafiat. Diapun langsung mengarahkan tangannya ke pipi anak tersebut,"Plak" bunyi tamparan keras di pipi anak tersebut.

Sang empunya pipi langsung terbangun dari tempat tidurnya dan melihat orang yang menamparnya dengan mata yang masih memerah,"Apaan sih? Ganggu orang tidur saja, pergi sana" teriak santri itu.

Sontak saja, Gofur langsung naik pitam,"Turun kau sekarang!" maki Gofur. Anak-anak yang tadi habis dihukumnya hanya bisa menatap mereka dengan pandangan ngeri, sebab mereka belum pernah melihat Gofur semarah ini sebelumnya.

"Kenapasih? Ada apa? Masih subuh begini kenapa harus bangun? Kita disuruh jadi babu lagi?" ucap anak tersebut yang bernama Yuda.

"Kurang ajar. Kamu tidak kenal siapa saya?" ucap Gofur.

GURU NGAJI ANTO [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang