Bab 1

3.2K 163 3
                                    


Monterey Park, California
September, 2013

Luke harus menempuh tiga jam perjalanan menuju bandara akibat arus lalu lintas yang padat. Ia mengeluh di sepanjang perjalanan. Bukan hanya karena lalu lintas yang padat, namun juga karena supirnya yang secara mendadak mengundurkan diri dan memilih untuk tinggal di Texas sebagai peternak.

Seorang peternak! Bahkan, gaji yang diberikan Luke lebih besar dari penghasilan itu. Luke tidak habis pikir. Ia sudah cukup belajar dengan tiga orang supir terdahulu yang juga mengundurkan diri dari tugas mereka. Luke berjanji ini akan menjadi yang terakhir. Sebagai gantinya, ia harus menyetir sendiri untuk sampai tepat waktu di bandara.

Karena kesal sekaligus frustrasi, Luke melewatkan lima panggilan tidak terjawab. Dua diantaranya panggilan dari Tamara, asistennya yang bekerja untuk proyeknya di California. Tiga yang lain adalah panggilan dari Jordyn, ibunya yang tidak pernah berhenti merasa khawatir.

Luke hanya meninggalkan pesan dan berjanji akan menelepon mereka kembali begitu sampai di bandara. Nyatanya, semua tidak berjalan dengan lancar karena Luke harus mengantre panjang untuk masuk, dan kekesalannya semakin memuncak begitu seorang petugas menolak untuk membawakan beberapa kopernya.

Setelah kesabarannya nyaris hilang, ponselnya berbunyi kembali. Sudah dapat ditebak siapa yang kali ini menghubunginya. Luke mengangkat telepon pada deringan kelima dan mendengar suara ibunya di seberang.

"Ya, aku mendengarmu, cantik."

“Pestanya sudah hampir tiba dan kau belum sampai?"

Ibunya selalu melebih-lebihkan suasana. Pestanya baru akan dimulai besok. Luke akan tiba sebelum matahari tenggelam. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun, mengingat seringnya ia absen dalam acara keluarga membuat kekhawatiran Jordyn bisa dimaklumi.

“Pesawatnya akan berangkat setengah jam lagi, ma. Jangan khawatir!"

“Apa kau membawa apa yang kupesan?

Sejujurnya Luke tidak ingat apa yang dipesan wanita itu. "Tentu saja." Berdebat dengan Jordyn adalah hal terakhir yang ingin dilakukan Luke disaat suasana hatinya sedang kalut.

“Apa kau sudah bicara dengan Joseph? Kenapa dia tidak menjawab panggilanku?

“Dia akan menjawab panggilanmu jika kau menghubunginya secara teratur. Tidak disetiap detik."

“Aku tidak menghubunginya setiap saat," kilah ibunya, Luke mengalah.

“Dia sedang dalam tugas penyamaran. Kurasa dia tidak akan datang."

Luke tidak mengada-ada. Kakaknya, Joseph, adalah seorang agen FBI. Sudah tiga tahun Joseph bergabung dengan FBI dan pria itu melakukan hal-hal yang dianggap Luke terlalu bodoh: berurusan dengan penjahat - terkadang seorang pembunuh, mencemplungkan dirinya ke dalam bahaya, berurusan dengan senjata dan mengikuti semua pelatihan militer yang menguras tenaga. Bukannya Luke tidak menyukainya, hanya saja kegiatan itu melibatkan terlalu banyak kotoran.

Kakaknya, Joseph, tidak pernah berpikir demikian. Joseph pendiam dan penuh dengan perhitungan. Lelaki itu terlalu serius menjalani hidupnya hingga terkadang Luke berpikir kalau Joseph perlu sedikit bersenang-senang. Sekarang, begitu Joseph memberitakan padanya kalau pria itu berada di Alaska dan sedang menjalankan tugas penyamaran, Luke tidak akan lebih terkejut lagi. Rasanya baru dua hari yang lalu Luke menemui Joseph di California. Terkadang kakaknya yang satu itu bisa berada di dua tempat berbeda hanya dalam kurun waktu beberapa jam.

“Kalau begitu aku akan memintanya menghentikan tugas penyamarannya."

Suara Jordyn menyandarkan Luke dari lamunan. Terkadang, Luke merasa ibunya seperti anak kecil. Ian, putra sulung dalam keluarga mereka selalu mengatakan hal sebaliknya, tapi bagaimana mungkin seseorang bisa bersikap lebih mendramatisir dibanding ibunya. Meski ada beberapa hal baik dalam diri ibunya, Luke tidak bisa menyangkal kalau wanita itu telah terbiasa hidup manja di tengah keluarganya yang terpandang. Orang-orang menyebut Luke mewarisi sikap ibunya, tapi bagaimana mungkin ia bisa menjadi semenyebalkan itu?

LANDON (seri-2) Rise and SetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang