Pertemuan Manis

58 7 0
                                    

Malam yang dingin di bulan November membuat suasana jalanan tidak seperti biasanya, ramai. Tentu saja, orang mana yang mau mati kedinginan karena berkeliaran di luar rumah di cuaca yang sangat dingin? Tidak ada! Tapi, pengecualian untuk makhluk yang satu ini. Akira, "makhluk" penghuni malam dan suka menghisap darah manusia alias vampir, sedang terduduk lemas di depan teras rumah seseorang karena kehabisan tenaga setelah berhari-hari (bahkan minggu) tidak "makan".

Ya, Akira adalah vampir yang kelaparan. Akira bisa saja jika harus mengendap-endap masuk ke rumah itu demi mencara seteguk "makanan". Tapi tubuhnya terlalu lemas dan tidak bisa diajak kompromi bahkan untuk berdiri di atas kedua kakinya saja dia tidak sanggup. Sungguh makhluk yang malang, dia hanya bisa pasrah menunggu kematian datang menjeputnya (mati kelaparan).

Tak lama kemudian, terdengar suara mobil yang berhenti dan diparkir di halaman rumah di mana Akira sedang bermuram durja menunggu kematiannya. Muncullah sesosok mangsa -bagi Akira- berbadan kecil, bertubuh tidak terlalu tinggi untuk ukuran orang dewasa, dan lumayan berisi untuk bisa jadi santapan malamnya, keluar dari bangku sopir. Orang itu sendiri. Dan dialah pemilik teras rumah yang Akira duduki saat ini.

"Hei, sedang apa kau malam-malam begini duduk di sini?" tanya mangsa -pemilik rumah- tersebut bingung melihat masih ada orang selain dia yang berkeliaran di luar rumah di malam musim dingin seperti ini.

"Aaa-ku laaaa-paaar," jawab Akira lemas tak berdaya.

"Kau lapar?" tanya mangsa -orang- itu memastikan, dan dibalas dengan anggukan pelan oleh Akira.

"Kalau begitu, kita bisa makan malam bersama. Aku akan memasakkan sesuatu untuk kita berdua. Mau kan?"

Tawaran menggiurkan. Akira tentu saja mau diberi makanan, tapi bukan makanan yang dimaksud orang itu. Akira pun membalasnya dengan gelengan lemah.

"Kau tidak mau?"

"Aku tentu saja mau makan, tapi bukan makan masakanmu," jawabnya dengan suara lirih tapi cukup untuk didengar orang itu -mangsanya-.

"Kau tak mau makan masakanku?" Akira menggeleng.

"Seburuk itukah masakanku? Dia bahkan belum mencicipinya," monolognya.

"Lalu, apa yang kau inginkan? Akan aku belikan," tawarnya.

"Kkk-kau," jawab Akira terbata. Dia semakin lemah, ditambah ujian dari mangsanya.

"Eeeehh??! Kau ingin memakanku?" orang itu tertawa kecil. Angin mulai terasa menusuk tulang.

" Aku Takanori, siapa namamu?" ternyata mangsanya bernama Takanori.

"A-ki-ra," jawab Akira seperti orang yang terserang asma.

"Baiklah Akira-san. Em, bisakah kita bicara di dalam saja? Di luar sini dingin sekali. Aku tak ingin mati kedinginan," katanya sambil tersenyum simpul.

"Bantu aku berdiri," kata Akira dingin menyuruh Takanori.

"Oh! Maaf, ayo kubantu," Takanori langsung menolong Akira berdiri dan membopongnya masuk ke dalam rumahnya.

Di dalam rumah, ada dua sofa kecil dan 1 sofa panjang. Takanori mendudukkan Akira di sofa panjang yang ada di ruang tamunya. Rumah itu tidak terlalu kecil dan juga tidak terlalu besar. Cukup untuk dihuni 2 orang. 1 kamar utama, 1 kamar tamu, dapur, kamar mandi, dan ruang tamu.

"Jadi, kau mau makan apa?" tanyanya sambil duduk di sofa lainnya di sebelah kanan Akira.

"K-kau," ulang Akira.

"Ayolah, Akira-san. Jangan bercanda terus, aku juga lapar tau," keluh Takanori sambil menggembungkan pipinya yang chubby.

"Da-rah. Aku ingin darahmu,"

"Darah?? Kau ingin darahku?!" Akira hanya mengangguk pelan. Takanori dengan bodohnya tidak menyadari bahwa orang yang dia undang masuk ke dalam rumahnya adalah seorang makhluk penghisap darah. Vampir hanya bisa masuk ke dalam rumah kalau diundang adalah MITOS! Begitulah menurut Akira. Vampir bisa masuk ke rumah orang lain kapan saja mereka mau. Hanya saja mereka sudah tidak melakukannya, karena vampir sudah tidak bergantung pada darah manusia.

Di era modern, kaum vampir melakukan eksperimen bersama manusia untuk menciptakan makanan untuk para vampir tanpa melukai manusia lagi. Dan manusia ini adalah orang pilihan yang sudah mendapat kepercayaan tinggi oleh pemimpin kaum vampir. Darah sintetis, itulah yang mereka ciptakan. Terbuat dari campuran darah binatang dan tumbuhan langka yang dipercaya suci oleh kaum vampir.

Dalam kasus ini, Akira, seorang bangsawan vampir sudah berhari-hari kabur dari rumahnya. Dia tidak membawa apa-apa dalam pelariannya. Uang tidak punya, kartu kredit diblokir orang tuanya, dan kelaparanlah yang menjadi temannya. Sungguh suatu kesialan bagi seorang bangsawan. Kembali ke Akira dan mangsanya -Takanori-.

"Baiklah~ Bagaimana caramu melakukannya?" tanya Takanori innocently, polos, tanpa tahu maksud tersembunyi Akira.

"Kemarilah," perintah Akira. Takanori menuruti apa yang dikatakan Akira. Akira menggeser pantatnya supaya Takanori bisa duduk di sebelahnya, di sofa yang sama, berdampingan. Takanori mendudukkan pantatnya di samping Akira. Akira termotivasi karena sebentar lagi dia akan mendapatkan makan malamnya, dia menyodorkan tangannya di depan mulut Takanori.

"Gigitlah!" perintahnya lagi.

"Hehehe, untuk a-Aaaaakh!!" Akira tidak mengijinkan Takanori menyelesaikan kalimatnya dan langsung menggigit perpotongan leher Takanori. Dengan spontan Takanori menggigit tangan Akira seraya menahan rasa sakit yang ia rasakan selagi Akira menghisap darahnya. Setelah beberapa tegukan, Takanori tidak sadarkan diri karena tidak kuasa menahan rasa sakit yang diterimanya.

Akira yang tersadar bahwa Takanori tidak sadarkan diri, langsung menyudahi "makan malamnya". Ia memeriksa denyut nadi dan detak jantung Takanori. Nadinya masih berdenyut, jantungnya juga masih berdetak walaupun lemah. Dilihatnya wajah Takanori, pucat. Akira pun menjilati sisa-sisa darah yang masih mengalir di leher Takanori.

"Manis," Akira masih bisa merasakan manisnya darah Takanori. Dari sekian manusia yang pernah Akira hisap, hanya 1 orang yang menjadi favoritnya. Yang juga menjadi kenangan manisnya. Ruki. Dialah bank darah sekaligus teman kecilnya. Dulu mereka sangat tidak terpisahkan. Bahkan orangtua mereka sampai mengikat mereka dalam pertunangan.

Hingga akhirnya, suatu hari ibu Ruki memilih berpisah dengan suaminya, ayah Ruki. Ruki kecil dibawa dan diasuh oleh ibunya. Sampai saat ini, mereka -Akira dan Ruki- tidak pernah berjumpa. Akira teringat akan Ruki. Rasa darah mereka sama, Ruki dan Takanori. Belum pernah kaum vampir menemukan manusia dengan rasa darah yang sama satu sama lain. Setiap manusia berbeda.

"Mungkinkah. . ." Akira mencoba melihat ke dalam pikiran dan kenangan Takanori. Tidak ada. Ada sesuatu yang menghalangi Akira. Atau seseorang? Akira merasa curiga. Dia akan mencari tahu tentang Takanori. Untuk sekarang, dia membiarkan Takanori istirahat. Akira menggendong tubuh Takanori dengan bridal style menuju kamar Takanori. Dibaringkannya tubuh Takanori di single sized bed dan menusap peluh yang membanjiri dahinya.

"Maaf dan terima kasih," bisiknya di dekat telinga Takanori.

"I love you, Ruki," bisiknya lagi sambil tersenyum. Lalu mengecup bibir Takanori lembut, sebelum akhirnya ia pergi dan menghilang di kegelapan malam.

==OWARI==

I Love You, My Prey!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang