First kiss - Jinseob

Mulai dari awal
                                    

"Biasanya kita pakai konstanta titik didih air, karena pelarut yang biasa di gunakan dalam soal adalah H2O" Woojin memberikan sedikit jeda ketika memaparkan penyelesaian soal yang Hyungseob tanyakan tadi.

"Tapi jika pelarutnya bukan air, seperti etanol, alkohol, atau larutan lain, kita bisa pakai konstanta sesuai dengan jenis pelarut yang di gunakan" Woojin menarik dagu Hyungseob ketika Pria itu mulai terlihat bosan dan mencoba meraih telepon genggamnya

"Sayang" Woojin memicing, mengingatkan Hyungseob agar kembali fokus pada penjelasannya.

Hyungseob mempoutkan bibir merahnya, sebal atas seruan Woojin.

"Nah, untuk soal ini, kita gunakan konstanta titik beku benzena, karena zat pelarutnya adalah benze-"

"STOP!"

Woojin menghentikan ucapannya ketika Hyungseob berteriak, jujur saja Woojin hampir tersedak air liurnya sendiri jika saja ia tidak ahli dalam mengontrol diri.

Woojin lalu mengerutkan keningnya, bertanya-tanya akan alasan Hyungseob menghentikan diskusi mereka.

"Kenapa hmm?"

Hyungseob merengut, "Seobie tidak suka belajar, kenapa ujin memaksa seobie untuk mendengarkan semua ucapan ujin"

Hyungseob menghentakan kakinya kesal, sedangkan Woojin justru melongo. Jelas-jelas Hyungseob yang meminta Woojin untuk mengajarinya, sekarang justru pria manis itu menyalahkan Woojin.

"Hhhhh"

Mengajari Hyungseob memang butuh extra-kesabaran, garis bawahi bagian itu.

Hyungseob masih merengut, menatap Woojin dengan mata bergetar lucu.
Pipinya memerah tipis, bukan karena tersipu namun karena merasa sebal pada Woojin. Bibir tipis kekasih manisnya itu mengerucut, terlihat benar-benar imut, pasti rasanya manis. Tunggu? Apa?! .

Woojin terpaku pada bibir merah belahan jiwanya itu, meneguk air liurnya gugup tanpa berniat mengalihkan pandangannya dari objek menarik -menurut Woojin- itu.

"Seobie tidak mau belajar, Seobie ingin tidur saja, Seobie benci Kimia. Lee saem selalu memarahi seobie dan meminta seobi untuk maju ke depan kelas, nyebelin! Seobie tidak mau sekolah saja, lebih baik seobie tidur dan makan es krim setiap ha-"

Cup~

Hyungseob melotot, merasakan benda kenyal dan hangat menempel pada kedua belah bibirnya. Tangannya refleks saling meremas, menunjukan betapa gugup Ia saat ini.

Woojin tidak tahan, melihat bibir merah kekasihnya bergerak menggerutu sedari tadi, seolah tengah menggodanya untuk membungkap benda manis itu.

"Hmpht-"

Hyungseob meremas kaus bagian belakang Woojin, bibir Woojin bergerak diatas bibirnya, melumat dengan lembut dan penuh cinta.

Perlahan mata lelaki manis itu tertutup, Woojin menyesap bibirnya begitu dalam, ia nyaris melenguh. Dan ketika Woojin hampir menggigit belah bibirnya, Hyungseob tersadar dan mendorong pundak kekar pria itu cukup keras, menciptakan sebuah jarak di antara mereka.

Woojin mendesah kecewa.

Darah Hyungseob seakan berdesir. Ia yakin pipinya memerah sempurna sekarang. Ia tidak pernah berciuman dengan Woojin meski mereka telah menjalin hubungan cukup lama. Selama ini Woojin hanya akan mengecup kening, pipi dan sudut bibirnya. Woojin selalu menahan diri. Dan hari ini ciuman pertama Hyungseob telah terenggut, dengan cara yang cukup membuat pipinya merona berlebihan.

"A-aku pu-pulang..."

"Eom- eomma pasti mencariku"

Hyungseob berlari keluar dari kamar Woojin yang masih terpaku, Hyungseob bahkan melupakan tumpukan buku miliknya yang ia gunakan untuk belajar bersama Woojin. Masa bodo, yang penting Hyungseob harus kabur saat itu juga.

Woojin tersenyum lebar. Tingkah kekasihnya benar-benar menghibur. Dalam hati ia berjanji untuk kembali merasakan bibir manis Hyungseob yang sepertinya akan menjadi candu mulai saat ini.

"Sayang, sedang apa?"

Hyungseob terkejut, kepalanya kembali terantuk meja. Ia terlalu sibuk melamun hingga tak meyadari Woojin telah berjongkok tepat di belakangnya.

"Ka-kamu?! Sejak kapan?!" Hyungseob kembali merona, pipinya merah hingga ke telinga. Sukses membuat Woojin tersenyum jahil.

"Ntahlah, Aku lupa. Mungkin sejak kamu melamunkan ciuman kita"

"Uhukk!" Hyungseob tersedak air liurnya sendiri. Perkataan Woojin membuat warna merah semakin bertambah di pipi kurus Hyungseob.

"Kenapa?" Woojin tersenyum miring.

"Ti-tidak" Hyungseob merangkak mundur.

"Ahh, pasti seobie ingin ujin cium lagi, iyakan?" Woojin menaik turunkan kedua alisnya, sembari tersenyum begitu lebar di hadapan Hyungseob.

Lalu, Woojin melangkah maju. Menahan tengkuk Hyungseob dan mendekatkan wajah tampannya. Pria bergingsul itu pura-pura memejamkan matanya, lalu memajukan bibirnya hingga nyaris menyentuh bibir Hyungseob.

"ANDWAE!!!!"

.

.

.

Voment juseyeo...
Terimakasih telah membaca.

Panwink Jinseob OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang