Inisiasi (Pertemuan Pertama)

416 27 8
                                    

Entahlah. Rasanya aku tidak bisa mengingat apapun. Lebih tepatnya, aku lupa bagaimana aku bisa ada di tempat ini. Bukan. Ini bukan hanya tempat biasa. Ini adalah hutan belantara. Sekarang aku sedang berada di dasar jurang yang ada di dalam rimbunnya hutan belantara. Parahnya lagi, langit sepertinya sudah sore sehingga cahaya matahari sudah meredup dan aku pun juga dalam keadaan terluka. Sungguh terasa sakit untuk menggerakkan tangan dan kakiku. Akan tetapi, naluriku mengatakan bahwa aku harus segera beranjak dari tempat ini.

Aku pun mulai membersihkan seluruh badanku dari tanah yang menempel di sekujur badanku. Tentu hanya sebisanya. Tanganku benar-benar terasa nyeri untuk digerakkan. Entah bagaimana aku bisa terjatuh dan bagaimana posisiku saat terjatuh. Untungnya, aku masih selamat dan tetap hidup meskipun ini belum saatnya aku merasa lega. Aku belum benar-benar selamat.

Setelah sudah mulai bisa bergerak, aku berjalan mengitari pinggiran dasar jurang. Aku pun mulai gelisah mencari cara untuk keluar dari jurang ini. Akan tetapi, semakin ku berusaha semakin ku tersadar bahwa sangat susah untuk keluar dari tempat ini. Aku pun mulai merasa panik. Karena terlalu paniknya, rasa sakit di sekujur tubuhku sudah tidak terasa lagi.

"Aku ingin keluar dari tempat ini. Aku ingin keluaaaaaaar," teriakku, "tolooooong!!! Siapa pun tolong bantu aku."

Mengetahui bahwa tidak ada yang merespon teriakanku, aku mulai pasrah. Hal yang bisa kulakukan saat itu hanyalah tersimpuh dan menangis. Entahlah. Kurasa ini sudah takdirku untuk terbuang di jurang ini dan mungkin di sinilah hidupku harus berakhir.

Saat aku menangis tersedu-sedu, tiba-tiba aku mendengar suara gemuruh disertai suara-suara aneh yang rasanya semakin mendekat ke arahku.

GUBRAAAAAAK!!!!!!!

Benar saja. Sesuatu yang aneh terjadi tepat di depan mataku. Dua ekor anjing berukuran sangat besar terlempar dari permukaan jurang dan sekarang mereka sedang berkelahi hebat. Sepertinya, mereka sedang memperebutkan sesuatu. Melihat pertengkaran kedua anjing besar itu malah membuatku tertegun. Mereka saling menggigit, bergulingan, dan saling mencakar. Setelah kuperhatikan lebih jelas, rasanya mereka bukan anjing biasa dengan ukuran besar. Mereka adalah serigala. Tentunya dengan ukuran yang lebih besar dari semestinya.

Jujur aku merasa bingung saat ini. Semuanya seperti terjadi dengan tiba-tiba. Tetapi, aku sudah mulai tersadar kalau perkelahian dua serigala itu juga semakin menambah kemungkinan untuk mengancam nyawaku. Aku pun berusaha untuk bersembunyi agar tak terlihat oleh kedua serigala itu. Selain itu, aku pun bergegas untuk memanjat dinding-dinding jurang agar bisa keluar dari jurang ini.

"Terjatuh ke jurang ini sudah musibah bagiku. Apalagi terjebak di tempat ini dengan dua serigala berukuran besar yang sedang berkelahi. Hidupku akan benar-benar tidak aman jika aku hanya berdiam diri saja," pikirku.

Harapanku pun mulai kembali saat aku sudah bisa memanjat dinding jurang secara perlahan. Akan tetapi, kebahagiaanku tidak bisa bertahan lama karena tiba-tiba salah satu serigala, yaitu serigala yang berwarna abu-abu, terlempar tepat di sampingku. Serigala itu menoleh ke arahku. Saat aku melihat matanya, sepertinya ada sesuatu yang tersirat dari tatapan matanya. Akan tetapi, aku tidak terlalu menggubrisnya.

Aku pun berusaha berlari untuk mencoba memanjat dinding bagian lain untuk menyelamatkan diriku. Tapi, serigala lainnya yang berwarna kemerahan malah mengejarku. Sambil tetap berlari, aku mulai pasrah jika diriku tertangkap oleh serigala yang berwarna kemerahan itu karena bagaimanapun juga, serigala itu lebih cepat daripada aku. Saat aku merasakan bahwa serigala itu semakin mendekat dan akan menerkamku, tiba-tiba terdengar suara keras yang mirip dengan suara saat kedua serigala besar tadi terlempar ke jurang. Aku pun lantas menoleh ke belakang. Benar saja, serigala berwarna abu-abu itu ternyata menghalangi serigala yang berwarna kemerahan itu agar tidak menerkamku dengan cara menggigit lehernya. Setelah itu, serigala abu-abu itu terus menerus menyerang serigala yang berwarna kemerahan dengan begitu ganasnya hingga serigala berwarna kemerahan itu akhirnya pergi dari jurang dengan memanjat dinding-dinding jurang.

Sekarang, hanya tersisa aku dan serigala berwarna abu-abu di dalam jurang. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku selanjutnya. Serigala berwarna abu-abu itu kemudian perlahan mendekatiku. Aku pun secara refleks mundur secara perlahan. Sebenarnya, aku merasa sangat ketakutan. Tetapi, setiap kali melihat mata serigala abu-abu itu, aku seperti merasa bahwa serigala itu berusaha meyakinkanku kalau dia tidak akan menyakitiku. Langkahku terhenti saat tubuhku telah bersandar pada pinggiran jurang. Tidak ada ruang lagi untuk berjalan mundur. Serigala itu kian mendekatiku dengan ekspresi yang mulai berubah. Dia yang sedari tadi menggeram sambil menampakkan taring-taring tajamnya berubah menjadi tenang dan terlihat seperti anjing peliharaan yang siap dibelai.

"Kurasa aku sudah mulai gila. Kenapa aku jadi bisa setenang ini dan menganggap serigala itu bagaikan anak anjing kecil yang menggemaskan? Aku harusnya ketakutan, berteriak, atau melakukan upaya pembelaan diri," batinku.

Saat serigala itu tepat dihadapanku, dia mulai mendekatkan moncongnya. Aku pun memejamkan mataku bersiap untuk segala kemungkinan yang akan terjadi. Hal yang mengejutkan terjadi. Serigala itu hanya mengendus-endusku saja.

"Kau tadi berusaha menyelamatkanku dari serigala yang berwarna kemerahan itu kan?"

Serigala itu berkedip dan menganggukkan kepalanya. Ketika aku akan mulai menyentuhnya, serigala itu mengelak. Dia kemudian mengaung dan lantas pergi keluar dari jurang itu.

"Hei tunggu!!! Kau mau kemana?" teriakku.

Aku pun mendudukkan diriku ke tanah.

"Sekarang aku benar-benar sendiri lagi," gumamku sambil menundukkan kepalaku.

...

[Bersambung}

My WulfWhere stories live. Discover now